Rio menerima cermin yang diberikan perawat. Dengan tangan gemetar mulai melihat wajahnya di cermin. Rio langsung membulatkan matanya saat melihat bayangan yang ada di cermin itu bukan wajahnya, melainkan wajah Anand.
"I.. ini tidak mungkin!"ucap Rio yang rasanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Ada apa, Nand?"tanya Pramana yang melihat putranya nampak terkejut saat melihat wajahnya sendiri.
"Ti.. tidak apa-apa,"ucap Rio terbata-bata, masih syok dengan apa yang dialaminya.
"Jika anda baik-baik saja dan tidak ada keluhan, saya permisi,"ucap dokter yang memeriksa Anand, kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu. Sedangkan Pramana nampak mendapat telepon dan segera keluar dari ruangan itu.
Rio menatap Rindy yang wajahnya terlihat datar. Tidak ada senyuman, apalagi pancaran kebahagiaan di manik matanya yang berwarna coklat. Bingung? Itulah yang dirasakan oleh Rio saat ini. Rasanya ini semua seperti mimpi, dan Rio berharap bahwa ini semua benar-benar hanya mimpi. Rio berharap semuanya akan baik-baik saja saat dia terbangun dari mimpinya ini.
Tak lama kemudian, Pramana pun masuk kedalam ruangan itu,"Rin, tolong keluar sebentar, papa ingin bicara dengan Anand,"ucap Pramana terdengar datar.
"Iya, pa,"sahut Rindy, kemudian melangkah keluar dari ruangan itu.
Pramana mendekati Anand yang masih berbaring dengan wajah pucat dan infus yang masih menempel di tangannya. "Nand, apalagi yang kamu lakukan? Kamu mengalami kecelakaan ini karena kamu sengaja menabrak seseorang? Sampai kapan kamu akan terus berbuat ulah?"
"Belajarlah menjadi dewasa dan pikirkan resiko dan konsekuensi dari setiap tindakan yang kamu lakukan! Papa sudah bosan membereskan semua masalah yang kamu buat,"Pramana terlihat marah dan kesal karena tingkah Anand yang selalu membuat ulah dan dirinyalah yang harus membereskannya.
Kali ini pun, Pramana harus membereskan masalah yang dibuat Anand, jika tidak, maka Anand akan ditangkap polisi atas tuduhan pembunuhan pada Rio. Dan hal itu jelas akan membuat nama keluarganya tercoreng.
Tanpa menunggu pembelaan dari Anand, Pramana langsung keluar dari ruangan itu dan menghampiri Rindy yang berada di luar ruangan itu,"Rin, kamu jaga Anand!"titah Pramana.
"Iya, pa,"sahut Rindy.
Pramana meninggalkan tempat itu dengan menahan rasa geram dan hati yang sangat kesal. Anak satu-satunya yang seharusnya bisa membantunya mengurus perusahaan malah kerjaannya hanya membuat masalah.
Selain wajahnya yang tampan dan bentuk tubuhnya yang proporsional, sedikitpun, tidak ada yang bisa diandalkan dan dibanggakan dari Anand. Itulah penilaian Pramana pada Anand.
Setelah kepergian Pramana, tiba-tiba kepala Rio kembali sakit, ingatan dalam otak Rio menampilkan betapa sedihnya Anand karena jarang mendapat perhatian dari papanya. Anand merasa kesepian dan merasa kurang kasih sayang dari papanya. Rio dapat merasakan kesedihan di hati Anand.
Ternyata di balik sifat arogan nya, Anand hanyalah seorang pemuda yang kesepian. Berbuat ulah hanya untuk mencari perhatian dari papanya. Tapi sayangnya, Anand tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang diinginkan nya dari papanya.
Walaupun kenyataannya Anand yang membuat dirinya meninggal, namun entah mengapa, setelah mengetahui perasaan Anand, Rio tidak bisa membencinya. Dibandingkan dengan kehidupan Anand yang serba kecukupan dengan segala kemewahan, ternyata hidup Rio yang jauh dari kata mewah dan menjadi yatim piatu sejak SMU lebih membahagiakan dari pada hidup Anand.
Sebelum orang tuanya meninggal, walaupun Rio dan kedua orang tuanya hidup dalam kesederhanaan, namun mereka saling menyayangi. Dan kini, walaupun dirinya hanya yatim piatu, banyak teman dan sahabat yang selalu ada bersamanya.
Ternyata hidup Anand sangat lah menyedihkan. Tak ada orang yang benar-benar tulus mau berteman dengan nya. Semua orang yang dekat dengan Anand hanya menginginkan keuntungan dari Anand. Sikap Anand yang suka menghambur-hamburkan uang membuat banyak yang ingin menjadi temannya hanya agar bisa bersenang-senang tanpa mengeluarkan uang dari dompet mereka.
Anand tahu jika teman-temannya hanya menyukai uang nya saja, tapi tetap berteman dengan mereka karena merasa kesepian. Sungguh, Rio tidak pernah menyangka jika kehidupan Anand begitu menyedihkan seperti itu.
Mirisnya lagi, ibu sambungnya yang dikira Anand sangat menyayangi dirinya, nyatanya hanya palsu belaka. Ternyata selama ini wanita itu memanjakannya dan selalu membelanya di depan papanya hanya agar dirinya menjadi anak yang tidak berguna.
Lalu bagaimana Rio bisa membenci orang yang telah membunuhnya ini? Pria yang bisa dibilang tidak pernah merasakan kebahagiaan sejak berumur tujuh tahun, tepatnya setelah ibu kandung nya meninggal.
Melihat Anand yang nampak kesakitan, Rindy pun tidak percaya,"Tidak usah berpura-pura sakit! Dokter mengatakan bahwa kamu baik-baik saja. Jangan pikir aku akan simpati padamu! Kamu tahu? Aku sangat membenci mu! Kamu membuat aku terpaksa putus dengan Rio dan menikah dengan mu. Dan sekarang, kamu bahkan membuat Rio meninggal,"
"Kamu dimata ku, tidak lebih dari pria brengseek! Pembunuh! Aku benci kamu! Sangat membencimu! Kenapa kamu tidak mati dan pergi ke neraka saja?!"ucap Rindy dengan suara yang tidak terlalu keras, tapi penuh dengan penekanan. Butir-butir kristal menetes dari kelopak matanya. Nampak jelas kebencian dan juga kesedihan di manik mata coklat milik Rindy.
Rindy membalikkan tubuhnya menjauh dari Rio yang sekarang ada dalam tubuh Anand. Rio hanya bisa menghela nafas berat seraya menahan rasa sakit di kepalanya, menatap sendu punggung Rindy yang berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan itu. Rindy memalingkan wajahnya dari Rio yang berwujud Anand.
Tak ada yang bisa dilakukan Rio selain diam. Menjelaskan pada Rindy bahwa dirinya adalah Rio, pasti Riny tidak akan percaya. Menenangkan Rindy dalam wujudnya sebagai Anand saat ini pun tidak mungkin, karena Rindy terlihat sangat membenci Anand. Jadi Rio sama sekali tidak memiliki pilihan selain diam dan berharap semua ini hanya mimpi.
Sudah setengah jam semenjak Pramana keluar dari ruangan itu, sepasang suami istri itu hanya diam tanpa kata. Rindy yang membenci Anand, dan Rio dalam wujud Anand yang bingung harus berbuat apa.
Karena merasa haus, Rio mencoba untuk duduk dan meraih gelas yang berisi air putih di atas nakas. Namun sayangnya Rio malah membuat gelas itu terjatuh. Rindy yang dari tadi sibuk berselancar di dunia maya pun terkejut. Reflek menoleh ke arah Anand saat mendengar suara gelas jatuh.
Dengan hati yang kesal, Rindy membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai itu.
"Maaf! Aku haus sekali, aku tidak sengaja menjatuhkannya,"ucapan Rio seketika membuat Rindy yang sedang memunguti pecahan gelas itu menghentikan gerakannya. Selama tiga bulan menikah dengan Anand, belum pernah Rindy mendengar Anand berbicara lembut seperti itu, apalagi meminta maaf padanya.
Tanpa sadar Rindy mendongakkan kepalanya menatap Anand yang juga sedang menatapnya. Rindy merasa tatapan mata Anand berbeda dari sebelumnya. Anand yang biasa menatap nya dengan tatapan arogan, saat ini malah menatapnya dengan tatapan lembut dan penuh penyesalan.
Sesaat kemudian Rindy tersadar bahwa Anand adalah orang yang di bencinya. Rindy pun kembali membereskan pecahan gelas itu tanpa merespon kata-kata Rio yang berwujud Anand itu.
...🌟"Tidak selamanya yang berwarna hitam itu pahit, seperti brownies, walaupun hitam tapi manis....
...Dan tidak selamanya yang berwarna merah itu manis, seperti mahkota dewa yang rasanya pahit....
...Kita tidak bisa menilai sesuatu dengan hanya melihat nya saja."🌟...
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Waris panca Kumala
wah wah ceritanya nih biar rio halal mencintai rindy gitu yah😅
2023-08-13
1
Herlan
jadi kasian sama anand
2022-12-10
1
Nuri Kirana
mampir kk nana,,, karya mu memang the best,,,, tetap semangatt
2022-12-06
1