Dikejar Mantan Calon Suami
Rumah megah itu sudah didekorasi dengan sangat cantik. Sudah banyak tamu yang datang untuk menghadiri sebuah pernikahan dari keluarga Ehsan Pradipta dan Hanan Pradana. Dua keluarga yang sudah bersahabat sejak lama itu, hari ini akan menikahnya putra-putri mereka. Vanya Anindira dan Ikram Pradana.
Raut bahagia terpancar dari keluarga besar Pradipta saat ini, karena putri tunggal mereka akan segera melepas masa lajangnya hari ini. Vanya masih di dalam kamarnya bersama beberapa penata rias.
Wanita bergaun pengantin itu terlihat begitu cantik dan anggun. Vanya memang wanita yang cantik dengan bulu mata lentik. Bola matanya berwarna hitam sama seperti sang papi.
"Masya Allah cantiknya," ucap penata rias bernama Keynara itu. Wanita itu baru saja menyelesaikan tugasnya.
"Mbak Key, bisa aja deh." Vanya tersipu malu.
"Ih, serius tahu kamu cantik banget, pasti calon suaminya nanti pangling." Key sedikit merapikan rambut Vanya.
Vanya hanya tersenyum saat mendengar penuturan penata riasnya mengenai calon suaminya. Dia tidak tahu bahwa pernikahan ini tak pernah Vanya inginkan,bahkan mungkin calon suaminya juga berpikir hal yang sama.
Pernikahan yang terjadi karena perjodohan ini tiba-tiba saja harus dilalui oleh Vanya. Pria bernama Ikram Pradana itu selalu menatapnya dengan sinis, saat awal pertemuan mereka. Namun desakan keluarga membuat mereka harus menerima semua keputusan besar ini.
Hari sudah mulai siang, tetapi masih belum ada kabar bahwa pihak mempelai pria akan datang. Tamu undangan sudah mulai berdatangan.
Ehsan Pradipta papi dari Vanya mencoba menghubungi pihak Hanan Pradana calon besannya. Pria paruh baya itu terlihat menghela nafas lega saat mendengar bahwa pihak mempelai pria sedang dalam perjalanan.
Sementara itu, Vanya masih duduk di kamarnya dengan gaun pengantin indahnya. Awalnya wanita cantik itu ingin kabur dari pernikahan tak diinginkan ini, tetapi mengingat nama baik keluarganya, ia pun akhirnya bertahan dengan perasaan yang tidak baik-baik saja.
Waktu terus berjalan dan wanita bergaun pengantin itu masih juga belum dipanggil untuk menghadap ke penghulu, padahal sudah terdengar bahwa pihak mempelai pria sudah datang. Vanya mulai merasa khawatir menghadapi pernikahannya. sampai seseorang datang ke kamarnya.
"Nya, lo nggak usah turun, udah diem aja di sini pokoknya, ya?" ucap Thea sepupu dari Vanya.
"Kenapa, The?" Vanya menatap bingung ke arah sepupunya itu.
Wanita dengan kebaya biru itu sesekali menengok ke belakang. "Udah pokoknya lo diem di sini." Thea memegang bahu Vanya agar tetap duduk di tempatnya.
Vanya yang makin penasaran pun akhirnya menepis tangan Thea dan beranjak dari duduknya. Baru saja wanita bergaun pengantin itu akan membuka pintu, terdengar suara ribut dari luar.
"Ini beneran pernikahan mereka batal ya?" Terdengar suara seorang perempuan.
"Iyalah udah siang gini mempelai prianya nggak datang juga," sahut suara lainnya.
"Padahal kalau di cerita novel biasanya diganti tuh sama saudaranya." Kali ini terdengar kekehan dari mereka.
"Yakali calon suaminya kan cuma punya saudara perempuan."
Vanya terdiam antara senang dan sedih mendengar ocehan para perempuan tadi. Senang karena ia tak jadi menikah dengan pria yang tak ia sukai, sedih karena bagaimanapun hal ini tentu saja telah mencoreng nama baik keluarganya.
Pesta pernikahan yang sudah dipersiapkan sang papi dengan megah ini, berakhir begitu saja. Ada rasa sesak di dadanya. Vanya pun terduduk di depan pintu dengan wajah menunduk. Bukan karena pengkhianatan yang dilakukan oleh calon suaminya, tetapi lebih pada perasaan orang tuanya.
Hari yang sudah sangat siang ini, membuat para tamu makin banyak dan makin banyak pula yang tahu tentang kegagalan pernikahan ini.
Hanan dan Ehsan sebagai orang tua dari kedua mempelai akhirnya benar-benar mengumumkan tentang pembatalan pernikahan putra-putri mereka.
"Kami mohon maaf atas kejadian tidak menyenangkan ini. Namun, pernikahan putra-putri kami akan diundur pada waktu lain. Terima kasih." Ehsan menahan sesak di dadanya saat mengumumkan berita yang sangat buruk ini.
Para tamu yang sudah hadir pun satu per satu mulai meninggalkan kediaman Pradipta. Ehsan dan Hanan kembali ke dalam dan duduk di ruang tamu. Keluarga Ikram memang hadir, tetapi tidak dengan Ikram. Pria itu sudah menghilang sejak semalam.
Awalnya Hanan dan sang istri, Manda mengira jika putra bungsunya itu hanya pergi untuk merayakan pesta melepas masa lajang bersama teman-temannya, tetapi sampai pagi menjelang pria itu tak kunjung kembali dan sulit sekali dihubungi karena ponselnya juga mati.
Ayudia dan Manda langsung menuju ke kamar Vanya. Wanita paruh baya itu takut putri tunggalnya terpukul dengan kejadian ini. Saat kedua wanita itu sampai di kamar putrinya. Terlihat Vanya sedang duduk di lantai sambil kedua tangannya bertumpu pada lututnya yang ditekuk. Wanita bergaun pengantin itu menelungkupkan wajahnya di kedua tangannya.
"Vanya, ini Mami, Sayang." Ayudia langsung memeluk tubuh putrinya. Sementara Manda, mami dari Ikram juga ikut duduk di hadapan calon menantunya.
Namun, tanpa diduga Vanya malah tersenyum tanpa air mata sedikit pun di wajahnya. "Vanya?"
"Vanya senang Mas Ikram nggak dateng, Mi. Vanya tahu dia nggak akan datang." Wanita cantik itu berkata tanpa beban.
"Vanya, apa maksud kamu?" Ayudia mengerutkan keningnya.
"Mas Ikram nggak cinta sama Vanya, Mi. Vanya juga sama." Wanita yang masih dengan riasan pengantin itu terus berceloteh.
"Astagfirullah, Vanya. Kamu sadar nggak sih apa yang kamu katakan?" Ayudia mengguncang bahu putrinya.
"Mas Ikram bilang akan kasih hadiah pernikahan buat Vanya, Mi." Vanya masih tetap fokus pada maminya tanpa melihat ke arah Manda mami dari Ikram.
"Hadiah macam apa yang mencoreng nama baik keluarga kita, Vanya?" Ayudia kini mulai naik pitam.
"Yang penting kan Vanya nggak jadi nikah sama dia, Mi."
"Apa kamu bilang?" Tiba-tiba Ehsan datang dari arah pintu dan tanpa diduga langsung menampar wajah mulus putrinya.
"Pi!" Ayudia tersentak saat melihat putrinya tersungkur ke lantai.
"Kita sedang menanggung malu akibat kegagalan ini, dan dia dengan entengnya bilang kalau yang penting dia nggak jadi nikah? Mikir!" Ehsan benar-benar sudah tersulut emosi.
"Pernikahan ini juga bukan kemauan Vanya, Pi. Harusnya Mas Ikram yang Papi salahin bukan Vanya." Gadis itu mulai berteriak histeris dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Diam kamu!" Ehsan sudah kembali mengangkat satu tangannya, tetapi ditahan oleh sang istri. "Sudah, Pi."
"Anak kita cuma satu, tetapi sudah bikin malu keluarga. Apalagi yang bisa diharapkan dari dia, Mi."
"Papi! Jangan bicara seperti itu. Semua ini bukan sepenuhnya kesalahan Vanya, tapi Ikram juga." Ayudia juga sudah mulai tersulut emosi, bagaimana pun Vanya adalah putri tunggal mereka.
"Papi jahat!" Vanya makin histeris.
Bersambung
Happy Reading
Hai-hai akoh balik lagi dengan cerita balu ya bestie. Awalnya aku mau lanjutin Bang Kaivan, tapi nggak dapat ilham mulu ya ampun maafkan akoh.
Jan lupa gerakin jempolnya ya buat like, komen sama tap lovenya juga ya.
Timamakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Desy Harniati
aku mampir thor, bagus ceritanya
2023-07-03
1
Ree.Pand
nyesek gak tuh
2023-02-08
1
Masrianiani Hijab
awal cerita yang bagus
2023-02-08
1