Dua minggu sebelumnya Vanya baru saja akan pergi bersama teman-temannya. Namun dicegah oleh Ehsan sang papi karena akan ada tamu yang datang siang ini.
"Kenapa Vanya harus hadir sih, Pi. Kan tamunya Papi," ucap gadis cantik itu dengan manja seperti biasa.
"Kali ini tamunya spesial, pokoknya bilang sama teman-teman kamu, hari ini kamu absen oke," balas sang papi sambil mengusak rambut putrinya yang sudah rapi.
"Mami." Vanya kini mengadu pada maminya.
"Udah kali ini aja, lagian dari kemarin-kemarin juga kamu udah sering main, udah gede juga," gerutu Ayudia.
Vanya pun cemberut dan menghentakkan kakinya kesal, lalu kembali ke kamarnya. Gadis yang sudah cantik dengan outfitnya itu pun mengambil ponsel keluaran terbarunya dan menghubungi sahabatnya.
"Maaf gue nggak bisa ikut hari ini, Fin," ucap Vanya lewat sambungan teleponnya.
"Kenapa sih lo, tumben banget?" jawab Fina dari seberang sana.
"Ada acara keluarga dadakan, udah pokoknya kali ini gue nggak bisa hadir, salam buat anak-anak dari gue," pungkas Vanya kemudian menutup sambungan teleponnya.
Wanita itu masih tetap merebahkan tubuhnya di atas ranjang king sizenya. "Awas aja kalau mau jodoh-jodohin aku lagi, aku nggak mau pokoknya."
Vanya memang baru saja menyelesaikan kuliahnya beberapa bulan lalu. Namun, anak manja itu masih saja belum memikirkan masa depannya. Ia hanya sibuk bermain bersama teman-temannya.
Orang tuanya juga sepertinya masih menganggap hal yang wajar apalagi dengan harta mereka yang berlimpah. Terlalu dimanjakan membuat Vanya menjadi anak yang keras kepala dan egois.
Waktu kedatangan tamu yang dianggap spesial itu pun datang. Ternyata mereka adalah Hanan Pradana salah satu pengusaha sukses di Indonesia. Sahabat dekat dari Ehsan Pradipta. Mereka datang bersama kedua anaknya.
Anak sulung dari Hanan dan Manda adalah Tania Putri Pradana dan putra keduanya adalah Ikram Pradana. Tania baru saja menikah sekitar tiga bulan yang lalu, sementara Ikram meneruskan salah satu cabang perusahaan milik Hanan.
Ehsan menyambut mereka dengan bahagia. Ayudia juga berlaku hal yang sama, tetapi tidak dengan Vanya.
"Vanya kenalin ini Om Hanan sama Tante Manda," ucap Ayudia pada putri tunggalnya.
"Cantiknya, sini duduk sama Tante." Manda menepuk sofa kosong di sebelahnya.
Vanya pun mendekat dan duduk di samping wanita paruh baya yang tetap terlihat cantik itu. Namun, saat melihat ke arah lain, tatapan seorang pria yang disebut sebagai putra bungsu dari keluarga Hanan itu membuat Vanya mengerutkan keningnya.
"Kalau suka bilang ngapain liatin aku kaya gitu," gumamnya pelan.
"Kenapa, Sayang?" tanya Manda.
"Eh, nggak apa-apa kok, Tante."
Mereka pun kembali berbincang sampai akhirnya mereka membahas inti permasalahannya.
"Sebenarnya kami ke sini untuk melamar putri kalian untuk putra kami, Ikram." Hanan berhenti sejenak untuk menarik nafasnya.
"Maksudnya?" Ehsan sepertinya belum mengerti dengan maksud dari sahabatnya itu.
Hanan mencoba untuk menjelaskan kembali maksudnya yang memang terkesan begitu tergesa-gesa. "Maaf, Ehsan sebenarnya ... ayahku sedang sakit dan beliau meminta agar putraku, Ikram segera menikah ...."
"Lalu?" Ayudia mulai menimpali.
"Aya meminta agar Ikram menikah dengan putri kalian, hanya itu yang beliau minta." Akhirnya Hanan menyelesaikan perkataannya.
"Kenapa mendadak begini? Kalau aku bagaimana Vanya saja, dia sudah besar dan sudah punya pilihan sendiri." Ehsan menjawab dengan bijak dan tentu saja membuat Vanya sangat bahagia.
"Tolong bantu aku, Ehsan. Ikram juga sudah setuju dengan keputusan ini." Hanan membujuk agar Ehsan menyetujui rencananya.
"Memangnya Nak Ikram belum punya pacar?" tanya Ayudia yang merasa berat untuk melepas putri kesayangannya.
"Jawab dong, Kram," ucap Tania sang kakak yang duduk tepat di sampingnya.
"Belum, Tante." Ikram menjawab dengan cepat.
"Takutnya Nak Ikram udah punya pacar, terus nanti nyakitin anak kita ya kan, Pi." Ayudia menatap suaminya.
"Vanya itu anak tunggal kami, hanya dia yang kami punya," imbuhnya.
Hanan dan Manda mengangguk mengerti. "Bagaimana kalau besok Vanya ikut Ikram ke rumah sakit untuk bertemu dengan kakek?" usul Hanan akhirnya.
Vanya hanya menatap kedua orang tuanya tanpa berucap sepatah kata pun. Wanita itu terpaku dengan apa yang didengarnya. Sampai akhirnya, kedua pria paruh baya utu pun memutuskan untuk kembali berunding setelah Vanya dan Ikram bertemu dengan kakek.
Setelah pembahasan mereka selesai, Ayudia pun mengajak tamunya untuk menikmati makanan yang sudah dihidangkan. Ikram dan Vanya duduk bersebelahan, mereka terlihat tak acuh. Vanya sibuk dengan makanannya begitu juga Ikram.
Keduanya tidak terlihat ada niat untuk saling menyapa. Setelah makan siang mereka selesai. Ehsan menyuruh Vanya untuk ke taman belakang bersama Ikram. Vanya sebagai anak yang baik hanya menuruti perintah orang tuanya.
Mereka berdua kini berada di taman belakang dengan kolam ikan yang cukup besar. Vanya memberi makan ikan-ikan besar itu sambil sesekali mengajak main mereka.
"Siapa nama lo?" Tiba-tiba Ikram bertanya dari belakang dengan tangan dilipat di depan dada.
"Apa? Lo nanya?" Vanya menoleh sekilas sambil kembali memberi makan ikan-ikannya.
"Nggak usah sok cantik, lo bukan tipe gue," sinis Ikram.
Vanya menyimpan kotak makanan ikan tadi di tempatnya, lalu berkacak pinggang sambil menatap menantang ke arah pria yang jauh lebih tinggi darinya.
"Terserah gue, nggak sok cantik juga gue udah cantik dari sononya, masalah buat lo?"
"Hah, nggak masalah sih, tapi segimanapun lo ngerayu gue, lo tetep bukan tipe gue," ucap Ikram sambil terkekeh.
"Siapa yang maksa buat jodohin gue sama lo? Bokap lo, kan?" Vanya kini melipat kedua tangannya di depan dada.
Ikram memalingkan wajahnya dari Vanya, kemudian melihat ikan berwarna-warni yang saling berebut makanan. Vanya pun akhirnya terdiam dan kembali menatap ikan-ikannya.
Tak berselang lama, seseorang memanggil mereka ke dalam. Vanya pun langsung pergi meninggalkan Ikram yang tampak masih kesal.
Saat keduanya sampai di ruang keluarga, Hanan langsung mengajak Ikram untuk pulang, karena mereka harus segera ke rumah sakit.
"Besok Ikram akan jemput Vanya untuk ketemu kakek Fathan. Om harap Vanya mau ketemu kakek ya?" Hanan mengusap rambut panjang gadis cantik itu.
Vanya hanya diam, tak menjawab maupun mengangguk.
Keesokan harinya, Ikram benar-benar menjemput Vanya untuk bertemu kakek Fathan di rumah sakit. Selama dalam perjalanan, mereka hanya diam. Vanya sibuk dengan ponselnya sementara Ikram sibuk menyetir.
Saat sampai di rumah sakit, Ikram langsung mengajak Vanya ke ruangan sang kakek. Pria itu menarik tangan Vanya agar mengikutinya. "Gue bisa jalan sendiri." Vanya menepis kasar tangan Ikram.
Saat sampai di ruang VIP rumah sakit itu. Pemandangan pertama yang dilihat Vanya adalah beberapa alat kedokteran yang menempel di tubuh rapuh seorang pria tua. Hal itu membuat hatinya tersentuh.
"Kek, Ikram udah ajak ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Mamah Sebastian
baper say 🤗
2022-12-05
1