Hari ini Celia sudah bersiap untuk berlibur. Setelah perbincangan semalam, Celia tetap memutuskan untuk mengajak Joon berbulan madu.
Celia membawa beberapa barang yang diperlukan ketika berbulan madu nanti. Joon mengernyit bingung karena barang-barang yang dibawa lebih ke makanan dan mainan anak-anak.
Entah apa yang dipikirkan oleh Celia. Joon sendiri tidak peduli. Joon sudah terikat kontrak dengan Celia dan dia harus menuruti apapun keinginan Celia.
Celia menyetir mobilnya sendiri. Mobil melaju meninggalkan hiruk pikuk kota Seoul. Kemegahan dan kemewahan yang selama ini membelenggu Celia, untuk sementara akan dirinya tinggalkan.
Joon sendiri heran kenapa Celia malah pergi meninggalkan kota. Ia pikir mereka akan menaiki pesawat dan terbang ke luar negeri. Tapi nyatanya hanya keluar dari distrik Gangnam.
Memasuki distrik Mapo, mata Joon membulat sempurna. Ia mengenal daerah ini sekitar belasan tahun lalu. Meski jalan-jalan yang dilewatinya sudah berubah dari yang dulu, tapi kenangan yang dimilikinya tidak pernah berubah.
Joon memejamkan mata merasakan sakit di kepalanya. Kilatan bayangan tergambar di pikirannya. Entah apa yang tergambar dalam memorinya itu.
"Kenapa kita ke Mapo?" Tanya Joon.
"Nanti kau juga tahu sendiri. Sebentar lagi tiba," Balas Celia sambil terus menatap lurus jalanan di depannya.
Tiba di depan sebuah rumah sederhana yang jauh dari kata mewah, Celia turun dari mobil.
"Ayo turun!"
Joon masih terheran-heran kenapa Celia mengajaknya kemari. Hingga ia tidak sadar jika kini Celia sudah mengetuk pintu sebuah rumah yang entah milik siapa itu.
Joon keluar dari mobil. Ia mengamati lebih dulu tempat sekelilingnya. Rasanya tidak asing, begitulah menurut Joon.
Begitu pintu terbuka, seorang anak kecil berseru menyapa Celia.
"Ibu!"
Sontak mata Joon membelalak. "Ibu? Jadi, Celia sudah memiliki anak?"
"Hai, sayang. Bagaimana kabarmu?" Celia memeluk bocah kecil perempuan yang berusia sekitar 6 tahun itu.
"Aku merindukanmu, Ibu."
"Ibu juga sangat merindukanmu. Dimana nenekmu?"
"Nenek ada di warung. Sore nanti baru kembali."
Bocah perempuan kecil itu menatap Joon. "Ibu, siapa paman ini?"
Celia seketika ingat tentang Joon. "Ah, ini adalah paman Seok Joon. Dia teman Ibu."
Joon menghampiri Celia dan bocah perempuan itu.
"Halo, namaku Kang Seok Joon. Siapa namamu?" Tanya Joon sambil mensejajarkan tubuhnya dengan bocah perempuan itu.
"Namaku Park Mi Ran."
Joon mengacak gemas rambut Mi Ran.
"Ibu, ayo masuk!" Ajak Mi Ran.
Celia mengangguk. Ia mengajak Joon ikut masuk ke dalam rumah sederhana itu.
"Tunggu!" Joon mencekal lengan Celia.
"Apa anak itu ... Adalah anak dari pria yang di gosipkan denganmu?" Pertanyaan Joon membuat Celia marah. Celia langsung menepis tangan Joon.
"Terserah saja kau ingin berpikir apa tentangku. Tapi aku minta jangan katakan apapun pada Mi Ran. Dia masih terlalu kecil untuk mengetahui masalah orang dewasa." Celia masuk meninggalkan Joon yang masih mematung di ambang pintu.
"Jadi ini yang kau sembunyikan dari dunia luar, Nona. Ternyata diam-diam kau sudah memiliki anak? Lalu, siapa ayah anakmu itu?" Batin Joon menduga-duga.
...***...
Sore harinya, seorang wanita paruh baya bernama Ju Sang Mi pulang ke rumahnya yang sederhana. Ia membawa beberapa kantong barang belanjaan untuk cucunya yang ada di rumah.
"Nenek! Nenek sudah pulang! Ibu, nenek sudah pulang, Bu!" Seru Mi Ran memanggil Celia.
Betapa terkejutnya Sang Mi saat mendapati putrinya berkunjung ke rumah.
"Eun Chae, kau ada disini?" Ucap Sang Mi senang dan terkejut.
"Ibu, kau sudah pulang. Mari kubawakan barangnya!" Celia mengambil alih barang belanjaan yang di bawa Sang Mi.
Mereka bertiga masuk ke dalam rumah. Sang Mi kembali terkejut karena mendapati seorang pria menyambut kedatangannya.
Joon memberi salam pada Sang Mi.
"Selamat datang, Bibi!" Sapa Joon.
"Ah, iya. Eun Chae, siapa pria ini?"
"Umm, dia adalah Kang Seok Joon. Dia..."
"Aku adalah suami Celia. Salam kenal, Bibi!" Joon memberi salam. Ia sengaja mengatakan statusnya untuk mengetahui reaksi Celia dan juga Sang Mi.
Celia salah tingkah karena ucapan Joon barusan. Ia memilih untuk tidak memperpanjang perbincangan yang membuat canggung itu.
Malam harinya, Celia mengajak Joon bicara di luar rumah. Celia marah karena Joon mengatakan yang sebenarnya di depan ibunya.
"Kenapa? Kau marah karena aku mengatakan yang sebenarnya?"
"Kau tidak punya hak untuk mencampuri urusanku!" Ucap Celia dengan menunjuk Joon dengan telunjuknya.
"Jadi, disinilah keluargamu tinggal? Kau tenang saja, aku tidak akan membocorkan rahasiamu itu. Tapi, aku sendiri juga tidak mengerti kenapa kau membawaku ke rumah ibumu."
Celia terdiam. Ia sendiri tidak tahu kenapa harus membawa Joon menemui keluarganya.
"Kalian disini?" Sang Mi datang menghampiri Celia dan Joon.
"Ibu ingin bicara dengan kalian berdua. Ayo masuk!"
Joon dan Celia saling pandang, kemudian mengikuti langkah Sang Mi.
Kini mereka duduk bertiga dan saling berhadapan.
"Apa Mi Ran sudah tidur, Bu?" Celia harus memastikan jika putrinya tidak mendengar apa yang akan mereka bicarakan.
"Sudah. Sekarang jelaskan pada ibu. Jadi benar, jika kau sudah menikah?"
Celia mengangguk.
"Dia adalah suamimu?"
Celia kembali mengangguk.
"Ibu melihatnya di televisi. Kau menyembunyikan sosok suamimu ini. Tapi, kau membawanya untuk menemuiku. Apa kau memang sengaja ingin mengenalkannya pada Ibu?" Sang Mi bicara dengan tenang. Ia ingin mendapat penjelasan dari sang anak.
"Maafkan aku karena tidak memberitahu Ibu soal pernikahan ini. Kami menikah di Vegas kemarin, Bu."
Sang Mi mengangguk paham. "Baiklah. Ibu mengerti. Sekarang istirahatlah! Kalian pasti lelah."
Joon dan Celia mengangguk bersamaan. Mereka menuju kamar lama milik Celia yang sudah lama ditinggalkannya.
Celia masih belum selesai bicara dengan Joon. Celia menatap tajam pria yang berstatus suami kontraknya itu.
"Kau puas sekarang? Karena kau, aku harus bicara jujur pada ibuku!" Sewot Celia.
"Tenanglah, Nona. Kau sudah membohongi publik dengan pernikahan kita. Apa kau tega membohongi keluargamu sendiri?" Balas Joon.
"Kau!" Celia menunjuk Joon. Ia sungguh kesal sekarang.
"Aku berterimakasih padamu karena kau mengenalkanku pada keluargamu. Aku menghargai kejujuranmu." Suara Joon terdengar lembut.
Sejenak Celia terdiam. Ia tahu tidak seharusnya ia marah pada Joon. Ia sendirilah yang membawa pria ini bertemu dengan keluarganya.
"Baiklah. Aku minta maaf. Aku yang salah karena sudah membawamu kemari. Tidak seharusnya aku melibatkanmu dalam urusan keluargaku. Harusnya aku..."
"Tidak, Nona! Aku menyukai kejujuranmu. Sungguh!" Joon mencegat kalimat Celia.
Tak ingin melanjutkan perdebatan, Joon memilih untuk merapikan kasur lantai dan bersiap untuk tidur.
"Aku sangat lelah. Sebaiknya kita tidur! Kau tidurlah di ranjang. Aku akan tidur di bawah," ucap Joon.
Celia tersenyum. Kemudian ia naik ke atas ranjang. Celia berusaha memejamkan matanya.
"Aku tidak tahu apa yang kulakukan ini benar atau tidak. Tapi, satu hal yang aku tahu. Kau adalah orang baik, Tuan Kang Seok Joon. Aku merasakan itu sejak pertama kali bertemu denganmu," gumam Celia dalam hati sebelum ia benar-benar memejamkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
karya othor emang selalu the best 👍👍
2022-12-06
0
ɴᴏᴠɪ
Joon ada ingat masa lalu lwt jalan kerumah Celia, apa di masa lalu dia kenal sama Celia?apa yg dilupakan sama joon?duh jadi tambah penasaran deh 🤧🤧
2022-12-04
2
adekku
ceritanya menarik kayak di drakor gto.....lanjut lg dunk yg bnyk ya
2022-12-04
2