Bab 2

"Heh, ngapain kalian disini? Lagi ngomongin gue ya?"

"Eh, Mbak Mona, gimana kabarnya? Aduh mbak, jangan ge er ya, mbak nggak sepenting itu sampai saya harus menghabiskan waktu saya buat ngomongin mbak..."

"Halah, nggak usah sok-sok an lo, masih anak baru, udah belagu. Lo kan yang ngadu-ngadu ke Bu Lastri tadi?"

"Kita nggak ngadu mbak, cuma jawab pertanyaan Bu Lastri aja, tapi maaf kalau mbak sampai dimarahi berarti emang mbak sendiri yang salah..."

"Eh dengerin ya! Kalian itu anak baru, nasib kalian disini bergantung sama gue, jadi sebaiknya mulai sekarang lo baik-baik sama gue! Cuma gue yang mau ngajarin kalian disini, kalau sampai dalam waktu tiga bulan kerjaan lo masih berantakan, lo nggak bisa nerusin kerja lagi, ngerti?"

"Ngerti Mbak, nih saya ada camilan tadi dikasih Pak Andi, mbak mau nggak? Enak lo mbak!"

"Halah timbang dikasih camilan doang udah besar kepala, beresin makan kalian, habis jam makan siang kalian ikut gue! Gue bakal ajarin gimana caranya pakai peralatan tempur kita!"

"Ya mbak..."

Mona dan para pengawalnya berlalu. Sejenak Mawar dan Rosa bisa menghabiskan makan siangnya dengan tenang. Tapi baru saja jam istirahat berakhir, Mona sudah muncul lagi dengan peralatan yang dijanjikan.

"Hello, ketemu lagi sama gue Mona, office girl paling kece di kantor GAYA. Corp! Sesuai janji, kali ini gue mau memperkenalkan alat tempur kita sebagai office girl teladan. Dengerin penjelasan gue baik-baik karena gue nggak akan sudi ngulangin lagi, ngerti?"

"Ngerti Mbak Mona yang baik hati..."

Dalam hati Mawar dan Rosa membatin, tumben Mona baik mau ngajarin dan nggak nyolot kayak biasa. Tapi prasangka baik itu langsung terbantahkan saat Mona mengucapkan ultimatum kedua.

"Dan inget, dengan selesainya penjelasan gue nanti, maka tuntas sudah tugas gue sebagai mentor kalian. Jadi jangan sampai kalian ngadu ke Bu Lastri lagi kalau belum diajarin, ngerti?"

"Ya jelasin dulu dong mbak, baru kita tahu ngerti atau nggak..."

"Eh, masih berani nyolot juga lo ya! Pokoknya gue cuma akan jelasin satu kali kalian harus ngerti! Kalo kurang ngerti, kalian harus belajar sendiri! baca manual book kek, cari di internet kek! Gue nggak mau tahu! Disini kalian nggak bisa jadi anak manja!"

Setelah itu Mona, bersama dengan kedua asistennya Ratih dan Marni menjelaskan secara singkat tentang bagaimana menggunakan peralatan penunjang office girl di kantor mereka. Ada vacum cleaner, coffe maker, sampai mesin fotocopy. Semua dijelaskan dengan teramat singkat, padat, dan tidak jelas. Bahkan mengerti kalimat yang diucapkan Mona dan teman-temannya pun tidak, bagaimana bisa mengerti cara menggunakan alat yang masih asing itu?

Dan tanpa memberi satu kesempatan pun untuk bertanya, Mona dan kawan-kawannya sudah berlalu begitu saja. Meninggalkan Mawar dan Rosa yang masih diam terpaku karena tak mengerti.

Beberapa saat mereka sibuk membaca buku petunjuk penggunaan masing-masing alat. Tapi meski sudah berulang kali dibaca mereka tetap tak mengerti sebab banyak istilah asing.

Tapi saat mereka hampir putus asa, harapan justru datang menyapa. Seorang pria tampan berseragam office boy datang menghampiri mereka.

"Eh, mbak-mbak ngapain cuma duduk disini, mukanya cemberut lagi?"

Tanya lelaki itu sambil tersenyum ramah. Hal yang jarang dilihat Mawar dari rekan-rekan seprofesinya.

"Masnya OB juga ya, kok baru lihat?"

"Iya, nama saya Farid, belum kenalan kan kemarin? Saya ada juga kok disini, mbaknya aja yang kurang perhatian sama saya..."

"Oh mas Farid ya namanya? jadi gini Mas, kita kan OG baru disini, tadi disuruh belajar memakai peralatan penunjang, tapi kita belum ngerti-ngerti, udah tanya sana-sini, tapi semua pada sibuk, kalau jelasin cuma sekilas aja dan kita tetep nggak ngerti.."

Mawar menjelaskan panjang lebar tentang masalah mereka.

"Oh, kebetulan sekali Mbak, pekerjaan saya baru saja selesai, mungkin saya bisa bantu, mbak-mbak mau diajarin yang mana dulu nih?"

"Yang mana aja Mas, terserah Masnya, kita belum ngerti semuanya..."

"Yaudah kita belajar bikin kopi pakai ini dulu ya, kebetulan saya lagi pengen ngopi...tapi nanti kopi hasil prakteknya biar saya yang minum ya?"

"Boleh Mas, tapi ngapain sih bikin kopi aja mesti ribet-ribet pakai alat beginian? Gampangan juga pakai kopi sachet tinggal tuang air panas dari termos juga jadi, enak lagi..."

"Beda dong mbak, yang ini level kopi nya ningrat, lebih nikmat dan dasyat aromanya, tentunya kalau bikinnya juga tepat! Ayo sini saya tunjukin cara buatnya!"

"Pertama-tama kita masukkan bubuk kopinya disini... Ini kopi premium ya, terbuat dari biji kopi pilihan, bukan kopi sembarangan..."

"Iya Mas tahu, kopinya juga ningrat kan?"

"Hehe, habis itu kita padatkan pakai alat ini..."

Farid menunjukkan alat itu pada Mawar dan Rosa, baru mempraktekkannya.

"Lalu kita pasang penyaringnya, kita tuang airnya disini, terus kita nyalakan mesinnya...nah jadi deh...tuh kopinya udah siap di cangkir..."

Rosa dan Mawar menatap dengan takjub.

"Ooo begitu ya..."

"Iya, lain kali kita coba alat yang lain ya? sekarang kita pulang dulu karena sudah waktunya pulang..."

"Wah, makasih banyak lo Mas, tapi kok Masnya cakep-cakep cuma jadi office boy sih?"

Farid tertawa mendengar pertanyaan jujur dari rekan seprofesi yang baru saja dikenalnya. Tentu Farid tidak kaget, karena pertanyaan semacam itu bukan kali ini saja di dengarnya.

"Terus kalau saya cakep harusnya saya jadi apa dong Mbak? Jadi pacar mbaknya gitu?"

Balas Farid sambil tersenyum menggoda. Mawar sempat salah tingkah, tapi kemudian berusaha menguasai dirinya agar tidak terlihat grogi. Alarm tanda bahaya menyala. Mawar bukanlah gadis polos yang akan dengan mudah tergiur mulut manis kaum adam, meskipun bertampang rupawan. Logikanya masih bekerja, dia bukanlah gadis dengan kecantikan bidadari yang bisa memikat lawan jenis dengan sekali pandang. Jadi kalau ada laki-laki yang baru saja bertemu sudah berani menggodanya, biasanya ada udang di balik bakwan.

"Ah Mas Farid ini, ada-ada saja...jangan mentang-mentang cakep jadi tebar pesona seenaknya, nanti banyak yang ngarep, bisa bahaya Mas!"

"Hahaha, enggak Mbak, mana berani saya sama Mbak Mawar, Mbak Mona saja berani dilawan, saya cuma bercanda mbak...lagian mbak duluan kan yang tanyanya mancing-mancing, pake muji saya ganteng segala, ya nggak?"

"Iya juga sih Mas, tapi saya nggak bermaksud mengombal, itu kan fakta?"

"Tuh kan mbak muji saya lagi? Iya deh emang saya ganteng kok dari sono nya..."

"Ealah, kok jadi tambah besar kepala! Iya situ emang ganteng, tapi bukan berarti saya naksir. Saya nggak level sama cowok yang sekedar ganteng, tapi juga harus punya kelebihan lainnya, istilahnya ganteng plus-plus, kalau cuma ganteng mah anugrah dari yang kuasa, nggak berhak manusia itu sombong "

Farid kembali tertawa mendengar celotehan Mawar yang panjang lebar. Cukup menghibur di sore hari yang melelahkan setelah seharian bekerja.

"Wah ternyata mbaknya ini selain berani, juga pintar ceramah, bener-bener multi talented deh!"

"Eh dinasehatin baik-baik malah ngeledek lagi...udah sana pulang, katanya udah waktunya pulang..."

"Wah-wah saya di usir nih sama anak baru..."

Selama Mawar dan Farid asyik mengobrol, Rosa hanya diam menonton sambil senyum-senyum sendiri, seperti sedang menikmati pertunjukkan live. Selama seminggu jadi anak baru dirinya nyaris hanya diam tak berkutik, bicara seperlunya saja, sebab takut salah ucap. Rosa mengagumi keberanian dan kepercayaan diri Mawar, berjanji bahwa esok dirinya juga ingin mencoba lebih berani dan tak mau ditindas lagi.

Sementara di luar ruangan, ada mata yang diam-diam memperhatikan mereka dengan tatapan penuh kedengkian. Namun kali ini pemilik mata itu tak berani berkutik, sebab tak ingin mencemarkan reputasinya sendiri di depan pangeran tak berkuda yang telah lama dikaguminya.

Ditunggu-tunggu pun mereka tak kunjung pulang, malah terlihat semakin asyik berbincang. Dengan sangat terpaksa akhirnya Mona melangkah pulang. Tapi tentu Mona tidak akan melepaskan anak kurang ajar itu begitu saja, esok hari pasti dia akan membuat perhitungan. Begitu rencana licik yang ada di dalam kepalanya.

Keesokan harinya, Farid kembali mencari Mawar di sela-sela waktu senggangnya. Tidak ada maksud lain, hanya ingin menepati janjinya untuk mengajari rekan barunya itu mengoprasikan peralatan penunjang kerja. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Farid menemukan Mawar sedang berdiri mematung di depan mesin fotocopy. Dan entah mengapa Farid merasa lega seperti baru saja menemukan anak yang hilang. Dan kelegaan itu juga dirasakan oleh Mawar begitu melihat Farid berdiri memandangnya.

"Eh Mas Farid! Akhirnya...."

Mawar bicara sambil menyuruh Farid mendekat dengan isyarat tangannya.

"Ada apa emangnya Mbak?"

"Ini lo, aku tadi disuruh fotocopy berkas sama Pak Andi, tapi bingung nggak tahu gimana caranya. Dari tadi nungguin orang lagi pada sibuk semua, nggak ada yang bisa bantuin..."

"Ohh, mana teman kamu Mbak Rosa? biar sekalian aku ajarinnya..."

"Bentar Mas aku panggilin, kayaknya tadi baru bikin kopi di pantry, paling sekarang udah selesai..."

Mawar beranjak mencari temannya dan tak berselang lama sudah kembali bersama Rosa.

"Ini Mas, ayo kita mulai, nanti Pak Andi kelamaan nunggunya..."

"Ok, jadi begini caranya..."

Farid mulai menunjukkan bagaimana cara mengoprasikan mesin fotocopy itu kepada dua rekan barunya. Mulai dari meletakkan berkas yang akan difotocopy ke dalam scanner, meletakkan kertas, hingga mengajarkan fungsi tombol-tombol. Semua dijelaskan perlahan, ditunjukkan caranya, lalu mereka masing-masing disuruh mencobanya.

"Tenang aja mbak, asal sering dipraktekkin pasti bisa kok, dulu waktu masih baru saya juga suka bingung..."

"Ya Mas makasih banyak, kayaknya selain jadi OB Mas Farid juga bakat jadi guru, buktinya sekali diajarin sama Mas Farid kita langsung bisa..."

"Ah, mbak Mawar bisa aja, ya udah saya lanjut kerja dulu ya, nanti kalau ada kesempatan dilanjut lagi belajar yang lain..."

"Eh sebentar Mas, saya mau tanya satu lagi, ini caranya fotocopy diperbesar gimana ya?"

Farid urung pergi dan kembali mengajari dua rekannya sebaik mungkin. Saat itulah tiba-tiba saja Mona datang menghampiri mereka.

"Eh lagi pada ngapain ini? Kok rame-rame disini? Emangnya pada nggak ada kerjaan?"

"Oh ini Mbak Mona, saya lagi ngajarin Mbak Mawar sama Mbak Rosa caranya pakai mesin fotocopy..."

"Aduh maaf lo Mas Farid, mereka pasti ngrepotin, sekarang Mas Farid lanjutkan saja kerjaannya. Urusan ngajarin mereka serahin aja sama saya, emang sudah tugas saya buat ngajarin mereka, yah meski harus disabarin-sabarin yah ngadepin mereka..."

"Emang udah selesai kok Mbak, ya sudah saya lanjut kerja dulu ya, dah Mbak Mona..."

Farid pun segera berlalu dengan terburu-buru. Sebab pekerjaannya memang sudah menunggu.

"Heh, anak baru! Berani-beraninya kalian godain Mas Farid? OB teladan paling ganteng sejagad GAYA. Corp!"

"Siapa yang godain Mbak Mona, kita cuma lagi belajar cara pakai alat-alat aja kok sama Mas Farid..."

Kali ini Rosa yang menjawab. Sudah lama Rosa mengumpulkan keberaniannya dan menunggu waktu yang tepat untuk eksekusi.

"Wah-wah, udah mulai berani kamu ya? Pasti diajarin teman kamu yang satu ini, iya kan?"

"Kalau iya emangnya kenapa Mbak Mona? Sudah sewajarnya kan kita melawan kalau ditindas seenaknya begini?"

"Eh siapa bilang gue suka menindas, gue ini senior kalian, jadi sudah sepantasnya kalau gue mendidik kalian biar bisa bekerja dengan baik dan benar, ngerti?"

"Iya Mbak Mona, tapi rasanya cara Mbak Mona mendidik kami kurang tepat, lebih seperti memperbudak kami..."

"Ah, berisik! Terserah deh kalian mau ngomong apa tentang gue! Yang jelas gue peringatkan dari sekarang, jangan berani-beraninya kalian godain Mas Farid!"

"Eh, emangnya Mbak Mona siapanya Mas Farid? Terus kalau Mas Farid yang godain saya gimana mbak?"

"Mustahil! Mana mungkin Farid yang keren mau sama lo yang udik dan kampungan gini!"

"Iya juga sih mbak, tapi nggak mungkin juga kan Mas Farid yang ganteng, baik hati dan suka menolong naksir sama Mbak Mona yang galak dan suka nyinyir?"

"Arrggh! Dasar anak kurang ajar, capek gue ngeladenin lo!"

Akhirnya Mona berlalu dengan hati yang dongkol. Sementara Mawar tertawa puas penuh kemenangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!