"Sudahlah Ervan! Kamu tidak akan paham dan mengerti, betapa ini sangat mengasyikkan memerankan dua peran yaitu Emon dan juga Sandy. Dan sebagai pengusaha muda yang dikenal banyak orang, aku akan menjadi Emon. Dan sesungguhnya aku lah Sandy yang memiliki kepribadian yang tidak semua orang bisa memahami nya kecuali orang terdekat ku. Termasuk kamu, Ervan," kata Emon. Ervan hanya manggut-manggut saja dan mulai memahami apa yang diinginkan oleh tuan muda nya itu.
"Ervan! Pastikan istriku tidak tahu akan identitas asli ku sebelum dia bisa dipercaya," kata Emon lagi.
"Siap tuan muda!" sahut Ervan.
🦋🦋🦋🦋🦋
Di jam istirahat Emon kembali ke kediamannya. Emon kali ini membuka topeng wajahnya dan tidak berpura-pura lumpuh. Namun Emon kali ini datang sebagai Sandy.
"Ervan, kamu handle semua urusan kantor terlebih dahulu dan pastikan klien-klien kita tidak ada keluhan terhadap pelayanan kita," kata Emon alias Sandy yang berbicara dengan Ervan melalui sambungan handphone nya.
"Siap, tuan muda!" sahut Ervan di seberang sana.
Emon saat ini sedang menyetir mobilnya sendiri. Kali ini tentu saja Emon bergaya layaknya kepribadian Sandy. Emon alias Sandy kini sudah masuk ke pekarangan kediamannya setelah gerbang besi yang menjulang tinggi itu telah dibukakan oleh penjaga rumah yang seperti istana.
Emon turun dari mobilnya setelah menghentikan mobilnya di depan rumah dan tidak memasukkan mobilnya ke dalam bagasi mobil rumahnya. Dari dalam terlihat Dita berlari menuruni anak tangga menyambut kedatangan yang Dita pikir adalah suami nya atau Emon. Namun tatkala yang turun dan keluar dari dalam mobil nya bukanlah Emon melainkan laki-laki lain Dita tiba-tiba mengerutkan dahinya.
"Siapa laki-laki itu? Sepertinya aku pernah melihat nya, tapi di mana yah?" pikir Dita sambil berusaha mengingat-ingat wajah laki-laki yang terlihat tampan, kekar, maco dan sangat sehat. Ini berbanding terbalik dengan Emon yang lumpuh dan tidak memiliki kekuatan sendiri. Dalam persepsi Dita Emon adalah laki-laki yang cacat dan lumpuh. Walaupun diam-diam Dita membuka topeng Emon dan mendapati wajah Emon yang tampan yang jauh berbeda dengan topeng modern nya. Namun walaupun Dita sudah mengetahui kalau Emon aslinya wajah nya tampan tetapi Dita belum mengetahui kalau sesungguhnya Emon sendiri juga sehat dan tidak cacat.
Emon alias Sandy tersenyum lebar menatap wajah Dita yang penuh tanda tanya.
"Hai! Kenalkan aku Sandy!" ucap Emon memperkenalkan dirinya sambil mendekati Dita yang sudah berada di depan pintu dalam keadaan masih mematung.
"Hai juga! Saya Dita istri dari tuan muda Emon," ucap Dita penuh kebanggaan. Sandy dalam hati tertawa geli. Namun ada kebanggaan di sana. Timbul niat untuk mengerjai istrinya itu.
"Oh, istri Emon? Bahkan aku belum mendengar kalau Emon sudah menikah dengan seorang perempuan. Yang aku tahu Emon masih memikirkan dan belum melupakan kekasihnya yang saat ini masih berada di luar negeri," cerita bohong Sandy alias Emon. Dita mengerutkan dahinya seperti tidak percaya dengan ucapan laki-laki yang mengaku bernama Sandy.
"Saya tidak perduli dengan masa lalu suami saya. Siapa anda dan apa tujuan anda datang ke rumah kediaman tuan muda Emon?" ucap Dita ketus. Sandy tertawa terbahak-bahak.
"Hah? Bahkan Emon tidak memperkenalkan aku, Sandy? Aku adalah kakak Emon yang baru tiba dari luar negeri. Dan tadi siang tiba-tiba saja Emon harus terbang ke luar negeri untuk berobat," cerita bohong Sandy. Tentu saja Dita terkejut bukan main.
"Apa? Tuan muda Emon tidak mengatakan semuanya kepada ku? Kamu bohong bukan?" kata Dita.
"Itu artinya kehadiran kamu, tidak penting bagi Emon! Nyatanya kamu tidak diberitahu hal penting dalam urusannya, hahahha," sahut Sandy seraya masuk dan melenggang ke dalam rumah itu meninggalkan Dita yang masih berdiri mematung menatap Sandy, laki-laki aneh yang mengaku kakak dari tuan muda Emon.
*****
"Aku harus segera menghubungi tuan muda Emon untuk memastikan kalau Sandy ini adalah kakak kandung nya," gumam Dita sambil mencari kontak nomer WA suaminya itu. Namun beberapa kali tidak diangkat oleh Emon.
"Gak diangkat? Apakah benar kalau tuan muda Emon sudah ke luar negeri atau baru perjalanan ke. luar negeri untuk berobat dari penyakitnya? Atau aku harus menghubungi Ervan yah? Benar! Aku harus menghubungi Ervan," pikir Dita dan kembali mencari kontak nomor WA Ervan. Namun Ervan juga tidak membalasnya.
"Ada apa ini? Kenapa Ervan juga tidak menerima panggilan telepon dariku? Kenapa juga tuan muda Emon tidak memberitahu aku jika tuan muda benar-benar pergi ke luar negeri untuk berobat," gumam Dita.
Tiba-tiba saja, Dita dikejutkan suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Tepatnya kamar yang saat ini ditempati oleh Dita juga ditempati oleh Emon juga. Dita segera melenggang menuju pintu kamarnya. Namun saat Dita sudah berada di depan pintu kamar nya itu, Dita mulai ragu-ragu untuk membukanya.
"Siapa yang mengetuk pintu kamarku yah? Kalau pelayan di rumah ini, tentu saja akan memanggil namaku juga. Tapi ini diam saja hanya mengetuk pintu saja. Apakah tuan muda Emon tidak jadi pergi ke luar negeri?" pikir Dita. Dita menggaruk kepalanya sendiri. Dita bingung jika Sandy, laki-laki yang mengaku kakak kandung Emon lah yang mengetuk pintu kamarnya. Dita tidak menyukai sikap konyol Sandy terhadap dirinya. Bukankah dirinya adalah adik iparnya Sandy?
Tok.
tok.
Tok.
Kembali pintu kamar Dita diketuk kembali. Dita mulai panik antara membuka dan tidak pintu kamar itu.
"Siapa?" teriak Dita.
"Saya, non Dita! Saya pelayan di rumah ini, hendak mengantarkan makan siang untuk nona muda Dita," sahut seseorang dengan suara selayaknya wanita. Dita kini yang mendengar sahutan dari suara wanita yang mengaku pelayan tersebut bisa bernafas lega. Kini Dita membukakan pintu kamarnya.
"Hai, adik ipar!" sapa laki-laki muda, tampan yang perawakannya seperti Emon. Dita tentu saja dibuat terperanjat dengan adanya Sandy, laki-laki yang mengaku kakak kandung dari tuan muda Emon. Sedangkan di samping nya ada seorang pelayan muda yang memang membawa nampan yang berisi makanan untuk Dita. Dita segera mengambil nampan yang dibawa oleh pelayan di rumah itu.
"Terimakasih banyak, bibi! Ini saya ambil dulu yah!" kata Dita seraya mengambil nampan yang dibawa oleh bibi pelayan tersebut. Dita serta merta dan cepat ingin menutup kembali pintu kamarnya dengan salah satu kaki nya. Namun Sandy lebih cepat pergerakannya dibandingkan dengan Dita yang hendak menutup kembali pintu kamarnya tersebut.
"Hai, kenapa buru-buru adik ipar? Aku ini kakak. ipar kamu loh! Apakah kamu mau aku adukan pada Emon, suami kamu kalau kamu bersikap kasar dan kurang hormat terhadap kakaknya, hem?" ucap Sandy yang di dalam hatinya terkekeh sendiri lantaran mengerjai istrinya sendiri dengan berlagak menjadi saudara laki-laki Emon.
"Eh, em! Ini kamar kami, Sandy! Eh, maksudnya ini kamar saya dengan tuan muda Emon. Kamar kak Sandy ada di kamar tamu yang letaknya sebelah kamar ini," terang Dita gugup. Dirinya sebagai pendatang baru di rumah itu juga tidak berhak mengatur saudara dari suaminya.
Sandy melenggang mendekati tempat tidur kamar itu. Lalu menjatuhkan badan nya ke atas kasur. Dita menyipitkan bola matanya.
"Aku sudah menghubungi Emon. Dan Emon bilang, kalau aku disuruh tidur di sini. Di kamar ini!" kata Sandy sambil melihat ke arah Dita. Dita melebarkan bola matanya. Tentu saja Dita tidak percaya dengan ucapan Sandy, kakak iparnya.
"Itu tidak mungkin! Ini kamar tuan muda Emon dengan saya, istrinya. Mana mungkin tuan muda menyuruh kak Sandy tidur di kamar ini," protes Dita.
"Nyatanya demikian kok!" sahut Sandy. Cukup lama Dita terdiam dan menatap sikap kakak iparnya yang menyebalkan.
"Baiklah, kalau begitu biar saya yang tidur di kamar tamu, oke?" ucap Dita. Dita kini mulai mengambil tas nya dan hendak memasukkan baju nya. Namun sebelum Dita melakukan itu semua nya, Sandy mencegahnya.
"Tunggu dulu!" kata Sandy. Dita mengurungkan niatnya untuk mengambil tas nya.
"Ada apa lagi kak?" tanya Dita.
"Kata Emon, kamu tetap di kamar ini. Tidak boleh pindah di kamar lain," ucap Sandy. Dita melebarkan bola matanya dengan sempurna.
"Apa? Itu tidak mungkin! Kakak Sandy bohong! Tuan muda Emon tidak mungkin memerintahkan seperti itu! Satu kamar dengan kakak? Itu tidak mungkin kak?" protes Dita kembali.
"Kenapa tidak mungkin? Bahkan suami kamu telah menginginkan aku, kakak nya tidur di kamar ini bersama kamu, istrinya," sahut Sandy. Di dalam hati Sandy menahan tawanya melihat ekspresi takut, khawatir dalam diri Dita, istrinya sendiri.
"Wah ini benar-benar permainan yang menyenangkan! Haha," pikir Sandy dalam hati sambil melihat Dita yang menunjukkan wajah kebingungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Giandra
bercandanya keterlaluan mana ada begitu
2022-12-17
1