Nick mengemudikan mobilnya dengan sangat pelan mengikuti Catalina. Gadis muda itu terang-terangan menolak naik mobilnya. Ia hanya bisa mengikuti dari belakang dan menyaksikan punggungnya yang berjalan di bahu jalan.
Dengan lampu mobilnya yang menerangi bagian belakangnya, tubuh kurusnya semakin jelas terlihat. Jika benar seperti yang Tatiana katakan sebelum dia koma, seharusnya ia bisa mengandalkan gadis itu.
Tingkat kemiripan mereka, hampir seratus persen.
Kesamaan fisik termasuk warna rambut, warna mata, warna kulit, bahkan tinggi badan, sama persis. Namun karena faktor lingkungan, berat badan mereka sedikit berbeda. Tetapi perbedaan itu tidak terlalu banyak. Hanya orang yang selalu berada di samping Tatiana yang akan mengerti berapa perbedaan bobot tubuh mereka. Mungkin hanya dua atau tiga kilogram.
Namun bukan berarti tubuhnya tidak bagus.
Meski menurutnya sedikit kurus, jika menambah sedikit lagi bobot tubuhnya dan memakai pakaian yang cocok, Catalina tidak kalah seksi.
Lihat saja, bahkan ketika hanya memakai jeans usang dan kaos kedodoran, dia masih tampak menggoda. Lalu apa kabar jika dia memiliki bobot tubuh yang pas dan mengenakan pakaian yang sesuai?
Tidak terbayangkan. Gadis itu mungkin mampu menyamai Tatiana cepat atau lambat, atau bahkan mungkin melampauinya.
Saat melihat Catalina masuk ke dalam sebuah gang sempit yang tidak bisa dilalui mobil, Nick segera menepikan mobilnya lalu menyambar kotak p3k sebelum turun dan berjalan kaki mengikuti di belakangnya.
"Hai." Nick mengawali pembicaraan. Namun, hening.
Catalina tidak peduli dengan keberadaan pria tak di undang yang sedari tadi mengikutinya. Yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya agar bisa menemui Tatiana tanpa bantuan Nick.
Uang yang ia simpan selama ini masih jauh dari kata cukup untuk sekedar bepergian. Itulah yang menjadi masalah utamanya, uang.
Setelah tiba di depan sebuah bangunan kumuh, Catalina masuk melalui pintu masuk, kemudian ia berjalan menyusuri koridor, menapaki satu persatu anak tangga menuju lantai dua, menyusuri koridor lagi, dan setelah tiba di depan sebuah pintu, ia menekan password. Begitu pintu terbuka, ia segera masuk ke dalam.
Tanpa mempersilahkan Nick masuk, dengan tidak tahu malunya dia masuk dengan sendirinya.
Setelah Catalina menekan saklar yang membuat satu-satunya lampu yang menggantung di langit-langit ruang menyala, pria tampan itu mengedarkan pandangan ke sekeliling
Melihat isi rumah yang kacau, Nick menyentuh tengkuknya. "Tempat tinggalmu jauh lebih buruk dari yang kuduga," celetuknya masih dengan memperhatikan lekat keadaan sekitar.
Kasur kecil yang tergeletak di lantai, lantai bobrok, cat mengelupas, ruang yang terlalu lembab, debu yang tidak dibersihkan dengan benar, sepatu dan pakaian yang berserakan, perabotan usang, puntung rokok, sampah-sampah yang tidak di buang setiap hari, dan semua itu adalah pemandangan yang ia jumpai begitu memasuki rumah.
Sepetak ruang berukuran tidak lebih dari empat meter persegi itu sama sekali tidak mirip rumah. Mungkin bisa di kategorikan sebagai tempat kumuh, sepetak ruang kumuh, apartemen kumuh, atau apapun sebutannya. Intinya seperti itu.
Catalina tersenyum miring. Ia yang sebelumnya sangat kesal terhadap Nick, semakin kesal. Ia meletakan tasnya secara asal dan berkata, "Aku juga tidak menduga kau akan terang-terangan menghina tempat tinggal seorang gadis yang baru pertama kali kau temui."
Apa Nick berpikir ia senang dengan kedatangannya?
Jika Nick berpikir begitu, maka dia salah.
Atas dasar apa ia harus senang?
Pria itu, jika bukan karena Tatiana, ia juga malas berbicara dengannya. Karena ia membutuhkannya untuk memberitahu lokasi pasti keberadaan Tatiana, ia terpaksa menahan rasa kesalnya untuk dirinya sendiri.
"Aku juga tidak menduga akan mengatakan itu," ujar Nick tanpa sedikitpun rasa bersalah. Ia mendudukkan diri di lantai. Tidak ada tempat duduk atau sofa yang bisa diduduki, ia hanya bisa meletakkan pantatnya di sana. "Tapi, lupakan!" Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas tentang tempat tinggal. "Sini!" Ia menarik pergelangan tangan Catalina hingga gadis itu terduduk di sampingnya.
"Hei, apa yang kau lakukan?" Suara Catalina meninggi. Ia menarik tangannya kembali. Sikap waspada sengaja ia terapkan untuk mengantisipasi hal tidak terduga yang bisa saja terjadi. Bagaimanapun, pria yang bersedia membayar tentara bayaran untuk memburu seorang gadis, kemungkinan besar adalah psikopat yang akan melakukan tindakan serupa di kemudian hari.
Nick membuka kotak p3k kecil yang ia ambil sebelum turun dari mobil. "Mengobatimu," jawabnya. Ia mencari barang-barang yang ia butuhkan di dalam kotak. Seharusnya ia menggunakan air dingin untuk mengompres memar di wajahnya. Namun di tempat seperti ini yang bahkan tidak ada kulkas, mustahil ia bisa menemukan air dingin. Mungkin ia hanya akan mengobati luka lebamnya seadanya.
"Kau tidak perlu melakukannya." Catalina menjauhkan dirinya dari Nick. Ia tidak suka dunianya yang tenang dimasuki orang asing. Itu menimbulkan perasaan tidak aman serta membuatnya sedikit cemas.
"Kenapa?"
"Hanya luka kecil," jawabnya. "Akan sembuh dengan sendirinya." Ia adalah orang yang terbiasa hidup sendiri dan terbiasa menangani berbagai macam hal seorang diri, tanpa bantuan siapapun. Dengan kemunculan Nick yang tiba-tiba, justru membuat kewaspadaannya kian tumbuh.
"Jangan keras kepala. Aku tidak suka bicara dua kali." Nick adalah pria dengan otoritas. Ketika ia menemukan Tatiana yang berbakat dan memiliki potensi, ia dengan segala otoritasnya, berhasil membawa namanya terbang tinggi. Selain itu, dengan sifatnya yang penurut, ia semakin menyukainya.
Bebeda cerita dengan Catalina. Perbedaan dua gadis itu benar-benar jauh. Mulai dari watak hingga kepribadian. Ibarat langit dan kerak bumi, jaraknya tak terukur, tak terhingga. Namun ibarat dua sisi koin yang berbeda, meski berbeda namun tetap berada pada koin yang sama. Mau sejauh apa perbedaan sifat dan sikap mereka, mereka tetap saudara kembar yang sama secara fisik.
"Aku juga tidak suka mendengar ucapan yang sama sampai dua kali," ujar Catalina, tidak mau kalah. "Jadi, menyingkirlah!"
"Kau benar-benar keras kepala." Selesai berkata, Nick mencengkeram pergelangan tangan Catalina, lalu ia menariknya. Setelah itu, ia membersihkan luka pada sudut bibirnya secara paksa menggunakan antiseptik.
"Ah." Catalina terkejut karena rasa perih akibat antiseptik yang dituangkan pada kapas kesat menyentuh luka di bibirnya.
Nick mencibir. "Dan kau jauh lebih lemah dari yang ku kira," ejeknya. Namun kesakitan yang Catalina rasakan tidak lantas membuatnya berhenti. Ia melanjutkan membersihkan sisa-sisa darah pada sudut bibirnya lalu mengeringkannya menggunakan kasa kering. Setelah itu, ia mengoleskan salep luka untuk mempercepat pengeringannya.
"Aku tidak lemah, aku hanya terkejut." Catalina membela diri. "Juga, jangan gunakan plester!" Tambahnya saat melihat Nick mengambil sebuah plester luka bergambar animasi dari kotak p3k.
Nick meletakan plester lukanya kembali. "Baiklah, aku tidak akan menggunakannya." Selesai berkata, ia segera membereskan barang-barangnya. "Bagaimana keadaanmu selama ini?" tanyanya kemudian.
"Untuk ukuran seorang pria, kau sangat cerewet."
Nick tertawa kecil. "Aku hanya ingin tahu keadaanmu."
Catalina mendesah kasar. "Seperti yang kau lihat, aku babak belur dan itu karena ulah bajingan yang tidak bertanggungjawab." Ia terang-terangan menyindir Nick. Tidak. Itu bukan menyindir, tetapi mencibir secara langsung.
"Apa kau sedang menyindirku? Tepat di depan wajahku?" Nick menunjuk dirinya sambil tertawa canggung. "Tidak bisakah kau tidak terang-terangan menyindir seseorang yang meski sudah menyakitimu tapi juga mengobatimu? Lagipula, memang benar aku yang merencanakannya, tapi aku melakukannya bukan tanpa alasan. Jadi jangan menyalahkan ku terlalu keras, oke?"
Catalina menggeleng perlahan. "Kau benar-benar punya muka setebal besi." Memang siapa yang ingin di obati pria busuk ini? Ia tidak meminta dan yang terpenting betapa nyamannya hidupnya sehingga ia berpikir dapat merubah perasaan orang lain sesuka hatinya. Apa dia berpikir jika dia sedikit saja menyenangkannya, maka ia akan mentoleransinya?
Ketika perbincangan berakhir, keheningan menghantui.
Mereka berdua tenggelam dalam kesunyian. sibuk dengan pikiran masing-masing, memikirkan masalah mereka sendiri. Pikiran mereka berada di ujung yang sama sekali berbeda. Bahkan mereka tidak berada di jalur yang sama.
Bagi Catalina yang seorang penyendiri, kedatangan seseorang merupakan hal terburuk yang pernah ada. Alasan kenapa ia selalu sendiri juga karena ia merasa tidak nyaman jika ada orang lain di dekatnya yang bertingkah seperti temannya.
Ia tidak punya teman dan ia tidak berencana untuk punya teman.
Ia hanya punya saudara kembar yang juga menjadi temannya. Meski mereka berpisah, satu-satunya teman dan saudaranya, hanya dia.
Tatiana diadopsi oleh sebuah keluarga saat mereka tinggal di panti asuhan. Alasan kenapa ia tidak ingin memiliki orang lain di sampingnya juga karena ia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan lagi.
Kehilangan Tatiana sudah cukup menghancurkan hidupnya. Ia tidak ingin kembali terpuruk seperti saat Tatiana dibawa pergi secara paksa. Itu membutuhkan bertahun-tahun untuknya bangkit, jadi ia memutuskan untuk mengasingkan diri dari dunia dan tidak berkomunikasi dengan orang lain jika tidak diperlukan.
Sedangkan Nick, dalam keheningan, ada banyak yang ia pikirkan. Tetapi pandangannya juga terus beredar mengawasi sekeliling untuk melihat sesuatu yang bisa ia lihat. Sesuatu yang dangkal, hambar dan sama sekali tidak menarik. Itulah gambaran kehidupan yang ia lihat tentang Catalina. Barang-barang usang, perabot seadanya, dan segala tentang gadis itu menjeritkan kemiskinan, kesepian serta kesendirian.
"Apa kau tinggal sendiri?" Suara serak Nick memecah keheningan. Ketika pandangannya beralih dari satu barang ke barang lain, tanpa sengaja wajah Catalina tertangkap penglihatannya. Wajah yang cantik, sangat mirip dengan Tatiana. Gadis ini hanya terlalu kumal.
Sebelah alis Catalina terangkat. "Apa kau melihat ada orang lain di sini?"
Nick menggeleng canggung. Menanyakan pertanyaan itu seperti ia sedang menunjukkan kebodohannya. "Jadi, apa kau punya teman yang pernah datang ke sini?" Ia cepat-cepat mengganti pertanyaannya sebelum Catalina benar-benar menganggapnya bodoh.
"Sejauh ini, kau orang pertama."
Nick tercengang. "Benarkah?" Ia tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa. Menjadi yang pertama datang, haruskah ia membuat pesta dan merayakannya?
"Apa aku terlihat seperti tukang bohong?" Catalina menunjukkan wajah datarnya.
"Tidak. Mana mungkin kau terlihat seperti itu," sahutnya cepat. "Aku hanya merasa terhormat menjadi tamu pertama yang datang ke rumahmu."
"Kau hanya tamu tak diundang." Yang itu berarti hanya Nick yang senang, ia tidak.
Senyum Nick memudar. "Kau tidak pandai menyenangkan orang."
"Sejauh ini memang begitu."
Seketika Nick kehilangan semua kata-katanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
park Chanyeol
Kira2 umur Nick berapa ya kaka🤔🤔
2022-12-14
2
Runa💖💓
😅😅😅😅
jujur banget sih Catarina
2022-12-04
5