Malam pun tiba, setelah keluarga Ikram pulang dan berjanji besok akan kembali untuk membahas masalah ini lagi. Namun, keributan di rumah itu masih terus berlanjut. Karena Vanya adalah anak tunggal dan tentu saja dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Sehingga gadis itu memiliki sikap yang keras kepala.
Pertengkaran antara anak dan ayah itu terus berlanjut, sampai akhirnya sebuah kalimat kasar benar-benar keluar dari mulut pria paruh baya itu.
"Pergi kamu dari sini! Mulai saat ini kamu bukan lagi bagian dari Pradipta!"
"Papi!" Ayudia menjerit saat mendengar ucapan suaminya.
"Oke, Vanya akan pergi dari sini dan tak akan pernah kembali." Vanya berdiri dan berbalik untuk membereskan pakaiannya.
"Nya, lo jangan gitu Om Ehsan cuma lagi emosi," bujuk Thea yang masih berada di rumah itu dan tentu saja menyaksikan semuanya. Sementara itu, Ayudia menghubungi Manda saat melihat perdebatan putrinya.
"Terima kasih, Mbak Manda atas semuanya, selain mencoreng nama baik keluarga kami, kalian juga telah berhasil merusak hubungan antara anak dan ayahnya." Ayudia berucap sinis pada Manda yang saat ini hanya terdengar terisak lewat sambungan telepon.
"Maafkan kami, Mbak Ayu. Kami akan berusaha mencari Ikram dan menebus semuanya." Manda menjawab dengan suara tersekat di tenggorokan.
"Kata maaf tidak akan bisa mengembalikan semua ini ke keadaan semula, Mbak." Ayudia mulai sedikit histeris.
"Maaf." Manda makin terisak dan suaranya pun sangat pelan.
Ayudia pun kemudian menutup sambungan teleponnya.
Vanya yang sudah berganti pakaian langsung menarik kopernya, tanpa memedulikan sang mami.
"Vanya, jangan tinggalin Mami, Sayang!" Ayudia menarik tangan putrinya agar tak pergi.
"Papi udah nggak mau ngakuin Vanya lagi, Mi." Gadis yang memakai kaus dan celana jeans itu terus menarik kopernya.
Vanya baru saja akan menggunakan mobilnya, tetapi tiba-tiba suara bariton yang sejak tadi terus memusuhinya itu berseru, "Jangan pernah menggunakan fasilitas yang Papi berikan, termasuk mobil dan juga credit card kamu!" Pria paruh baya itu berkata dengan sinis.
"Mas Ehsan! Vanya itu anak kita, kenapa kamu begitu kejam?" bentak Ayudia pada suaminya.
Namun, pria dengan kumis tipis itu tak menghiraukan ucapan sang istri. Pria itu tetap dengan pendiriannya.
"Oke, mulai saat ini Vanya bukan anak kalian lagi." Vanya membanting pintu mobilnya dan berjalan ke arah sang papi. Lalu ia mengeluarkan ponsel dan dompetnya, lalu mengeluarkan credit cardnya.
"Terima kasih sudah menjagaku selama ini, Tuan Pradipta." Vanya memberikan semua barang pemberian papinya.
"Vanya, kamu mau ke mana, Nak? Ini udah malam, kita masuk ya, Sayang." Ayudia mencoba membujuk putrinya.
"Biarkan saja, Mi. Papi yakin besok juga dia akan pulang," timpal Ehsan yang tetap melipat kedua tangannya di depan dada. Setelah itu, pria paruh baya itu pun kembali masuk ke rumahnya dan membanting pintu.
"Vanya, Mami mohon jangan kaya gini, ayo masuk, Nak!"
"Nggak, Mi. Papi udah benar-benar ngusir aku." Vanya mencoba menahan tangisnya.
"Besok aja, ini udah malam, Sayang. Mami khawatir." Wanita paruh baya itu benar-benar sudah kehabisan cara membujuk putrinya.
"Mami, jangan ngada-ngada deh masa kabur diundur sih, cukup nikah aja yang gagal, Mi." Vanya menjawab sambil terkekeh.
Ayudia yang menangis, jadi mencubit pipi putrinya gemas. "Kamu ada uang nggak?" Vanya menggeleng dan tanpa diduga, Ayudia memberikan kartu ATM-nya. "Pinnya tanggal lahir kamu."
Akhirnya Vanya pun pergi meninggalkan rumah yang selama 22 tahun ini ia tempati.
Vanya tak menyangka kemarahan sang papi benar-benar membuatnya terusir dari rumah. Walaupun sang mami sudah mencegahnya, tetapi kemarahan pria paruh baya itu sudah mencapai puncaknya.
Wanita itu kini sudah berada dalam taxi. Namun, dia bingung harus pergi ke mana. Sampai akhirnya ia berhenti di sebuah taman kota. Sebenarnya bisa saja ia menyewa sebuah kamar di hotel dengan uang yang ada dalam ATM sang mami. Namun, ia berpikir bahwa ia harus mulai berhemat saat ini.
Tidak ada ponsel untuk menghubungi sahabatnya, akhirnya ia pun hanya duduk dengan memeluk kopernya. Bahunya mulai naik turun, wanita itu kini menangis. Papi yang begitu menyayanginya dengan tega mengusirnya karena pria yang berstatus sebagai calon suaminya.Pria bernama Ikram Pradana itu telah membuat hidup Vanya berubah 180 derajat. Malam ini yang seharusnya menjadi malam pertama pernikahan mereka, justru menjadi petaka untuk Vanya yang terusir begitu saja karena kesalahan Ikram.
"Aku, Vanya Anindira akan buktikan bahwa aku bisa mandiri walau sudah terhapus dari kartu keluarga Pradipta," tekad Vanya sambil mengusap kedua pipinya yang basah.
Malam semain larut dan asa kantuk pun mulai menyergapnya, tetapi saat akan terlelap perutnya juga yang sejak siang belum terisi makanan ikut protes. Akhirnya, wanita itu pun beranjak dari duduknya dan berniat ke ATM terdekat untuk mengambil beberapa jumlah uang.
ATM terdekat ternyata memang tak jauh dari taman yang ditempati oleh Vanya. Akhirnya wanita itu pun mengambil uang dari sana sekitar tiga juta rupiah. "Tabungan mami ternyata sebanyak ini, Vanya minjem doang ya, mi. Nanti kalau udah sukses Vanya ganti." Wanita yang kini menggunakan sweater putih itu bergumam.
Wanita itu kemudian membeli makanan di sebuah minimarkt yang selalu buka 24 jam. Vanya mebeli semua makanan kesuakaannya dan juga membeli beberapa kebutuhan lainnya, hingga total belanja wanita itu mencapai satu juta rupiah. Anak orang kaya emang kalau jajan nggak ada lawan.
Saat keluar dari mini market itu, Vanya membawa beberapa barangnya dalam kantong belanja.
"Duh, kebanyakan mau ditaro di mana coba?" Vanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku nginep di hotel terdekat aja dulu kali ya," gumamnya.
Keputusan itu pun akhirnya Vanya ambil dan dia berjalan untuk mencari hotel terdekat. Sebenarnya ia bisa menggunakan taxi, tetapi wanita itu ingat kalau di dekat taman ini ada sebuah hotel, wlaupun bukan bintang lima, tetapi terpaksa Vanya harus menginap di sana.
Tak berselang lama, wanita cantik itu pun sampai ke Hotel Prima. Vanya kemudian menuju resepsionis dan memesan sebuah kamar. Untung saja masih tersisa satu. Akhirnya, Vanya mendapatkan kunci dan bisa tidur dengan nyenyak malam ini.
Berada di lantai atas membuat Vanya bisa menikmati pemandangan kota pada malam hari. Pikirannya masih saja kalut, mengingat kedua orang tuanya. Tidak ada ponsel membuat Vanya ingin membeli benda itu.
"Ah, besok aku beli ponsel baru deh, nggak apa-apa kan ada uang dari mami." Vanya mulai merebahkan tubuhnya.
Sementara itu di tempat lain, Ayudia dan Ehsan masih ady\]u mulut tentang putri mereka.
"Yang salah itu bukan putri kita, Mas, kenapa kamu dengan tega mengusir dia?" Ayudia berucap sambil terus terisak.
"Tapi dia juga sudah menentang aku sebagi papinya." Ehsan tetap dengan sikap keras kepalanya.
"Seharusnya kita menjaga mental anak kita yang baru saja gagal menikah karena calon suaminya yang tidak bertanggung jawab, Mas." Ayudia mengusap pipinya yang basah dan beranj dari duduknya.
"Kamu mau ke mana?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Yati Rosmiyati
😭😭😭
2023-08-20
1
Eks96
. mamihhhhh 😁😁😁 semangaattt
2023-02-22
1
Wanto Satrio
semgat
2022-12-22
1