Tas Nayla diambil oleh jambret saat ia hendak ke minimarket di seberang jalan. Ia pun berteriak minta tolong.
Seorang pemuda datang menolong. Namun sudut bibirnya malah mengeluarkan darah akibat terkena tinju si jambret saat terjadi perkelahian tadi.
Nayla pun mengajak pemuda tersebut duduk diatas bangku tak jauh darinya dan mengambil kotak p3k dari dalam tas untuk mengobatinya.
"Argkkk..." si pemuda meringis kesakitan saat sensasi dingin dari kapas yang sudah dibaluri dengan cairan antiseptik menyentuh lukanya.
"Maaf...maaf! Sakit ya?" tanya Nayla penuh kekhawatiran.
"Tidak apa, mbak, tadi hanya sedikit perih saja" ucap pemuda tersebut sambil menggeleng dan tersenyum tipis.
"Sekali lagi saya minta maaf! Gara-gara nolongin saya, mas nya jadi terluka kayak gini." Nayla semakin merasa bersalah terhadap pemuda tersebut. Gara-gara menolongnya, ia harus terluka seperti ini.
"Tidak apa, mbak. Saya ikhlas kok nolongin mbak," tersenyum menenangkan untuk menghilangkan perasaan bersalah di hati Nayla.
Sejenak mereka sama-sama terdiam, tak tahu apalagi yang harus diomongkan. Namun secara tak sengaja Nayla melihat sebuah map yang sudah kotor akibat terkena tanah tergeletak disamping pemuda tersebut. "Hmm...Kalau boleh tahu, itu apa ya mas?" tanyanya.
"Oh ini?" memalingkan wajah ke arah map disamping dan memungutnya. "Ini surat lamaran kerja. Tadinya saya mau melamar pekerjaan di perusahaan Persada Makmur. Tapi kayaknya hari ini nggak jadi deh, soalnya mapnya sudah kotor kayak gini" mendesau lesu.
"Ya sudah, tidak apa. Besok saja saya kembali lagi setelah membuat yang baru."
"Memangnya mas ini mau ngelamar sebagai apa?."
"Apa saja, mbak! Jadi OB juga saya mau. Yang penting saya mendapat pekerjaan dan punya penghasilan tetap."
Mendengar jawaban pemuda itu, terbersit sebuah ide untuk membantunya sebagai bentuk ucapan terimakasih, "Coba sini saya lihat! Mungkin saya bisa membantu merekomendasikan nama Mas di perusahaan tempat saya bekerja," menadahkan tangan meminta bekas itu.
Pemuda tersebut terlihat ragu memberikan berkasnya, terlebih mereka baru saja bertemu. "Hmmm...kalau boleh tahu, nama mbak siapa?" tanyanya.
"Oh ya sampai lupa! Dari tadi kita bicara tapi belum tahu nama masing-masing," tertawa kecil dan menepuk jidatnya sendiri. "Kenalkan, nama saya Nayla Samma Fatimah, panggil saja Nayla," mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan, senyum manis terus tersungging di bibir.
Pemuda tersebut membalas jabat tangan Nayla dan balik memperkenalkan diri. "Nama saya Davka Digdaya, panggil saja Dave. Salam kenal, mbak!."
"Salam kenal juga. Oh ya, mana berkasnya tadi? Saya mau lihat sebentar!" mengembalikan obrolan pada topik perbincangan semula setelah perkenalan singkat.
Dave pun menyerahkan berkas di tangannya. Nayla membuka berkas tersebut dan membacanya sebentar. "Dari cv yang mas lampirkan disini, saya yakin mas akan mendapatkan posisi yang bagus."
"Baiklah! Besok kamu datang saja langsung ke bagian HRD di perusahaan Haidar corporation untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai, dan kamu tidak perlu melakukan wawancara apapun lagi," ucapnya sambil menyerahkan berkas itu kembali ke tangan Dave.
Dave tertawa kecil mendengar ucapan Nayla. "Itu perusahaan besar, mbak. Mana mungkin saya keterima kerja disana. Tes masuknya saja sangat sulit."
Nayla tersenyum maklum mendengar ucapan Dave yang seakan tak percaya dengan ucapannya. "Mas tidak perlu khawatir. Bilang kalau saya yang menyuruh kesana."
"Memangnya mbak ini siapa? Kenapa bisa sepercaya itu kalau nantinya saya akan di terima?" tanyanya bingung, mulai curiga jika wanita yang ada disampingnya bukan wanita sembarangan.
"Sebab saya adalah CEO di perusahaan itu" tandasnya.
Mulut Dave menganga tak percaya jika wanita yang baru ditolongnya tadi adalah seorang CEO perusahaan besar, ternyata dugaannya tadi benar jika ia memang bukan seorang wanita sembarangan. Namun detik berikutnya bola mata Dave berbinar bahagia. "Terimakasih banyak, mbak! Saya janji, saya akan bekerja keras setelah bergabung di perusahaan mbak nantinya."
Nayla tersenyum ramah. "Jangan bilang terimakasih begitu. Justru saya yang harusnya berterimakasih karena sudah menolongku tadi. Yang saya lakukan ini tidak ada apa-apanya dibanding pertolongan mas tadi."
"Oh ya maaf! saya harus pergi sekarang sebab masih ada pekerjaan penting yang harus saya selesaikan" ucap Nayla setelah beberapa saat.
"Oh ya, tidak apa, silahkan, mbak!" mengangguk hormat.
Nayla membuka tas dan mengambil selembar kartu nama di dalamnya kemudian menyerahkan kartu itu pada Dave. "Ini karti nama saya. kalau ada apa-apa, atau mas butuh bantuan, hubungi nomor yang tertera disana."
Dave mengambil kartu nama itu dan membacanya sekilas. Kemudian ia menyimpannya dibalik saku jaket. "Sekali lagi saya ucapkan terimakasih, mbak! eh maaf, maksud saya bu Nayla," tersenyum kikuk.
"Tidak apa! Panggil saja Nayla," balas tersenyum pula. "Kalau begitu saya permisi dulu." Ia pun melangkah pergi meninggalkan Dave sendirian.
...****************...
"Kau terlalu keras memukulku tadi. Lihat, bibirku sampai berdarah begini!" menunjukkan luka di sudut bibirnya. Sebuah pukulan ia berikan terhadap lawan bicara.
"Maaf, bos! saya sedikit terbawa suasana tadi," menundukkan kepala takut.
"Ya sudah tidak apa! Yang penting tujuanku untuk mendekati Nayla sudah tercapai. Ini bayaran buat kamu!" mengambil sebuah amplop dari ballik saku jaket dan menyodorkannya pada lawan bicara tersebut.
Pria tersebut mengulurkan tangan hendak menerima uang bayarannya. Namun saat tangannya hampir menyentuh amplop, Davka malah menariknya kembali. "Setelah ini, pergi dan tinggalkan kota ini. Aku tidak ingin melihatmu ada disini atau rahasia kita akan terbongkar," ucapnya.
"Bos tenang saja! Rahasia bos aman sama saya. Yang penting bayaran saya sesuai dengan kesepakatan."
Davka mendecih sinis. "Kalau soal uang saja langsung tanggap, tapi kerjaannya nggak becus. Ya sudah, ini bayaran kamu, dan tinggalkan kota ini sekarang juga. ingat! kalau aku sampai melihatmu lagi, aku tidak segan-segan untuk menghabisimu!"
Pria tersebut mengambil amplop berisi uang dari tangan Davka dan memeriksa jumlahnya. Setelah yakin jumlahnya sesuai, ia menutup kembali amplop tersebut dan mengecupnya sekilas. "Jumlahnya sudah sesuai dengan kesepakatan kita, terimakasih banyak, bos! kalau begitu saya permisi dulu. Kalau bos butuh bantuan lagi, segera hubungi saya."
"Hmmm...pergilah!" Dave berdeham sebagai jawaban dan mengibaskan tangan sebagai isyarat menyuruh pergi.
Sepeninggal pria tadi, Davka menyeringai licik sambil memandangi foto Nayla. "Ha ha ha....kau memang bodoh Nayla. Aku tidak percaya akan semudah ini untuk mendekatimu, bahkan kau sendiri yang menawarkan diri. Lihat saja! Aku akan membuatmu masuk ke dalam perangkapku tanpa bisa keluar lagi, dan aku akan membuat hidupmu bagai di neraka."
Ya, pemuda itu adalah Davka, orang yang menolong Nayla dari jambret yang merebut tasnya tadi. Dan pria yang bersamanya itu adalah jambret suruhannya yang sengaja dikirim untuk memuluskan rencananya mendekati Nayla.
Entah apa alasan dibalik rencananya ini, dan entah apa yang akan dilakukannya terhadap Nayla nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments