Bab 2

Cika kini terduduk di lantai, dia melipat tangannya di atas lutut, semua sesak di dadanya tak tertahan lagi.

Dia terus menangis sejadi-jadinya, saat dia menangis, seorang pria masuk ke rumah kontrakan tersebut.

Pria yang terlihat masih kokoh di umurnya yang berkisar 40-an itu melihat putrinya yang kini menangis.

"Cika, apa yang terjadi?" tanya Herman pada putrinya.

Cika tidak menggubris pertanyaan papanya, dia masih saja menangis.

Tak berapa lama dia melihat istrinya baru saja keluar dari kamar, terlihat kini Sandra sudah berganti pakaian dengan daster rumahan.

"Apa yang telah terjadi?" tanya Herman pada istrinya.

Sandra menoleh sejenak pada suaminya, dia menatap kesal pada sang suami.

"Tanyakan saja langsung pada putrimu," jawab Sandra.

Bertahun-tahun Sandra hidup bersama Herman, dia sudah muak dengan suaminya itu.

Herman merupakan seorang pengangguran, dia tidak pandai mencari pekerjaan sehingga dia tidak sanggup membiayai kebutuhan istri dan dua anaknya.

Selama ini dia hanya membuka sebuah warung kopi di desanya, kehidupan mereka selama ini luntang lantung.

Herman menatap putrinya yang kini masih saja menangis tersedu-sedu.

"Cika, berhentilah kamu menangis! Pergilah beli sayur dan ikan asin, bersiaplah kamu untuk masak," perintah Sandra pada putrinya.

Dia menjatuhkan selembar uang sepulu ribu di lantai tepat di hadapan putrinya.

Cika teringat adik dan ayahnya yang akan makan malam nanti, akhirnya dia mengusap air matanya.

Dia mengambil uang tersebut lalu dia keluar rumah untuk membeli sayur dan ikan asin di warung.

Herman memandangi istrinya yang kini tengah membersihkan beras dan bersiap untuk memasak nasi.

Dia melangkah mendekati istrinya.

"Apa yang sudah kamu lakukan pada Cika?" tanya Herman pada istrinya.

Herman tidak peduli apa yang sudah dilakukan oleh istrinya tapi dia tidak terima melihat putrinya menangis.

"Itu bukan urusanmu," jawab Sandra.

Dia sama sekali tidak ingin berbicara baik-baik pada pria yang sudah menjadi suaminya selama 20 tahun.

"Sandra!" bentak Herman pada istrinya.

Herman kini menatap tajam ke arah sang istri.

"Apa?" bentak Sandra balik.

Sandra juga membalas tatapan sang suami, sorotan matanya tak kalah tajam dari sang suami.

Herman menggelengkan kepalanya, melihat amarah istrinya dia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Lalu dia duduk di kursi yang ada di dapur itu.

"Tak seharusnya kamu menyakiti Cika, putri kita itu masih belum mengerti masalah hidup yang kita hadapi saat ini," lirih Herman.

"Apa pun itu yang kamu lakukan di luar sana, aku tidak akan melarangmu, tapi jangan sekali-kali kamu menyakiti putriku," ujar Herman.

"Ya iyalah, kamu tidak melarang apa yang aku lakukan. Bukannya kamu tidak mau melarang tapi kamu tidak memiliki hak untuk melarang apa yang aku lakukan sekarang," ujar Sandra ketus.

"Terserah apa yang mau kamu katakan," ujar Herman.

Pria itu pun bangkit dari duduknya, setelah itu dia melangkah keluar dapur.

"Tidak ada gunanya aku berbicara denganmu," lirih Herman sembari meninggalkan dapur.

Sandra berdiam diri setelah meletakkan nasi ke dalam magic com. Dia memandangi langkah suaminya yang kini mengarah keluar rumah.

Sandra mengusap air matanya yang jatuh membasahi pipinya, dia sudah tak sanggup lagi menampung beratnya beban hidup yang dijalaninya.

Drrrttt drrrttt drrrttt.

Terdengar ponsel Sandra berdering, dia pun langsung melangkah menuju kamar.

Dia melihat layar ponselnya, di sana tertera nama Ramzy. Sandra langsung menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.

"Halo, Sayang," ujar Ramzy pada Sandra setelah panggilan tersambung.

"Halo," lirih Sandra tak bersemangat seperti biasa.

"Hei, ada apa?" tanya Ramzy.

Ramzy mendengar suara Sandra yang tak bersemangat sedikitpun tak seperti biasanya.

"Mhm, tidak ada apa-apa," jawab Sandra masih lesu.

"Apakah kamu sudah sampai di rumah?" tanya Ramzy pada kekasih gelapnya.

"Iya, aku baru saja sampai di rumah," jawab Sandra.

"Ya sudah, Kalau begitu kamu istirahat dulu, ya," ujar Ramzy.

Ramzy tahu bahwa kekasih gelapnya itu sekarang sedang badmood. Dia memilih untuk memutuskan panggilan tersebut.

Ramzy merupakan seorang pedagang sukses, dia memiliki toko perabot yang maju, toko perabot itu merupakan toko terbesar yang ada di desanya.

Dia sudah memiliki seorang istri dan satu orang putri yang berumur 8 tahun.

Ramzy terkenal sebagai seorang pedagang sukses, toko perabotnya membuka lapangan pekerjaan bagi beberapa pemuda yang ada di desanya.

Dia memiliki 7 orang pekerja di tokonya, sehingga dia tidak perlu terjun langsung dalam menekuni usahanya tersebut.

Dia setiap hari datang ke tokonya untuk menghandle pekerjaan yang ada di sana.

Ramzy merupakan kekasih gelap Sandra, mereka berselingkuh dari pasangan mereka masing-masing.

Ramzy pria yang baru saja memasuki umur 40 tahun yang merupakan fase puber kedua bagi seorang pria merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh istrinya.

Istri Ramzy merupakan seorang ibu rumah tangga, yang pekerjaannya hanya mengurusi rumah dan anak.

Harta dan kekayaan yang dimiliki sang suami tak membuat istrinya berniat untuk berdandan atau merawat diri di hadapan sang suami.

Tiara selalu terlihat lusuh setiap harinya, setiap kali suaminya menginginkan dirinya, dia selalu tak bergairah untuk melayani sang suami, sehingga pada suatu hari Ramzy bertemu dengan Sandra.

Flash back on.

"San, ayo kita ikut acara reunian," ajak Rosa pada sahabatnya.

Rosa merupakan sahabat Sandra, dia seorang single parent. Suaminya meninggal dunia saat dia mengandung putri pertama mereka.

"Hah? Reunian?" tanya Sandra tak percaya sang sahabat mengajaknya untuk mengikuti acara reunian yang diadakan oleh alumni SMA 1 Kabupaten Solok.

"Iya, lagian kamu sudah lama tidak pernah gabung sama teman-teman," ajak Rosa.

"Mhm, ayolah ikut saja," ajak Rosa.

Rosa terus membujuk sahabatnya itu untuk ikut, hingga akhirnya Sandra tak bisa menolak ajakan sang sahabat.

"Tapi, Ros. Aku tidak punya uang untuk ikut," lirih Sandra ragu.

"Kamu tenang saja, tidak usah pikirkan uang," ujar Rosa.

Keesokan harinya, Sandra dan Rosa pun ikut bergabung dalam acara reunian tersebut.

Mereka mengadakan reunian di sebuah rumah makan yang ada di kawasan Danau Singkarak.

Sebelum berangkat Rosa meminta Sandra untuk berdandan seperti yang biasa dilakukannya saat ada acara pesta di desanya.

"Kenapa harus dandan segala sih, Ros," tanya Sandra merasa risih dengan apa yang dilakukan oleh sahabatnya.

"Ya, enggak apa-apa, sih. Masa iya nanti kamu ketemu teman-teman kita dengan penampilan lusuh," ujar Rosa pada sahabatnya.

"Ayo, kita ke sana mereka sudah pada kumpul di sana." Rosa menarik tangan sahabatnya lalu membawanya ikut bergabung dengan teman-teman SMA nya dulu.

Saat itu semua teman-teman Sandra menatap kagum pada Sandra yang berdandan natural, tanpa berlebihan.

Aura kecantikan yang dipancarkan oleh Sandra tak pernah pudar hingga waktu telah memakan usia mereka.

20 tahun mereka tak berjumpa, kecantikan Sandra masih utuh seperti dia masih duduk di bangku SMA.

Seorang pria menatap kagum pada aura kecantikan Sandra, lalu dia melangkah menghampirinya.

"Hai," sapa si pria.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

mantap thor

2023-02-28

0

Nafsiah Trt

Nafsiah Trt

Ini ceritanya di rilis ulang lg yaa🙏

2022-12-02

1

🌻Yani Wi💕

🌻Yani Wi💕

haiyoo CLBK😊👍🏻🙏

2022-12-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!