Bab 3

Mawar pergi ke kamar mandi, saat membuka ponselnya dan sepintas mengecek isi emailnya, mata Mawar terhenti pada satu-satunya nama yang dianggapnya penting saat ini. Diara. Sekretaris pribadi sekaligus orang kepercayannya. Diara sudah bekerja padanya sejak dirinya masih merintis karirnya sebagai designer.

Email itu semakin menarik perhatian Mawar dengan subjectnya. VERY URGENT.

Tanpa buang waktu Mawar langsung membukanya.

Je, ada masalah dengan design V503, design yang sama persis baru saja di launching perusaahan kompetitor VIVIAN hari ini, padahal kita sudah produksi masal dan baru akan launching pertengahan pekan depan.

Mawar memasukkan ponselnya dan berlari mencari Bu Lastri.

"Mau kemana War?" Tanya Rosa saat berpapasan dengan sahabatnya yang terlihat terburu-buru.

"Aku mau cari Bu Lastri, ada urusan sebentar!" Jawab Mawar, lalu segera berlalu meninggalkan Rosa yang kebingungan.

"Maaf Bu saya ada urusan mendadak, bisa saya izin pulang sekarang?"Tanya Mawar pada Bu Lastri, berusaha sesopan mungkin.

"Urusan mendadak apa? Baru kerja sudah mau izin?"

"Maaf Bu, sepertinya Ibu saya kena serangan jantung dan tidak ada keluarga lain dirumah!" Terpaksa Mawar berbohong, dalam hati menyesal kenapa harus mengorbankan Ibunya segala.

"Oh, kalau begitu cepat pulang, jangan sampai terlambat ditangani!" Bu Lastri jadi ikut panik.

Mawar mengangguk dan berterimakasih, lalu mengambil barang-barangnya dan bergegas turun. Di kamar mandi bawah, Mawar mengganti pakaiannya menjadi serba hitam. Tak lupa mengenakan masker dan kacamata yang telah disiapkannya. Lalu kemudian menghubungi Pak Bin, Sopir andalannya yang selalu standby setiap saat.

"Mau kemana Non?"

"Ke apartement lalu kembali ke kantor!"

"Wah kenapa harus repot bolak-balik segala Non?"

"Ada berkas yang harus saya ambil!"

Pak Bin hanya geleng-geleng kepala sambil menyetir dengan kecepatan maksimal.

"Non...non, ada-ada saja, sudah enak-enak jadi bos kok repot-repot jadi OG segala? Emangnya kerjaan non kurang apa?"

Pak Bin adalah orang kedua yang tahu tentang penyamaran M.Jelita Rosadi, majikan sekaligus bos perusahaan menjadi Mawar si office girl kampungan.

"Hehe, cari tantangan baru Pak.." Jawab Mawar sekenanya, sambil matanya terus menatap ponsel.

Tapi, sebenarnya apa alasan Jelita mau repot-repot jadi OG? Patah hati? Yah, alasan klise sekaligus bodoh. Tapi Jelita tak ingin memungkirinya.

Peristiwa patah hatinya adalah hal pertama yang membuatnya berfikir ingin meninggalkan dunianya yang gemerlap. Dan selebihnya, Jelita merasa muak dengan para penjilat yang mendekatinya hanya karena kedudukan dan kekayaan yang dimilikinya. Jelita ingin tahu, seandainya dirinya hanyalah dirinya saja, tanpa topeng harta dan kedudukan yang kini disandangnya, masihkah orang-orang memperlakukannya dengan sama baiknya?

Sampai di loby apartemennya, Mawar langsung turun dan bergegas naik ke unitnya. Mawar mengganti bajunya dengan setelan baju kerja berwarna merah menyala, lengkap dengam blazernya. Warna favorit Mawar agar terlihat mencolok dan mengintimidasi lawannya. Tak lupa Mawar memoles wajahnya dengan make up yang cetar membahana, yang harga satu produk foundationnya saja bisa setara satu unit motor. Dan...sim salabim! Bagaikan di sulap, kini Mawar si office girl kampungan telah berubah menjadi M.Jelita Rosadi, designer sekaligus owner GAYA.Corp yang disegani dan dipuja-puja semua orang.

Tak lupa Jelita menyemprotkan parfume mahal beraroma lembut sekaligus memikat untuk menyempurnakan penampilannya.

Jelita mengambil ponselnya dan membalas email dari Diara.

Jadwalkan meeting terbatas pukul 13.30 untuk membahas masalah ini, saya akan tiba di lokasi setengah jam lagi.

Email terkirim. Tidak lama berselang sudah muncul balasan.

Ok Je, meeting terbatas sudah terkoordinasi dan siap dilaksanakan.

Done. Diara memang selalu bisa diandalkan. Dan Jelita membiarkan Diara memanggilnya dengan namanya saja, karena mereka memang sudah akrab seperti sahabat.

Jelita mengambil berkas meeting di ruangan kerjanya, lalu segera keluar dari apartemennya dan turun ke lobby, dimana Pak Bin sudah setia menunggunya.

"Jalan Pak, balik ke kantor!"

"Siap Non!"

Saat mobil melaju Jelita melihat arlojinya. Masih satu jam lebih sebelum meeting dimulai.

"Pak Bin sudah makan siang?"

"Belum Non.." Jawab Pak Bin jujur.

"Kita mampir makan sebentar di restoran sunda langganan..."

"Baik Non..."

Jelita menikmati makan siangnya bersama Pak Bin, sambil mengobrol akrab selayaknya teman. Pak Robin, atau biasa Jelita memanggilnya Pak Bin juga salah satu orang kepercayaannya seperti halnya Diara. Orang yang menjadi saksi jatuh bangunnya Jelita merintis karir dan bisnisnya benar-benar dari bawah. Sebenarnya Pak Bin juga masih saudara jauh. Dan kepada Pak Bin lah orang tua Jelita menitipkannya sebelum keduanya meninggal. Karena itulah baik Jelita maupun Pak Bin merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga satu sama lain.

Setelah makan siang Jelita memesan benerapa menu untuk dibungkus. Pak Bin lalu mengantarkan Jelita kembali ke kantornya.

"Pak Bin boleh pulang dulu, bawa ini untuk keluarga Pak Bin dirumah..." Kata Jelita sambil menyerahkan bungkusan makanan yang tadi dipesannya.

"Terimakasih banyak Non.."

"Nanti jemput saya lagi jam tujuh malam.."

"Baik Non.."

Tanpa banyak bertanya Pak Bin sudah melajukan mobilnya meninggalkan majikannya.

Di kantor Diara sudah menunggu Jelita sambil menyiapkan bahan meeting. Diara segera menghampiri Jelita setelah bosnya duduk di kursi kebesarannya.

"Ini berkas penyelidikan sementara..."

Sesaat Jelita mengamati berkas yang disodorkan Diara.

"Sudah gue duga..."

Mata Jelita tertuju pada satu nama yang telah lama dicurigainya. Orang yang punya posisi cukup tinggi di perusahaan dan pernah ditolongnya dulu. Tapi kenapa orang itu bisa menusuknya dari belakang? Tentu saja kini Jelita tak akan tinggal diam. Tapi Jelita tak ingin terburu-buru. Jelita ingin memastikan semuanya hingga jelas, baru setelah itu mengambil langkah yang tepat.

"Apa langsung kita sidang saja?"

"Jangan! Kita main cantik saja.."

"Nanti dia juga akan ikut meeting..."

"Biarkan saja, biarkan dia merasa menang dan kita pura-pura bodoh..."

"Hmmm, okelah terserah lo..kan lo bosnya..."

"Ya emang gitu, kalau dikantor lo harus nurut sama gue!"

"Awas aja lo, tunggu pembalasan gue! Btw, gimana rasanya jadi Mawar si OG gaptek dan kampungan?"

"Haha pegel sih, tapi seru juga..."

"Jangan keasyikan lo aktingnya! Kerjaan gue jadi dobel nih, naek gaji donk!"

"Beres, selama jabatan gue lo ambil alih, gaji gue buat lo!"

"Nggak sekalian aja, gaji lo buat gue selamanya? permanen gitu jangan tanggung-tanggung!"

"Eh, ngelunjak lu ya? Kalau bukan pengikut gue dari dulu udah gue pecat karyawan rakus kayak lo!"

"Siapa takut, berani pecat gue, lo yang rugi! Mana ada asisten seperfect gue? Udah pinter, rajin, loyal, dan super setia kawan!"

Kalau sudah bertemu berdua, mereka sering asyik mengobrol sampai topiknya melebar kemana-mana. Maklum saja ritme kerja yang cepat dan padat membuat keduanya tak punya teman lain untuk sekedar ngopi sambil ngobrol. Jadilah momen di sela-sela pekerjaan begini di jadikan ajang saling meledek atau curcol.

"Iya deh percaya Diara Rahma yang paling cantik dan perfect sejagad GAYA.Corp, sekarang waktunya meeting, yuk buruan cuz ke ruangan!"

Tapi baik Diara maupun Jelita tetap sadar waktu, lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

Merekapun berjalan bersama, begitu melangkah keluar dari ruangan obrolan mendadak berhenti. Jelita menjadi bos dingin penuh kharisma yang berjalan di depan, sementara Diara berubah wujud menjadi asisten penurut dan cekatan yang mengikuti Jelita berjalan di belakang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!