“Aku ini kucing yang Nona tabrak tadi malam. Lalu teman Nona menggendongku dan membawaku ke sini,” jelas pria itu.
“Kucing? Kamu kucing itu?” jerit Ayara. “Nggak, aku nggak percaya! Kamu pikir ini film kartun? Atau Novel Fantasi? Mana ada orang yang bakal percaya bualan kayak gitu,” bantah Ayara.
“Aku kucing itu, Nona. Namaku Claude,” ujar Claude meyakinkan Ayara.
Sesaat Ayara terpana dengan ketampanan Claude. Tubuhnya tinggi dan atletis. Wajahnya yang simetris dengan alis sempurna, membuatnya terlihat lebih tampan dari pada para actor yang pernah dilihat Ayara.
Tapi ada yang tampak aneh. Mata pria itu sedikit berbeda dari manusia biasa. Warna mata pria itu berwarna hazel dengan sedikit shade warna hijau laut di tepinya. Bagian tengahnya, terdapat garis hitam yang bisa berubah ukuran sesuai dengan cahaya disekelilingnya.
“Ah, nggak. Jangan percaya padanya. Zaman sekarang sudah banyak teknologi untuk mengubah bentuk tubuh. Dia pasti penipu ulung yang sengaja memanfaatkan ketampanan wajahnya itu,” pikir Ayara.
“Nona, kenapa diam aja? Nona sudah percaya padaku, kan?” tanya pria itu dengan kedua alis bertaut.
“Nggak. Pasti tadi malam kamu nguping pembicaraanku dengan Kak Luna, kan? Atau kamu yang sengaja meletakkan kucing hitam itu di sana untuk menjebak kami?” tuduh Ayara.
“Astaga! Bukan begitu ceritanya, Nona.” Claude sudah mulai lelah memberikan penjelasan pada Ayara.
“Ayo cepat bilang, di mana kucing itu kamu sembunyikan?” kata Ayara lagi. Jemarinya telah menekan tombol call di layar telepon sejak tadi. Namun suaranya dia mute, agar Claude tidak curiga. Luna di seberang sana pun bisa mendengarkan percakapan mereka, sambil menuju ke rumah Ayara.
“Nona, kamu mungkin memang nggak percaya. Aku adalah kucing hitam itu. Namaku Claude, berasal dari Desa Aderrig, Kerajaan Myristica,” jawab Claude dengan sabar.
“Kerajaan Myristica? Aku nggak pernah dengar nama itu? Di mana letaknya?” tanya Ayara dengan tatapan curiga. Dia sudah tidak sabar menunggu bantuan datang, setelah menelepon Luna barusan. Sementara tangan kirinya masih memegang pisau dapur untuk berjaga-jaga.
“Kerajaan Myristica terdapat di Eropa. Jadi di Desa Aderrig atau Desa Sungai merah, semua ras hidup rukun. Aku adalah salah satu ras penyihir yang tinggal di sana,” ucap Claude lagi.
“Kamu berbohong. Di Eropa nggak ada namanya Kerajaan Myristica. Apalagi desa aneh tempat tinggal para penyihir kayak yang kamu bilang itu. Aku bukan anak kecil yang bisa kamu bohongi, Pak,” kata Ayara dengan tegas. Dia sudah merasa kesal dengan kebohongan demi kebohongan yang dilontarkan pria aneh itu.
“Ya sudah kalau Nona nggak percaya. Aku akan tunjukkan langsung, kalau aku beneran kucing hitam itu,” kata Claude dengan pasrah. Ini pertama kalinya dia mengubah diri di depan orang asing.
Blup! Kepulan asap putih menutupi tubuh Claude. Beberapa detik kemudian, pria itu menghilang dan digantikan seekor kucing jantan berwarna hitam yang sangar. Bruk! Ayara pun pingsan melihat pemandangan aneh itu.
Pintu rumah Ayara tiba-tiba terbuka. Seorang wanita berpakaian casual dan rambut pendek pun memasuki rumah Ayara dengan terburu-buru. Luna mengelilingi rumah sambil memanggil sang aktris.
“Ayara, tadi kenapa kamu menelepon? Tadi suaramu di telepon nggak kedengaran jelas. Apa ada wartawan yang menerormu?” seru Luna, manajer Ayara.
Mendengar suara itu, Claude pun otomatis berubah kembali menjadi manusia. Kekuatan sihir Claude masih belum normal, karena dia terlalu banyak menggunakannya. Claude pun berusaha pergi dari situ dan meninggalkan Ayara yang sedang pingsan. Sayangnya, kaki Claude yang terluka membuat gerakannya sedikit lambat.
“Astaga! Siapa kamu? Kamu apain Ayara?” Teriak Luna dengan panik. Dia melihat Ayara terbaring di lantai dapur. Lalu di dekat meja kompor, tampak seorang pria berjalan menjauhi Ayara.
Bam! Tanpa aba-aba, Luna pun memukul Punggung Claude dengan sebuah teplon besar yang terletak di atas rak piring. Claude pun ambruk tepat di hadapan Luna.
...***...
“Ugh, kepalaku pusing banget.”
Ayara membuka matanya secara perlahan. Dia lalu memandang ke sekeliling. Langit-langit berwarna putih dengan corak bintang kecil bertemu dengan pandangannya. Punggungnya merasakan dingin dan sakit, karena menempel dengan benda yang keras.
“Kamu udah bangun?” tanya Luna sambil menyodorkan segelas teh manis.
“Kak Luna?” gumam Ayara. Dia lalu berusaha untuk duduk. “Lah, pantesan punggungku sakit. Rupanya aku berada di lantai?” ujar Ayara terkejut.
“Iya. Mana kuat aku ngangkat kamu ke atas sofa. Apalagi ke kamar,” kata Luna.
“Loh ART-ku di mana?” tanya Ayara. Dia memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari para asisten rumah tangga yang biasanya datang bekerja mulai pukul tujuh pagi. Mereka memang tidak tinggal di rumah sang aktris, demi kenyamanan Ayara.
“Mereka nggak bisa datang. Rumahmu udah dikepung sama wartawan. Aku aja tadi harus manjat pagar kayak maling, baru bisa masuk sini,” jelas Luna. “Ini, minum dulu,” sambungnya lagi.
“Haaah, bisa gila aku. Banyak banget sih masalah hari ini. Cowok itu di mana? Tadi ada seorang cowok aneh yang menyusup ke sini. Dia tadi bilang penyihir atau titisan kucing, atau apalah itu,” kata Ayara sambil mengacak rambutnya, karena merasa sangat frustrasi.
“Tuh, di dapur. Aku udah ikat dia pakai tali,” kata Luna dengan santai. Manajer Ayara itu memang cukup cerdik dan garang, selaras dengan sifatnya yang sedikit tomboy.
Ayara buru-buru ke dapur, untuk membuktikan omongan Luna. “Astaga, Kakak apain dia? Cowok itu nggak mati, kan?” ujar Ayara bergidik ngeri. Claude tampak tak bergerak dengan mata terpejam. Mulutnya ditutup lakban oleh Luna.
“Aku cuma pukul dia pakai teplon, kok. Terus ikat tubuhnya, menjelang polisi datang,” kata Luna dengan santai.
“Apa? Teplon? Baguslah. Aku harap dia dipenjara karena menyusup ke dalam rumah, dan berbohong kepadaku,” kata Ayara dengan wajah riang. Rasa takut yang tadi menyelimutinya, perlahan menghilang.
Kepulan asap putih embali menutupi tubuh Claude. Ayara dan Luna kompak menjauh dari pria itu. Dada mereka berdegup kencang. “Sebenarnya apa yang terjadi?” pikir mereka.
Kekuatan sihir Claude, perlahan mulai pulih. Dalam waktu sekejab, seluruh tali yang mengikat tubuh pria asing itu terlepas. Begitu juga dengan lakban hitam yang menempel di bibirnya. Beberapa saat kemudian, Claude duduk dan menatap kedua wanita di hadapannya dengan tajam. Kakinya terlihat terluka dan lebam biru.
“Apa kita harus lari dari sini?” bisik Ayara.
“Tapi di luar banyak wartawan,” balas Luna.
“Nona-nona. Jangan takut. Aku bukan orang jahat,” kata Claude dengan sangat hati-hati. Dia bahkan tidak berjalan mendekati kedua wanita itu.
“Kamu siapa?” tanya Luna dengan lantang.
“Aku Claude, keturunan Elf Cahaya dan Ksatria. Aku berasal dari Desa Aderrig di Kerajaan Myristica. Kalau Nona cari tidak akan ada di peta Eropa saat ini. Karena kerajaan itu berdiri tujuh ratus tahun yang lalu. Mungkin di dalam catatan sejarah ada,” jelas Claude.
“Ja-jadi, apa benar kamu kucing hitam itu?” tanya Ayara dengan gugup. Sebelum pingsan, dia sempat melihat perubahan tubuh Claude.
Blup! Asap putih kembali mengepul. Claude pun berubah menjadi seekor kucing, dalam satu kedipan mata.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Avril Qalesya Pratiwi
lanjut
2022-12-01
4