"Selamat pagi, pak!" Keduanya melihat kearah pintu dan tampaklah Kayla dengan setelan kerjanya berjalan penuh percaya diri mendekat ke meja Jendra.
"Silahkan duduk!" Jendra meminta Kayla duduk di samping Kalandra.
"Maaf saya terlambat datang, Pak. Ada hal tidak tertuga terjadi pagi ini." Kayla menunduk dan sesekali ia melirik ke samping. Dimana ada Kalandra yang duduk dengan tenang.
Jendra mengangguk. "Harusnya kamu tidak terlambat. Bukankah hari ini sangat penting untuk kamu?" Ucap Jendra.
Kayla mengangguk. "Maaf sekali lagi pak. Ini benar-benar diluar kendali saya."
"Maafkan dia, Jend. Dia terlambat karena menolongku."
Jendra menatap Kalandra penuh tanya. Ia bahkan sampai mengerutkan keningnya.
"Seseorang mencuri dompetku dan dia membantu mengejar pelakunya," jelas Kalandra membuat Kayla bernafas lega.
Jendra menatap keduanya bergantian. Entah mengapa ia punya satu ide yang menurutnya lumayan keren.
"Baiklah!"
"Kayla..."
"Ya, pak!"
"Soal pengajuan pinjaman kamu pada perusahaan, saya tidak bisa kabulkan!"
Kayla membulatkan matanya. Beberapa hari lalu, ia memang sempat mengajukan pinjaman pada atasannya itu.
Ia sangat terkejut karena Bosnya itu bukannya membahas mengenai tugasnya sebagai sekretaris baru, tapi malah membahas mengenai pengajuan pinjamannya.
"Tapi saya butuh uang itu, Pak. Anda bisa potong 20-30 persen dari gaji saya tiap bulannya," ucap Kayla lemah.
"Tapi, pinjaman terakhir kamu masih belum lunas. Gaji kamu masih harus dipotong sampai 6 bulan kedepan, Kay!"
"Saya tahu, Pak! Atau paling lambat bulan depan, saya akan lunasi."
"Bagaimana caranya?" Tanya Jendra remeh.
"Ehm..." Kayla melirik kearah Kalandra. Ia merasa keberatan jika pria itu tahu masalah yang sedang ia hadapi.
"Abaikan saja dia!" Perintah Jendra. "Dia bukan tipe pria yang suka bergosip."
Jendra tahu, Kayla tidak ingin Kalandra tahu masalahnya.
Kayla mengehela nafas. Ia meyakinkan dirinya bahwa Kalandra tidak akan ikut campur.
"Begini, Pak! Saya akan menggadaikan sertifikat rumah saya. Saya butuh uang itu secepatnya, karena saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Apalagi, untuk menggadaikan sertifikat ke bank, harus melewati beberapa proses yang pasti akan membutuhkan waktu lebih lama lagi, Pak!"
Jendra tersenyum kecil. "Saya punya solusi. Kamu bisa mendapatkan uang tanpa harus berhutang."
Kayla mengerutkan kening. "Saya tidak akan menjual diri saya, pak!" Ucapnya tegas karena hal itulah yang ada di otaknya.
Jendra tertawa. "Siapa juga yang akan membeli kamu, Kay?"
"Jadi, bagaimana caranya agar saya bisa mendapatkan uang tanpa berhutang, Pak?"
Jendra melihat kearah Kalandra membuat Kayla terkesiap.
"Menikah dengannya!" Jendra menunjuk Kalandra dengan dagunya.
"Apa?" Kalandra langsung menegakkan duduknya.
"Apa?" Pekik Kayla lalu dengan cepat ia menutup mulutnya. Sadar apa yang ia lakukan tidak sopan.
"Saya tidak bisa, Pak!" Tolaknya seketika. Mana mungkin dia menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia kenal.
"Apa-apaan kamu, Jend!" Bentak Kalandra. "Tidak! Aku tidak akan menikah!"
"Dan kamu! Saya juga tidak mau menikah denganmu!" Kalandra menuding Kayla. Ia kesal karena gadis itu terang-terangan menolak dirinya yang terlihat nyaris sempurna itu.
"Saya juga!" Kayla membuang muka.
Jendra menggaruk keningnya. "Kalian datang dengan membawa masalah kalian ke ruangan saya. Dan setelah saya memberikan kalian solusi, kalian malah marah-marah!"
"Solusi dari bapak tidak masuk akal!"
"Solusi dari kamu tidak benar, Jend!"
"Astaga! Kalian kompak sekali!" Jendra tertawa.
"Dengarkan aku, Kal!"
"Dengarkan saya, Kay!" Jendra melipat tangannya diatas meja.
"Kal! Kamu hanya perlu Kayla untuk pura-pura jadi istri kamu!"
Kayla membulatkan matanya. Ia terkejut. Pura-pura bagaimana?
"Hahah.. bukan pura-pura sih. Nikahnya ya sungguhan, tapi cuma diatas kertas."
"Sampai isu itu mereda dan mama kamu berhenti mengusurus hidupmu!"
"Kamu berikan Kayla imbalan, sejumlah uang. Saat ini Kayla butuh lebih dari 50 juta."
"Dan Kayla! Ini hanya pura-pura. Anggap saja kamu sedang bekerja sebagai asisten pribadinya di rumah!"
Kayla mengerutkan kening. "Nikah kontrak?" Tanyanya.
Jendra mengangguk. "Benar sekali. Pernah dengar kan?"
Kayla masih bingung. "Saya fikir, itu cuma ada di novel fiksi, Pak!"
Jendra tertawa. "Bagaimana? Kamu bisa?"
"Eh, main bisa-bisa saja! Aku tidak setuju, Jend!"
"Ayolah, Kal. Anggap saja kalian sedang saling membantu."
"Aku tidak setuju."
"Terserah kamu. Menurutku ini adalah ide yang paling bagus untuk mengatasi masalah kamu."
"Dan aku tahu Kayla gadis yang tepat."
"Kalau pun kamu pakai caraku tapi dengan gadis lain. Kamu akan bingung menjelaskan pada mamamu tentang gadis itu."
"Tapi kalau Kayla, dia karyawanku selama lebih dari 3 tahun. Aku bisa membantumu dengan mengatakan bahwa aku yang mengenalkan kalian berdua!"
Kalandra diam sejenak. "Aku tidak mau menganggap pernikahan itu seperti permainan, Jend!"
Kayla melirik pria yang tampak sedang kebingungan itu. Untuk apa dia harus menikah dengan cara seperti ini? Ada masalah apa sebenarnya?
"Ayolah, Kal! Media butuh bukti. Menikahlah dengan Kayla!" bujuk Jendra.
Bukti apa? Batin Kayla.
"Kayla, bagaimana denganmu?"
"Saya akan memikirkan ini, Pak!"
Kalandra melirik gadis disampingnya. Dia butuh uang untuk menanggung biaya rumah sakit ibu dari anak laki-laki tadi? Mengapa dia sebaik itu? Atau mungkin dia yang menyebabkan ibu dari anak itu masuk rumah sakit.
"Sekarang kamu boleh keluar, Kay! Melani akan membantu kamu mengenai pekerjaan baru kamu!"
"Ikuti semua arahannya."
"Baik, Pak!"
"Good, akur-akur kalian. Dan semoga bisa bekerja sama dengan baik!"
Kayla mengangguk. "Semoga saja, pak!"
"Soal tawaran saya. Saya tunggu keputusan kamu besok pagi."
"Sekarang silahkan keluar!"
Mereka menatap kepergian Kayla.
"Jangan terlalu banyak berfikir. Dia cantik dan tidak malu-maluin menjadi istri seorang pewaris Rajaswa Grup." Jendra tertawa pelan.
"Bagaimana? Nol sampai sepuluh?" Tanya Jendra pada Kalandra.
"Lima koma lima!"
Jendra tertawa sinis. "Astaga! Dasar pria tidak normal! Dia nyaris sempurna, Kal!"
"Dia cocok jadi istri pura-pura kamu!"
"Perlu gadis yang kuat untuk menghadapi mama dan adik ipar kamu yang bermuka dua itu!"
"Dia cerdas, tahan banting dan..." Jendra mendekatkan wajahnya. "Dia sedikit bar-bar!"
***
Kayla Anaya, usianya sudah 28 tahun dan ia masih berstatus jomblo bahagia. Ya, meskipun kebahagiaannya tidak datang dari seorang pria, setidaknya ia bahagia karena hidupnya tercukupi semenjak ia menjadi bagian dari Dewandaru Grup 3 tahun lalu.
Meski tidak memiliki tabungan yang cukup, setidaknya ia bisa menebus rumah milik orang tuanya yang sempat tergadai ditangan renternir.
Gaji yang lumayan dan posisi yang terus merangkak naik membuatnya lupa akan usianya yang sudah tidak muda lagi.
Ia bukan tidak ingin menikah, ia hanya tidak ingin dikekang oleh seseorang yang menyandang status sebagai suaminya.
Ia akan menikah jika ada pria yang bersedia membiarkannya bebas. Bebas bekerja, bebas kemana saja, bebas melakukan apa saja saat di rumah, dan yang pasti, tidak mengganggu hobinya, yaitu tidur.
Tapi, tawaran si Bos lumayan menggiurkan. Ia hanya harus pura-pura menjadi istri seorang Kalandra Rajaswa dan dengan begitu ia bisa mendapatkan uang dan membiayai perobatan ibunya Alif.
Beberapa hari lalu, Kayla tanpa sengaja menabrak wanita bernama Susi itu. Akibat kecelakaan itu, Bu Susi mengalami luka parah di kakinya sehingga harus dioperasi dan menjalani terapi beberapa kali agar bisa kembali berjalan dengan normal.
Sementara itu, sepeda motor yang ia kendarai harus diperbaiki di bengkel karena mengalami kerusakan yang lumayan parah.
"Hanya berperan sebagai istri kan?" Tanya Kayla pada dirinya sendiri.
Di kamar sepi, ia memikirkan baik buruk tawaran yang Jendra berikan.
"Aku tidak harus melayaninya secara biologis, kan?"
"Aku tidak harus memberinya keturunan, kan?"
Kayla menggeleng pelan. "Mikir apa kamu, Kay!"
"Jelas tidak akan pernah terjadi, Pak Kalandranya saja tidak mau menikah denganmu, apa lagi sampai melakukan hal itu...." Kayla bergidik ngerih.
"Sumpah demi apapun aku belum siap melepas segel!"
"Besok akan ku tanyakan pada pak Jendra mengenai hal itu."
"Ah, ya... Aku masih penasaran mengapa pria itu harus buru-buru menikah?"
"Pak Jendra mengatakan media butuh bukti?"
"Bukti apa? Pernikahan itu?"
Kayla bertanya-tanya. Dia akhirnya mencarinya di internet. Dan berita terbaru mengenai Kalandra membuat matanya membulat sempurna.
"Pantas saja dia tidak mau menikah!"
"Dia memang penyuka sesama jenis atau itu hanya isu? Atau dia dan pak Jendra..."
Kayla bergidik ngerih. Ia tak sanggup membayangkan dua pria kekar berwajah tampan itu saling bercumb*.
"Kalau memang semuanya benar begitu, itu artinya jika aku menikah dengannya, sudah bisa dipastikan segelku aman!"
Kayla tersenyum lebar. Entah mengapa dibalik berita menggelikan itu, ia malah merasa senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
rika
jendra... kamu pelopor pernikahan nya kalandra dan kayla 😄😄😄
2023-02-06
0
Andi Muh.taufik Andi sayyid
.....
2023-01-01
1
Andi Sayyid
lanjut....
2022-12-09
3