Kalandra akhirnya bisa melihat gadis itu berdiri di depan pria yang ternyata hanya seorang anak kecil berusia sekitar 13 tahun, namun tubuhnya lumayan besar jika dibanding dengan anak seusianya.
"Tapi... Alif tidak tega melihat kondisi ibu, Kak!"
Kalandra bisa melihat, gadis itu mengambil paksa dompet yang berada di tangan anak laki-laki itu.
"Sekarang pergilah sebelum ada yang melihat dan kamu tertangkap! Sore nanti, kakak akan ke rumah sakit!" ucap gadis itu penuh penekanan.
Kalandra terus bersembunyi hingga anak laki-laki itu pergi dan gadis itu berjalan mendekat kearah persembunyiannya.
Kalandra keluar dan pura-pura tidak tahu apapun.
"Ini dompet anda, Pak!" Kalandra melihat gadis itu tersenyum tipis.
"Pencurinya membuang dompet anda, dan saya tidak bisa menangkapnya."
"Silahkan periksa! Apakah isinya masih utuh atau tidak!"
Gadis itu meninggalkan Kalandra yang memeriksa dompet dan isinya masih sama, tidak ada yang hilang.
"Terima kasih!" Ucap Kalandra pada punggung kurus yang mulai menjauh itu.
"Sama-sama, Pak!"
Kalandra terdiam saat gadis itu menjawabnya tanpa menoleh dan malah terus pergi.
"Aku sepertinya pernah melihat gadis itu. Tapi dimana ya?" Gumam Kalandra.
Kalandra mengangkat bahunya acuh. Ia melebarkan langkah dan mengejar gadis itu.
"Tunggu!"
Gadis itu berhenti dan keduanya berdiri saling berhadapan.
Kalandra mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan memberikan pada gadis itu.
"Ini, sebagai rasa terima kasihku!"
"Maaf, Pak. Saya tidak bisa menerimanya. Saya ikhlas menolong." Ucap gadis itu namun matanya memandang uang itu lekat lekat. Seperti ada pergolakan batin. Ingin menolak, tapi ia butuh uang itu.
"Ambil saja!"
Gadis itu menggeleng. "Tidak, terima kasih!"
Kalandra tertegun. Jelas-jelas ia mendengar bahwa bocah laki-laki itu butuh uang dan gadis ini mengatakan akan bertanggung jawab atas biaya rumah sakit. Entah masalah apa yang terjadi diantara mereka tapi yang pasti gadis ini membutuhkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit.
Kalandra mengimbangi langkah gadis itu. Ia menyodorkan kartu namanya. "Ambil ini, dan jika butuh sesuatu hubungi aku!"
Gadis itu mengangguk dan mereka berpisah karena gadis itu menyetop seorang tukang ojek.
Sementara ia menuju ke tempat dimana mobilnya terparkir. Ia mengemudikan mobil menuju sebuah perusahaan besar milik sahabatnya. Dewandaru Grup.
Ia sudah terbiasa datang ke perusahaan ini. Namun, kali ini tampak berbeda. Beberapa karyawan menatapnya dengan tatapan aneh. Tapi, Kalandra berusaha untuk tidak peduli.
"Pasti karena isu yang sudah terlanjur menyebar!" Gumam Kalandra.
Kalandra masuk ke dalam lift. Ia hendak menekan tombol angka, namun di depannya ada gadis yang berteriak.
"Tunggu, Pak!" Gadis itu berjalan cepat untuk bisa masuk ke dalam lift.
Kalandra memperhatikan gadis yang tampak terburu buru itu. Gadis itu memakai celana bahan dan blazer.
"Gadis ini ada disini? Dia bekerja disini?" Gumam Kalandra saat melihat gadis yang menolongnya tadi masuk ke dalam lift yang sama dengannya.
"Good Kayla. Hari pertama naik jabatan, dan kamu malah terlambat! Bagus!" Gumam gadis itu entah memuji atau memaki dirinya sendiri.
Oh, jadi namanya Kayla. Batin Kalandra.
"Dan setelah ini, bersiaplah menghadapi bos yang killer itu!"
Kalandra menaikkan satu alisnya saat ia mendengar Kayla mengatakan bos killer.
Ia jelas mengenal Jendra, bos diperusahaan ini. Tapi soal killer, dia baru tahu.
"Semoga saja aku tidak langsung diturunkan dari jabatanku!" Gumam Kayla.
"Bukankah kamu..."
Gadis itu menatap Kalandra. Dan mengangguk. "Iya, Pak. Saya gadis yang sama."
Kalandra tersenyum kecil.
"Biasakanlah mengawali hari dengan tersenyum dan tanpa mengomel!"
Kayla tersenyum kecil lalu melihat lurus ke depan.
"Jangankan omelan, bahkan hari ini ku awali dengan lari marathon hingga ke gang sempit!" Gumam Kayla kesal. Ia sudah terlambat tapi pria yang sudah ia tolong ini malah menceramahinya.
Kalandra mengulum senyum. Ia mendengar apa yang Kayla katakan dan ia tahu maksudnya.
Pintu lift terbuka dan mereka berjalan menuju ke ruangan yang sama, ruang CEO.
"Jendra ada di dalam, Mel?" Tanya Kalandra pada sekretaris Jendra yang bernama Melani.
"Ada, Pak! Beliau juga sedang tidak ada tamu."
Tanpa basa-basi Kalandra masuk ke ruangan CEO, dimana menjadi tempat bersemayamnya seorang Jendra Dewandaru.
Sementara Kayla harus berhenti di meja sekretaris untuk mendapat izin masuk ke ruang CEO.
Kalandra membuka pintu dari kaca tebal itu. Ia bisa melihat seorang Jendra, playboy sang penakluk para gadis tengah mode serius di depan laptop.
"Angin apa yang membawa seorang Kalandra bertandang ke perusahaan Dewandru?" Sambut Jendra tanpa menatap Kalandra.
"Kalau menyambut tamu, setidaknya tatap orangnya, Jend!" Kalandra langsung duduk di depan meja kerja sahabatnya.
"Tidak perlu! Aku bisa mencium baumu dari jarak 50 meter!" Sahut Jendra.
Kalandra tertawa sinis. "Aku benci pikiranku!"
"Apa yang ada dalam otakmu?" Tanya Jendra.
"Anji*ng pelacak!"
"Bangs*at!" Maki Jendra sambil tertawa karena sahabatnya itu malah menganggapnya seperti anjing pelacak yang bisa mengenali objek hanya dari baunya.
Jendra bersandar di kursinya dan sejenak meninggalkan pekerjaannya.
"Ada apa, Kal? Mulai dikejar wartawan, uh?" Jendra mengulum senyum.
Kalandra melipat tangannya di dada. "Sudah tahu?" Tanyanya.
Jendra tertawa. "Sudah 3 gadis yang menghubungiku meminta kejelasan, Kal!"
"Semakin hari, mamamu semakin gil*a!"
Kalandra mengangkat bahunya. "Tapi yang ini membuatku benar-benar hampir kehilangan kewarasan!"
Jendra mengambil ponselnya dan membaca headline sebuah berita online.
"Kalandra Rajaswa masih betah menjomblo, diduga penyuka sesama jenis."
"Hahahah... berita murah yang sepertinya cukup melukai harga diri seorang Kalandra!" Jendra terbahak saat membaca berita yang menyebabkan wartawan memburu Kalandra di depan kantornya.
"Aku tidak peduli sebenarnya, jika saja para wartawan itu tidak mencariku ke kantor!"
"Apa jadinya jika rekan bisnis dan para pemegang saham mempertanyakan hal ini?" Kalandra mengungkapkan kekhawatirannya.
"Mana mungkin wartawan tidak memburu berita panas seperti ini," jawab Jendra.
"Mereka harusnya tahu, kalau aku masih berduka." balas Kalandra.
"Yang salah itu, mama kamu!" tuduh Jendra yang sudah hafal dengan kelakuan Riana.
"Sepertinya aku harus melakukan konferensi pers." Sebuah ide yang muncul di fikiran Kalandra.
"Makanya menikah saja. Berita menghilang, wasiat dibacakan, warisan di bagi dan kamu bisa untuk tidak tinggal serumah dengan mereka."
"Perkara selesai!" Lanjut Jendra.
Ia sudah tahu semua permasalahan sahabatnya. Mengenal pria itu sejak SMA membuat hubungan keduanya sudah seperti saudara.
Kalandra tertawa sinis. "Menikah?"
"Mimpi buruk!" Lanjut Kalandra.
"Ck!" Decak Jendra. "Beginilah kalau manusia hidupnya terlalu lurus!"
"Kal, jaman modern seperti ini, ada istilahnya nikah kontrak, Kal!"
"Hitam diatas putih!"
"Tapi pernikahan bukan mainan, Jend!" Potong Kalandra.
"Ya... ya... ya..." Jendra mengalah. "Tapi ingatlah Kal! Pernikahanmu bisa membuat mamamu berhenti melakukan hal gil*a."
Intercom dimeja Jendra berbunyi. "Pak, Kayla sudah ada di depan ruangan anda."
Melihat Kalandra yang tak ingin membalas ucapannya, Jendra akhirnya mengizinkan gadis itu masuk ke dalam ruangannya.
"Suruh dia masuk, Mel!" Perintah Jendra.
"Ada tamu?" Tanya Kalandra karena ia takut mengganggu.
"Tidak. Masih karyawanku."
"Siapa?" Tanya Kalandra.
"Sekretaris baru!" Jendra menaikkan satu alisnya.
Kayla? Sekretaris baru? Apakah masih gadis yang sama? batin Kalandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Andi Muh.taufik Andi sayyid
.......l
2023-01-01
1
Andi Sayyid
lanjut
2022-12-09
2
Lihayati Khoirul
kayaknya Keyla jodohnya kaindra
2022-12-09
1