Merupakan gambar seorang gadis muda yang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit dengan infus yang terpasang di punggung tangannya. Tidak hanya infus, tetapi ventilator dan juga selang makanan.
Dengan peralatan medis lengkap di sekitarnya, sekilas lihat orang akan langsung tahu keadaan macam apa yang dijalani gadis itu.
Kondisi vegetatif, atau..
Koma.
"I, i, ini tidak mungkin." Terkejut setengah mati, suara Catalina terputus-putus saat melihat gambar seorang gadis dengan wajah tidak asing terpampang nyata pada selembar kertas yang Nick tunjukkan. Tidak. Bukan tidak asing. Tapi sangat-sangat familiar. Saking familiarnya, ia merasa bahwa wajah itu dicetak dari cetakan yang sama dengannya.
Benar-benar mirip.
Namun, potret seorang gadis yang memiliki wajah yang sama dengannya, bagaimana mungkin Nick memilikinya?
Ia membatu untuk sesaat. Kemudian tatapannya beralih, menatap Nick dengan tatapan penuh selidik. Ia tidak tahu bagaimana atau darimana Nick mendapatkannya. Namun benaknya hampa. Alarm terus berbunyi di kepalanya seolah mengatakan bahwa ini bukan situasi dimana ia harus berpikiran buruk. Namun mustahil ia tidak curiga.
Ia mencurigai Nick. Tidak. Ia hanya khawatir. Sangat khawatir sampai membuatnya takut.
Apa yang terjadi padanya?
Kenapa?
Ada apa?
Memikirkan bagaimana hal-hal buruk semacam itu terjadi pada gadis itu, tubuhnya terhuyung lalu luruh di jalan layaknya daun yang tertiup angin.
Ia tidak berdaya. Sangat-sangat tidak berdaya.
Semua tenaganya mendadak hilang ketika wajah yang sangat ingin ia lihat tepat berada di depannya, tidak dalam kondisi yang baik. Namun meski begitu, ia tahu lebih dari siapapun siapa sebenarnya sosok itu. Tidak peduli seberapa pucat wajahnya, tidak peduli seberapa kurus tubuhnya, ia tetap mengenalinya.
Kenangan menyakitkan yang berasal dari masa lalu tiba-tiba bergulir di kepalanya seperti kaset rusak, membuat setetes bening jatuh dari sudut matanya.
Tatiana.
Benar. Itu adalah Tatiana.
Saudara kembarnya.
Kesayangannya
Cintanya.
Segalanya untuknya.
"Tatiana, bagaimana mungkin?" gumamnya dalam kegelapan. Rasa sakit yang perlahan hadir membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Tubuhnya bergetar dan akhirnya ia terisak saat air mata berbondong-bondong jatuh tanpa diminta.
Rasa sakit yang teramat dalam, rasa sakit karena sebuah luka, pada akhirnya ia merasakan sesuatu yang tidak ada di sampingnya namun terasa hilang. Seseorang yang tidak pernah ia lihat, seseorang yang tidak pernah ia sentuh, seseorang yang tidak pernah ia peluk, kenapa terasa kosong hingga rasanya sulit untuknya bertahan dalam kesadarannya?
Bahkan luka di tubuhnya, masih kalah sakit dari luka dihatinya. Sesuatu yang tidak bisa dilihat namun terasa nyata ia rasakan. Sesuatu yang.. ah sial, ia benar-benar tidak bisa menerjemahkan perasaan macam ini. Namun itu sangat menyakitkan.
Untungnya, tidak ada lampu jalan di sekitar. Sehingga tidak ada yang bisa melihat bagaimana keadaannya sekarang. Betapa menyedihkan, betapa terpuruk, betapa hancurnya ia hanya karena sesuatu yang tidak ia miliki.
Seharusnya ia tidak sedih. Lebih tepatnya, ia tidak boleh menunjukkan emosinya. Namun karena Tatiana, rasionalitasnya hilang. Seperti kehilangan separuh hidupnya, rasanya sakit sampai hampir mati.
Detik berganti menit. Kegelapan malam membuat suasana semakin sunyi. Kesunyian berubah mencekam secara perlahan. Dengan begitu, mustahil orang-orang yang sedari tadi mengawasinya tidak mengetahui tentang kesedihan dan tangisannya. Tapi siapa peduli? Entah mereka benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, itu bukan urusannya.
Melihat bagaimana Catalina menangis, Nick menaikan tangan, meminta agar para tentara bayaran mundur.
Mendapat instruksi, mereka segera mundur lalu perlahan hilang di telan kegelapan. Menyisakan dua orang yang masih bertahan dengan isi pikiran masing-masing.
Menyadari tidak ada orang lain selain Nick, Catalina perlahan bangkit. Kemudian ia berjalan perlahan menghampirinya. "Katakan, dimana Tatiana?" Suaranya dalam, penuh penekanan. Ia mencengkeram kerah kemeja Nick. "Katakan, atau aku akan membunuhmu selagi kawananmu pergi." Tidak ada sedikitpun jejak kelembutan yang tersisa dari dirinya, yang ada hanya kemarahan serta rasa benci.
Bukannya takut, Nick justru terkekeh. "Keberanianmu memang luar biasa." Dan ia sama sekali tidak terusik atas apa yang Catalina lakukan. Baginya, keberanian gadis itu adalah yang ia butuhkan. "Namun aku tahu lebih dari siapapun kau tidak bisa melakukannya." Ada kelebihan, maka ada pula kekurangan. Dan itulah kekurangan Catalina.
Gadis muda itu tidak bisa membunuh orang. Bukan karena tidak bisa, dia hanya tidak punya keberanian. Selain itu, dia juga tidak punya kekuatan atau kekuasaan. Jangankan membunuh, menyakiti pun ia yakin gadis itu tidak bisa melakukannya.
Tidak tahu bagaimana kehidupan gadis itu selama ini, tidak tahu apa yang dia lakukan selama ini.
Namun ia mendengar jika kehidupannya sangat lurus dan jauh dari masalah. Selain kuliah dan bekerja paruh waktu, hampir semua hal yang gadis itu lakukan positif. Tidak mencari masalah, tidak mencari keributan, sopan dan yang terpenting bisa mengendalikan diri dengan baik.
Meski dia arogan dan tidak begitu pandai berteman, jika berada di tangannya dan dalam perawatannya, tunggu saja seperti apa perubahannya. Ia tidak sabar menantikan itu.
Catalina mengeratkan cengkeramannya. "Sekarang aku bisa melakukannya." Tidak ada sedikitpun ketakutan yang ia rasakan. Selain dendam dan kebencian, yang paling kuat darinya adalah hasrat untuk membunuh orang yang sudah menyakiti Tatiana.
Meski tidak lagi berlatih beladiri sejak masuk bangku kuliah, Catalina yakin kemampuannya masih cukup baik jika hanya mematahkan leher pria tua di depannya. Dan bahkan jika ia harus berurusan dengan aparat kepolisian atas kasus pembunuhan yang mungkin akan ia lakukan, jika untuk Tatiana, ia tidak akan menyesal meski harus mendekam di balik jeruji besi selama sisa hidupnya.
Harga nyawa pria tua ini, tentu tidak sebanding dengan hidup adik perempuannya. Jika ia membiarkan begitu saja sosok yang sudah menyakiti Tatiana, sosok yang sudah membuat gadis itu terbaring di rumah sakit, dengan menghabisinya, mungkin cukup untuk memadamkan amarah di hatinya.
Nick menahan nafas saat merasakan cengkeraman Catalina semakin kuat. Gadis di depannya ini benar-benar gila. Dan ia merasa bahwa gadis itu sungguh akan membunuhnya jika ia berani memprovokasi lagi.
"Tentu kau bisa melakukannya." Kalimat Nick terputus dan mereka saling pandang. "Namun kau tidak akan pernah bisa bertemu dengan adik perempuanmu lagi." Dengan kosakata yang tersisa, ia menambahkan.
Satu-satunya alasan Nick mencari Catalina, adalah untuk Tatiana. Satu-satunya pula harapan yang tersisa untuk mencari pelaku yang sudah membuat Tatiana terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit. Jika bukan karena itu, ia tidak akan susah payah pergi mencarinya.
Mendengar kata "adik perempuan" disebutkan oleh Nick, seketika Catalina sadar dengan apa yang ia lakukan. Bayangan perpisahan yang terjadi di masa lalu, ingatan kelam tentang perpisahan yang tak terelakkan, gambaran menyakitkan saat kehilangan satu sama lain membuatnya tersadar jika kehidupan melelahkan yang ia jalani selama ini, semata-mata hanya untuk Tatiana. Agar ia bisa mencari dan menemukannya. Agar mereka bisa berkumpul seperti dulu lagi seperti saat mereka masih bersama.
Tetapi saat melihat tubuh tidak berdayanya, harapan itu kempis seperti balon yang kehilangan udara. Harapannya, tujuan hidupnya, kebahagiannya, tanpa dia, tidak ada gunanya ia hidup.
Melihat amarah Catalina perlahan reda, Nick berkata, "Lepaskan aku, Catalina. Aku satu-satunya orang yang bisa kau andalkan." Suaranya semakin rendah seiring kata yang terlontar. Jika ia belum menyebutkan, maka kelemahan Catalina yang lain adalah Tatiana.
Catalina dengan cepat kembali ke akal sehatnya. Tetapi ia tidak langsung melepaskan Nick. Ia tidak tahu siapa Nick dan apa motifnya. Apa dia orang kepercayaan Tatiana atau bukan. Namun ia takut meluapkan amarah dan kebenciannya pada orang yang salah.
Benarkah Nick orang yang harus ia bunuh?
Ia menatap pria itu selama beberapa waktu sebelum akhirnya benar-benar melepaskannya. Ia takut menargetkan orang yang salah. Namun bukan itu, yang paling menakutkan adalah ia tidak bisa bertemu Tatiana jika orang ini mati.
Dada Nick naik turun dengan nafas terengah. Seperti maraton empat puluh dua kilometer, ia sungguh kehabisan napas. Belum lagi tekanan yang Catalina berikan. Itu sudah cukup untuk membunyikan alarm tanda bahaya di kepalanya.
Bahkan jika Catalina tidak bisa membunuh, gadis itu pandai memberikan tekanan pada lawannya. Itu akan sangat menguntungkan jika ia bisa menjadikannya sebagai pengganti Tatiana.
Setelah melepaskan Nick, tubuh Catalina bergetar. Ia selalu merasa hancur tiap kali mengingat adiknya. Kakinya menjadi lemas dan ketika ia merasa akan tumbang, ia berjongkok. Ia menelusupkan jemari ke rambut kepalanya, lalu meremasnya.
Ia frustasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Wanda Harahap
ceritanya menarik
lain dari yg lain
diawal aja aku sudah dibuat penasaran
2023-01-02
0
🤗🤗
di waktu senja mampir.. lumayan rame, ttp semangat
2022-12-15
2
Itin
lanjut
2022-12-02
4