BAB 5

"Kenapa tidak mungkin? Bahkan suami kamu telah menginginkan aku, kakak nya tidur di kamar ini bersama kamu, istrinya," sahut Sandy. Di dalam hati Sandy menahan tawanya melihat ekspresi takut, khawatir dalam diri Dita, istrinya sendiri.

"Wah ini benar-benar permainan yang menyenangkan! Haha," pikir Sandy dalam hati sambil melihat Dita yang menunjukkan wajah kebingungan.

Dita mulai salah tingkah di kamar itu. Seumur hidup nya Dita tidak pernah satu kamar dengan laki-laki asing yang belum Dita kenal kecuali suaminya saat ini yaitu Emon. Bahkan saat ini Dita masih perawan ting-ting belum di sentuh oleh suaminya, Emon. Tuan muda Emon bilang kalau penyakitnya lah yang menyebabkan dirinya menjadi impoten dan tidak berhasrat dengan lawan jenis. Jadi seumpama Dita tidak mengenakan sehelai pakaian pun, Emon tidak akan tergoda. Itu menurut apa yang dikatakan oleh tuan muda Emon. Dan anehnya Dita yang polos mempercayai nya.

Dita sesekali melihat Sandy yang sikap dan perangai nya sangat berbeda dengan Emon. Sandy ini terlihat pria nakal yang genit. Sedangkan Emon laki-laki kalem yang terlihat berwibawa.

"Dua pria satu darah namun berbeda jauh kepribadian nya. Aku lebih menyukai sosok tuan muda Emon yang selalu menjaga kehormatan ku. Sedangkan laki-laki ini? Matanya tajam seperti elang yang setiap saat ingin memangsa aku," pikir Dita yang diam-diam mencuri pandang Sandy yang saat ini sedang fokus di depan layar laptop nya.

"Namun jika laki-laki ini serius seperti itu, dia seperti tuan muda Emon! Oh benar! Wajahnya seperti tuan muda Emon saat aku membuka topeng nya saat tuan muda sedang tidur. Apakah tuan muda Emon dengan Sandy ini saudara kembar? Tetapi secara perawakan badannya sama persis. Yang membedakannya adalah tuan muda Emon tidak bisa berjalan dan lumpuh. Sedangkan laki-laki ini terlihat perkasa dan kekar. Aku rasa, laki-laki ini seorang playboy kelas kakap,"pikir Dita yang tidak berkedip melihat Sandy yang duduk meja kerja di kamar utama itu.

"Apakah kamu sudah cukup puas melihat wajahku yang tampan ini, hem?" Tiba-tiba saja Sandy bicara tanpa melakukan pergerakan badannya. Sandy tetap lurus menatap layar laptopnya. Dita tentu saja gelagapan dan terkejut lantaran Sandy memergokinya dirinya sedang mengamati wajah dan penampilannya.

"Eh, tidak kok!" sahut Dita lalu serta merta menjatuhkan tubuh nya ke tempat tidur yang empuk dan luas di kamar itu. Dita menyelimuti tubuh nya dengan bedcover di kamar itu. Sandy diam-diam tersenyum sendiri.

"Tidur dan istirahat lah! Besok ikut aku ke kantor! Selama Emon, suami kamu itu berobat di luar negeri, aku lah yang akan mengurus semua urusan bisnis dan perusahaan nya. Ditambah tugas ku yang sangat sulit yaitu menjaga istrinya. Jadi selama kamu di luar dengan aku, kamu harus berpura-pura di depan banyak orang kalau kamu itu istriku. Mengerti?" ucap Sandy panjang lebar. Dita terperanjat dan membenarkan duduk nya.

"Apa? Pura-pura menjadi istri kamu? Ah yang benar saja! Aku ini adik ipar kamu, apakah kamu ingin aku adukan ke tuan muda Emon soal ini? Kamu selalu saja mengarang cerita bohong tentang semua ini," protes Dita. Sandy menutup laptopnya dan meninggalkannya di atas meja kerja itu. Kini Sandy Berjalan mendekati Dita dan naik di atas tempat tidur yang sama. Dita melebarkan kedua matanya dengan sempurna.

"Eh, apa yang kamu lakukan?" ucap Dita gugup. Namun jari telunjuk Sandy mengangkat dagu runcing Dita hingga mendongak ke atas. Sandy menatap wajah cantik Dita penuh minat. Sebenarnya jantung Sandy saat ini sudah berdebar tidak karuan saat melihat istrinya ini. Apalagi ingatan Sandy masih jelas saat Dita memandikan dirinya di kamar mandi. Bahkan Dita sempat mandi di depannya. Namun peristiwa itu Sandy menjadi Emon. Saat itu Sandy menjadi sosok Emon yang lumpuh dan menjadi laki-laki impoten yang tidak akan berhasrat dengan wanita telanjang sekalipun. Padahal saat itu, betapa hasrat Sandy meronta-ronta ketika memerankan tokoh Emon.

Sandy melihat Dita. Kini kedua mata Sandy yang seperti elang kini tertuju pada bagian dada Dita yang sudah naik turun. Mungkin saja Dita juga berdebar jantungnya saat begitu dekat wajah mereka. Sandy ingin mencoba bibir merekah bak delima itu. Dengan nekat Sandy mengecupnya. Bibir itu sangat dingin seperti salju. Dita melotot matanya lantaran terkejut dengan sikap kurang ajar kakak iparnya itu.

"Kamu!" ucap Dita. Namun bibirnya sudah terlanjur di kecup oleh Sandy.

Dita segera menutup wajahnya dengan selimut nya. Wajahnya merona. Dita malu jika semuanya dilihat oleh kakak iparnya itu. Walaupun itu ciuman pertama bagi Dita, namun Sandy tidak berhak mencium nya karena Sandy bukanlah suami nya melainkan Emon.

Sandy tersenyum menyeringai.

"Bibir nya manis sekali! Mungkin besok aku akan kembali mencium nya lebih lama," pikir Sandy. Sandy berbaring di sebelah Dita yang menutupi seluruh badannya dengan selimut.

Sandy merubah suhu AC di ruangan itu menjadi lebih dingin. Ada niat jahat pada Sandy supaya Dita kedinginan. Pelan-pelan Sandy menarik selimut tebal yang dipakai Dita dan menjatuhkan nya di lantai.

"Hai, ada apa dengan kamu? Itu selimut ku!" protes Dita. Sandy segera meraih tubuh mungil Dita dan memeluk nya. Dita memberontak sekuat tenaga dan memprotes sikap Sandy yang sudah kurang ajar terhadap dirinya.

"Diam lah! Kita sama-sama berpelukan supaya tidak kedinginan," bisik Sandy.

"Minggir! Kamu siapa aku? Berani sekali menyentuh aku! Awas saja! Setelah kepulangan tuan muda Emon, aku akan mengadukan semua ini padanya," ancam Dita yang segera turun dari tempat tidur itu menuju sofa panjang di kamar itu. Sandy mengambil selimut yang ia jatuhkan di lantai tadi dan memakainya sendiri. Dalam hati Sandy terkekeh saja melihat sikap istrinya yang polos dan selalu menjaga kesetiaan nya.

*****

"Minggir! Kamu siapa aku? Berani sekali menyentuh aku! Awas saja! Setelah kepulangan tuan muda Emon, aku akan mengadukan semua ini padanya," ancam Dita yang segera turun dari tempat tidur itu menuju sofa panjang di kamar itu. Sandy mengambil selimut yang ia jatuhkan di lantai tadi dan memakainya sendiri. Dalam hati Sandy terkekeh saja melihat sikap istrinya yang polos dan selalu menjaga kesetiaan nya.

"Kita lanjutkan permainan nya besok pagi," pikir Sandy seraya memejamkan kedua matanya. Sandy sementara membiarkan Dita tidur di sofa panjang kamar itu. Setidaknya Sandy memberikan kesempatan Dita untuk beristirahat tanpa diganggu oleh dirinya. Sandy yang suka jahil dan mengerjai Dita. Sikap yang berlawanan dengan Emon, laki-laki yang dikenal sebagai suami asli dari Dita.

Sementara itu Dita yang berusaha tidur dan memejamkan matanya di sofa panjang kamar itu masih belum bisa terlelap dari tidur nya. Dita beberapa kali gelisah membolak-balik badannya ke kanan dan ke kiri. Dita akhirnya duduk di sofa dan membenarkan posisi duduknya. Pandangan nya kini beralih pada sosok laki-laki yang dengan cuek dan santai nya tidur di atas tempat tidur kamar itu. Padahal kamar utama itu adalah milik dirinya beserta suaminya, Emon.

"Apakah pria itu tidak punya rasa malu sedikitpun? Bahkan dia seperti ingin merebut kamar ini. Tapi ketika aku pindah ke kamar tamu, laki-laki ini tidak mengijinkan nya. Semua seperti tidak beres. Kemana tuan muda Emon sebenarnya? Kenapa tidak memberikan kabar dengan ku? Bahkan Ervan juga tidak memberitahu kalau tuan muda Emon ke luar negeri untuk berobat. Apakah benar semua yang dikatakan oleh laki-laki itu yang mengaku sebagai kakak kandung dari tuan muda Emon?" pikir Dita.

Dita benar-benar sudah penasaran. Dita kini berjalan mendekati Sandy yang sudah memejamkan kedua matanya. Namun Sandy tidak mengenakan selimut tebal. Dengan penuh perhatian akhirnya Dita membuka lemari dimana ada bedcover yang tersusun rapi di dalam nya. Dita mengambil satu selimut tebal itu. Dita segera membentangkan nya ke badan Sandy pelan-pelan. Sengaja Sandy menghidupkan AC ruangan itu super dingin. Sedangkan Dita sebenarnya kalau malam hari, AC ruangan kamar itu di matikan nya. Tuan muda Emon tidak mempermasalahkan atas semuanya jika Dita tidak tahan dingin jika malam hari.

Dita beberapa saat menatap wajah tampan Sandy cukup lama. Tanpa sadar Dita tersenyum lebar melihat laki-laki itu saat tidur dalam keadaan pulas. Tangannya kini menyentuh bibirnya sendiri. Dita teringat kalau tadi laki-laki yang bernama Sandy itu telah mengecup lembut bibirnya. Lalu dengan cepat Dita menggelengkan kepalanya.

"Eh, ini tidak benar! Dia bukan suamiku! Kenapa dia mencium aku? Apa yang aku pikirkan, sedangkan tuan muda Emon lah suamiku yang sebenarnya," pikir Dita. Lalu Dita segera bergegas menjauh dan kembali ke kursi sofa panjang.

Dita segera memaksakan diri untuk tidur. Karena besok pagi dia harus mengikuti semua kata Sandy untuk menemaninya ke kantor.

"Apa? Aku harus bersandiwara sebagai istri Sandy? Yang benar saja? Gila yah itu laki-laki? Bagaimanapun jika tuan muda tahu kalau aku bermain-main dalam hal ini? Pasti tuan muda akan menceraikan aku? Eh, tapi tuan muda Emon menikahi aku hanya menjadi kan aku sebagai baby sitter nya yang memandikan tuan muda Emon. Ah, aku pusing dengan cara berpikir orang kaya seperti mereka,"pikir Dita.

Terpopuler

Comments

Arik Kristinawati

Arik Kristinawati

kok aneh...walo mmg adik ipar tdk gitu kali tdur dg ka2 ipar 1 ruangan....trus dita dah cukup umur kok goblok skli...hrusnya tetap jga kwspadaan jgn mdah dsntuh....walo ipar sdiri....ji2k kli dg dita....

2023-02-25

0

Cahaya Warna

Cahaya Warna

tambah lieur.....walaupun cuma novel tp klo di luar nalar jd bingung,demi menjaga otak tetap waras, mohon maaf klo sy tinggalkan....baca novel buat hiburan ....

2022-12-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!