Keputusan Barra menjadikan Shanum sebagai asisten Nabil sudah dipertimbangkan secara matang. Dia juga sudah membuat kesepakatan dengan Bagas, Ayah Shanum, mengenai perihal itu semua. Entah apa yang kedua pria paruh baru baya itu rencanakan, namun yang pasti dengan mengirim Shanum di kantor Nabil adalah keputusan yang sangat tepat.
Hubungan Barra dan Bagas sejak dulu sangat baik. Mereka pernah menjalin kerjasama antar perusahaan. Namun siapa sangka ternyata Bagas adalah sepupu Barra. Bahkan mereka berdua juga tidak tahu sama sekali.
Bagas adalah anak bawaan dari Tante Barra. Nathan, paman dari Barra menikah dengan seorang janda yang mempunyai satu anak, yaitu Bagas. Namun sejak dulu Bagas tidak ikut tinggal dengan ibunya, melainkan tinggal bersama neneknya di luar kota. Dan setahun yang lalu saat istri Nathan meninggal, Barra sungguh terkejut kalau ternyata Bagas anak tiri Om Nathan. Sungguh dunia ini sangat sempit menurut Barra. Jadi semenjak saat itu hubungan mereka berdua semakin dekat. Bagaimanpun juga Bagas adalah sepupu Barra. Begitu juga dengan anak-anak mereka.
***
Setelah mengatakn kabar penting itu Barra memutuskan untuk keluar dari ruangan Nabil. Membiarkan Nabil melanjutkan pekerjaannya. Walau Barra sangat tahu kalau saat ini Nabil masih sangat kesal dengannya.
Nabil sendiri jadi tidak fokus bekerja. Hidupnya merasa terusik kalau sebentar lagi akan ada Shanum yang menjadi mata-matanya.
“Ah siallll!” umpat Nabil dengan melempar dokumen ke atas meja.
Pria itu mengendurkan dasinya lalu berjalan menuju balkon untuk menyalakan rokok. Begitu lah Nabil. Atau kebanyakan pria pada umumnya. Jika memiliki masalah atau sedang terbebani dengan suatu hal, pasti dengan merokok akan meringankan sedikit masalahnya.
Meskipun Nabil sudah tahu kalau Shanum masih memiliki hubungan saudara dengannya, tapi dia tidak begitu dekat dengan perempuan itu. Dulu, saat pertama kalinya mereka bertemu, Nabil memang sempat terpesona dengan kecantikan Shanum. Tapi percayalah, terpesonanya Nabil pada sosok Shanum sama halnya dengan terpesona pada semua wanita cantik lainnya. Memang dasarnya Nabil playboy, jadi dia tidak bisa sedikitpun untuk tidak melihat perempuan cantik.
“Shanum kan masih minim pengalaman. Aku yakin dia pasti sangat mudah untuk dikelabuhi.” Gumam Nabil setelah mengebulkan asap rokoknya.
Pria itu tersenyum smirk seolah otaaknya saat ini penuh dengan pikiran licik saat nanti Shanum resmi menjadi asistennya. Sudah menjadi watak seorang Nabil kalau dirinya paling tidak suak diatur ataupun diawasi. Jadi dia akan mencari cara bagaimana agar Shanum nanti tidak betah bekerja dengannya. Atau paling tidak, jika perempuan itu ingin hidup damai, sebaiknya tidak mengusik hidupnya. Sesimple itu moton hidup seorang Nabil.
***
Sementara itu saat ini Shanum sedang dalam perjalanan udara menuju kota dimana dirinya akan tinggal menetap sekaligus mengemban tugas baru sebagai seorang asisten. Shanum tampak sangat bahagia setelah mendengar keputusan sang ayah yang menyuruhnya tinggal di kota yang sama dengan Nabil sekaligus menjadi asisten pribadi pria itu.
Shanum yang sejak dulu sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada sosok Nabil sekaligus sepupunya, membuat ia langsung menerima permintaan Ayahnya untuk bekerja menjadi asisten Nabil. Shanum tidak peduli bagaimana perasaan Nabil terhadapnya. Cukup dekat dengan pria itu saja sudah membuat Shanum bahagia.
Beberapa saat kemudian pesawat yang Shanum tumpangi dengan sang Ayah mendarat dengan selamat di bandara. Dia segera turun dan bergegas menuju rumah baru yang akan menjadi tempat tinggalnya nanti.
“Apa Ayah akan tinggal di sini juga beberapa hari?” tanya Shanum saat mereka berdua baru saja menaiki taksi.
“Tidak, Sayang. Ayah besok ada meeting penting dengan klien. Jadi Ayah nanti malam juga harus segera pulang. kamu nggak apa-apa kan?” jawab Bagas.
Shanum hanya mengangguk paham. Dia cukup tahu kalau Ayahnya adalah seorang pengusaha. Tentunya meeting penting dengan beberapa kliennya tidak bisa diwakilkan begitu saja pada asistennya.
Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah hunian minimalis yang tampak asri. Rumah itu tidak terlalu kecil, juga tidak terlalu besar. Apalagi hanya ditempati Shanum seorang diri. Jadi dia tidak terlalu capek untuk membersihkannya.
Sedangkan rumah yang berada tepat di sampingnya, yakni rumah Nabil yang ukurannya lebih besar dari rumah Shanum. Jarak kedua rumah itu sangat dekat. Tidak ada pagar yang membatasinya, karena memang masih berada dalam satu area. Rumah itu juga sebenarnya milik Barra yang sudah lama tidak ada penghuninya, namun masih rajin dbersihkan.
**
Sore harinya, usai jam pulang kantor tiba, Nabil langsung pulang ke rumahnya. Karena sore ini juga ia akan bertemu dengan asisten barunya, yakni Shanum.
Dengan malas Nabil melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. sedangkan Papanya sendiri sejak tadi entah pergi kemana. Akhirnya Nabil memutuskan untuk mandi terlebih dulu.
Dengan penampilan yang lebih fresh dan baju kasual yang ia kenakan, Nabil keluar dari kamarnya. Di ruang tamu terdengar suara berisik orang sedang bercanda tawa. Hingga akhirnya membuat Nabil penasaran dan membawanya pergi ke sana.
Hal pertama yang dilakukan Nabil saat memasuki ruang tamu adalah melihat sosok perempuan cantik yang membuatnya terpesona. Siapa lagi kalau bukan Shanum.
Nabil menelan salivanya dengan kasar saat melihat wajah ayu Shanum yang sempat membuatnya pangling karena sudah lama tidak pernah bertemu.
“Selamat sore, Kak Nabil!” Sapa Shanum dengan ramah.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Ikoh Zia
terpesona kan lu sama shanum pusing 2 tuh pala
2022-12-02
0
Ana
cieeee nabil terpesona
inget loh nabil jangan mainin shanum 😁
ntar kamu kualat eh🤭
2022-12-02
1
❤ Nadia Sari ❤
Nabil ingin mempermainkan cinta Shanum? hmmm liat aja siapa yg terbucin bucin 😄
2022-12-01
2