“Ja-jadi, apa benar kamu kucing hitam itu?” tanya Ayara dengan gugup. Sebelum pingsan, dia sempat melihat perubahan tubuh Claude.
Blup! Asap putih kembali mengepul. Claude pun berubah menjadi seekor kucing, dalam satu kedipan mata. Ayara dan Luna pun ternganga melihatnya. Blup! Beberapa detik berikutnya, Claude kembali berubah menjadi manusia.
“Gimana? Udah percaya? Aku nggak bohong, kan?” kata Claude.
“Y-ya, kami percaya,” gumam Ayara yang sudah dua kali melihat perubahan Claude di depan matanya. Dia juga udah mendengar cerita Claude tentang kerajaan anehnya itu.
“Rasanya aneh, ketika mempercayai kejadian nggak masuk akal seperti itu. Manusia berubah jadi kucing? Atau kucing yang berubah jadi manusia? Padahal tadi aku sempat berpikir, kamu adalah penguntit yang biasa masuk tanpa izin lalu memasang kamera tersembunyi,” kata Ayara lagi.
“Ah, gila! Jadi tadi malam aku menggendeong cowok ini sampai ke dalam rumah?” ujar Luna merinding geli. “Sial*n! Tadi malam kamu menyentuh apa aja di dalam pelukanku?” ujar perempuan itu lagi. Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
“Heissh, aku mana ada berbuat begitu. Lagipula aku menahan sakit, karena kakiku terluka,” ujar Claude sambil menunjuk ke arah luka memar dan lecet di kakinya. “Lagian kenapa aku harus menguntit kamu? Memangnya kamu siapa?” tanya Claude dengan wajah datar.
“Wah, berandal ini! Kau nggak tahu siapa Ayara? Dia itu artis terkenal. Cowok mana pun pasti bakal suka melihatnya,” jelas Luna dengan berapi-api.
“Tapi sebenarnya kamu ini makhluk apa? Dedemit? Siluman? Kok bisa mengerti Bahasa kami?” tanya Ayara masih belum mengerti.
“Aku nggak paham makhluk-makhluk yang kamu sebutkan tadi. Tetapi ibuku Elf Cahaya, dan ayahku seorang ksatria berpangkat rendah,” kata Claude.
“Aku justru nggak mengerti dengan apa yang kamu maksud. Berasa nonton film dongeng anak-anak, deh,” sahut Ayara. Dia sudah mulai berani berhadapan dengan Claude. Tetapi masih belum bisa mencerna semua kejadian aneh ini. “Terus kenapa bisa sampai sini? Kenapa harus di rumahku?” tanya Ayara penasaran.
“Karena aku terlahir berbeda. Aku ini penyihir. Jadi aku diusir dari desaku, bahkan kerajaan tempat aku tinggal. Maaf aku mendadak muncul di sekitar rumahmu,” ujar Claude dengan wajah sedih.
“Penyihir? Maksudmu? Kayak Heri Poter gitu?” kata Ayara.
“Heri Poter? Aku nggak kenal dia. Mungkin dia penyihir dari kerajaan lain,” ujar Claude sambil mengernyitkan keningnya.
“Pffftt! Hahaha … Heri Poter itu cuma film,” kata Luna sambil terbahak-bahak.
“Ish, diem dulu, Kak. Aku lagi interogasi dia,” bisik Ayara.
“Oke ... Oke …” Kata Luna sambil menahan tawa.
“Tapi aku masih merasa ada yang aneh. Kalau kamu memang memiliki sihir, kenapa tadi malam nggak pergi aja dari rumah ini? Kamu pasti udah tahu siapa aku, kan? Kamu juga tau aku sendirian di rumah ini” kata Ayara penuh curiga.
“Itu karena kekuatanku habis, ketika berpindah ke sini,” kata Claude. Ayara masih mengerutkan keningnya. Dia tidak puas dengan jawaban Claude barusan.
“Baiklah, aku akan ceritakan semuanya,” ujar Claude kemudian.
“Ayara! Keluar! Kamu pasti ada di dalam, kan?” Tiba -tiba terdengar teriakan beberapa orang dari luar rumah Ayara. Claude pun mengurungkan niatnya untuk bercerita.
“Hah? Ada apa itu?” Ayara berlari ke arah jendela, lalu mengintip dari balik tirai. “Astaga! Kenapa ramai banget?”
Ayara terkejut melihat para wartawan yang berkumpul di depan rumahnya, bagaikan hendak melakukan demo. Pak Satpam yang bertugas, kewalahan menangani mereka. Dia tidak menyangka, skandal yang tersebar tadi malam akan berdampak separah ini pada dirinya.
“Kak Luna, kita harus meminta bantuan,” ujar Ayara lagi.
“Aku udah memanggil polisi, tetapi sampai sekarang mereka nggak datang juga,” kata Luna.
“Terus kita mau minta tolong siapa?” tanya Ayara bingung. Ini pertama kali dalam karirnya, mengalami kejadian seperti ini.
Ayara berjalan mondar-mandir di ruangan lantai dua tersebut. Para asisten rumah tangga, mau pun asisten manajemennya batal datang ke rumahnya. Mereka nggak berani datang, karena sudah pasti bakal dikejar para wartawan untuk mendapatkan sebuah berita.
Claude berjalan dengan kaki berjingkat-jingkat ke arah jendela, dan memperhatikan kerumunan di bawah sana. Beberapa saat kemudian Claude melemparkan pandangannya ke arah Ayara yang tampak ketakutan. Claude iba melihatnya. Pemuda itu teringat kejadian yang pernah dia alami, ketika diusir dari kampung halamnnya sendiri.
“Apa yang terjadi? Kenapa mereka mengerubungi rumahmu?” tanya Claude penasaran.
“Kenapa kamu mau tahu?” tanya Ayara pada Claude.
“Haaah, curigaan mulu dari tadi? Padahal aku berniat untuk membantumu. Sebelum datang ke sini, aku juga pernah mengalami hal ini. Bahkan lebih mengerikan,” ujar Claude pada Ayara. Rahang Claude mengeras. Dia terlihat marah dan sedih, ketika menceritakan masa lalunya.
“Eh? Kamu bilang apa?” tanya Ayara tak yakin dengan apa yang didengarnya barusan.
“Mau aku bantu mengusir mereka? Tapi aku harus tahu dulu, kenapa mereka berbuat begitu. Apa kamu berbuat salah, atau hanya fitnah. Karena aku hanya mau membantu orang yang benar,” ujar Claude memperjelas kalimatnya.
“Aku yang difitnah mereka,” ujar Ayara dengan lantang. Jelas sekali dia memendam amarahnya sejak semalam. “Mereka membuat berita palsu tentang aku. Sekarang, aku dianggap hina oleh semua orang,” sambung Ayara lagi. Entah kenapa dia menumpahkan segalanya di hadapan Claude begitu saja.
Claude menghela napas panjang. Dia tidak merasakan kebohongan dari kalimat Ayara barusan. “Baiklah, aku akan coba membantumu,” kata Claude.
“Gimana caranya? Polisi aja nggak mau datang dan ikut campur urusan ini. Mereka nggak semudah itu dibubarkan,” kata Ayara. Luna pun penasaran dengan apa yang akan dilakukan Claude.
“Sudah ku bilang, kan? Aku punya kekuatan sihir. Barangkali kekuatanku bisa untuk mengusir mereka,” kata Claude seraya melempar senyum ke arah Ayara.
Damn! Ayara terpana melihat senyuman manis pria itu. Sorot matanya memang terlihat tajam. Tetapi di saat yang bersamaan, juga tampak tulus dan menenangkan. Tapi kemudian Ayara tersadar, pria ini bukan orang sembarangan dengan kekuatan sihir yang dia miliki.
“Gimana? Apa aku boleh mencobanya?” tanya Claude kembali menawarkan bantuan.
“Apa benar kamu mau membantuku? Kamu nggak akan semakin mengacaukannya, kan?” kata Ayara masih ragu.
Claude kembali tersenyum, lalu mengucapkan kalimat mantra yang tidak diphami oleh Ayara dan Luna. Beberapa saat kemudian awan cumulonimbus bergulung di angkasa. Hari yang cerah pun mendadak berubah menjadi gelap, bagaikan akan datang badai.
“Apa yang terjadi? Apa dia memiliki kekuatan seperti pawang hujan?” pikir Ayara bingung dan takjub.
Rintik hujan mulai membasahi bumi. Angin pun bertiup cukup kencang. Sesekali guntur menyambar kuat, menumpahkan amarahnya. Para wartawan yang tadi berkerumun, satu per satu meninggalkan halaman rumah Ayara.
“Mereka udah pergi untuk sementara waktu. Hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini,” kata Claude dengan lemah. Tenaganya terkuras, hanya untuk mengeluarkan sihir yang sangat sederhana.
“Te-terima kasih,” kata Ayara terbata-bata. Air matanya menetes, karena merasa sangat lega.
Luna yang sejak tadi melihat semuanya, tidak bisa berkata-kata. “Siapa pria ini sebenarnya?” batin Luna.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Avril Qalesya Pratiwi
pokoknya lanjutttt
2022-12-02
4