Ch. 4. Mencari kerja

"Ada masalah lain?" tanya Revald yang sedang bicara dengan anak buahnya di telfon.

  "Sepertinya kita membutuhkan SPG baru, Tuan!"

  "Kau urus saja semuanya, beberapa hari ini aku tidak bisa datang ke sana karena aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan!" Setelah itu Revald memutuskan sambungan telponnya. Baru saja Revand akan menyimpan ponselnya, benda pipih itu kembali berdering.

  Revald berdecak kesal karena Gladio kembali menelponnya, Revald pikir saat dia kembali ke Surabaya Gladio akan berhenti menerornya untuk segera menikah namun semua itu hanya terjadi di alam mimpi. But no, terkadang di alam mimpi pun Gladio selalu datang seperti hantu yang terus mengusik kedamaian hidup Revald.

  "Astaga! Aku bisa gila jika seperti ini terus!" ucap Revald sambil mengacak rambutnya frustasi. Revald mondar-mandir gelisah di ruang kerjanya memikirkan bagaimana caranya dia benar-benar lepas dari teror Gladio.

  "SHUT UP!" maki Revald sambil melemparkan ponselnya hingga berhenti bersuara. Revald tidak bisa begini terus, hidupnya tidak akan tenang selama Revald belum menyelesaikan masalahnya dengan Gladio.

***

"Jangan dekat-dekat, orang miskin kayak kamu gak pantas berteman sama aku!" maki Arruna kepada temannya hal itu membuat Naomi menggelengkan kepalanya, ini sudah hampir dua minggu Arruna kuliah di kampus itu tapi dia tidak mau berteman dengan mahasiswi lainnya karena Arruna berpikir mereka tidak pantas untuk berteman dengannya, sikap Arruna tidak berubah sama sekali.

  Arruna menganggap dirinya bergelimang harta dan memegang semua kendali. Padahal kenyataannya sangat bertolak belakang.

  "Hadeuh ... anak ini kapan berhenti cari gara-gara, belum satu bulan kuliah di sini cari masalah terus!" gerutu Naomi yang sejak tadi hanya diam memperhatikan Arruna memaki beberapa teman di kelasnya. Dan selama ini Arruna tidak memiliki teman selain Naomi, walau begitu Arruna cukup terkenal di kalangan mahasiswa karena wajahnya yang cantik dan penampilannya yang selalu modis, jangan lupakan kulitnya yang putih mulus menjadi salah satu daya tarik wanita itu juga, mungkin nyamuk akan tergelincir saat hinggap di kulit Arruna.

  "Runa!" panggil Naomi dengan gemas karena temannya itu masih menggerutu tidak karuan.

  "Apa!" sahut Arruna tak kalah sengitnya.

  "Udah sih jangan marah-marah terus gak sadar diri sama keadaanya sekarang," ledek Naomi.

  "Kamu bilang apa?" tanya Arruna dengan tatapan nyalangnya.

  "Arruna cantik yang kulitnya putih mulus kayak perosotan TK, bisa gak sih sehariiiii aja kamu jangan jutek kalau ngomong sama orang nanti cepet keriput baru tau rasa!" Mata Arruna membulat sempurna mendengar ucapan Naomi lalu dengan refleks dia memegang pipinya dan melihat tangannya.

  "Jangan sembarangan ya kalau ngomong, kulit dan wajah aku ini perawatannya mahal jadi gak mungkin keriput gitu aja!" ucap Arruna.

  "Heleh, emangnya sekarang masih bisa perawatan? Kamu punya duit sistah?" tanya Naomi dengan senyuman mengejek hal itu membuat Arruna terduduk lemas di kursinya.

  Arruna benar-benar lupa jika sekarang dirinya tidak memiliki uang banyak seperti dulu, bahkan sekarang uang jajannya sehari tidak sampai seratus ribu, dari mana dia mendapatkan uang banyak untuk biaya perawatan kulitnya.

  "Aargghh sial!" maki Arruna sambil memukul meja lalu menundukkan kepalanya.

  "Kenapa? Baru kepikir kalo sekarang gak kayak dulu lagi?" Naomi kembali meledek Arruna yang terlihat frustasi.

  "Kasih solusi bukannya ngeledek kayak gini!" jawab Arruna dengan kesal.

  "Solusinya ya kerja, bukan marah-marah gak jelas emang dasar anak mami gitu aja gak bisa mikir," ucap Naomi.

  "Aku harus kerja?" tanya Arruna sambil menunjuk dirinya sendiri.

  "Iya lah masa mau ngerampok, yang ada bukan makin putih itu kulit tapi ganti warna kayak bunglon," jawab Naomi.

  What? Seorang Arruna Pranesti harus bekerja sekarang? No, no, very impossible. Jangankan bekerja untuk mencari uang, melipat pakaiannya saja Arruna tidak pernah melakukan itu. Arruna terbiasa hidup enak dan memerintah orang seenaknya karena dia adalah anak tunggal yang selalu dimanjakan oleh orang tuanya.

  "Kenapa diam?" tanya Naomi dengan tangan yang melipat di dada.

  "Aku gak pernah kerja," jawab Arruna sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

  "Terus mau gimana lagi, emangnya orang tua kamu mau kasih uang buat biaya perawatan?" Arruna menggelengkan kepalanya dengan perlahan, jangankan memberi uang untuk itu kemarin Arruna meminta tambahan uang jajan saja mereka tidak memberi tambahan uang sepeserpun.

  "Gini aja deh, muka kamu kan oke sayang kalau gak dimanfaatin, pulang kuliah kamu ikut aku ke showroom tempat kerja aku, soalnya di sana lagi butuh tambahan SPG," ucap Naomi.

  "Oke deh, dari pada gak dapat uang buat perawatan." Arruna menghela nafasnya dengan panjang, sekarang mau tidak mau dia harus bekerja untuk melanjutkan perawatan tubuhnya.

 

Terpopuler

Comments

amalia

amalia

bagus begitu Aruna

2023-07-21

0

Miss Typo

Miss Typo

bagus deh mulai sedikit sadar

2023-06-09

0

Bzaa

Bzaa

semoga arruna makin bs berubah

2023-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!