“Oh iya. Aku lupa. Dia kan lemah di pelajaranku. Dasar bodoh. Kenapa kamu gak langsung minta aku ajarkan saja sih!?” gumam Rendi dalam hati sambil tanpa sadar dia merapikan rambut Yuri yang menutupi wajah Yuri yang sedang tertidur.
Namun sesaat setelah itu, tiba-tiba saja Rendi tersadar dan bergumam, “Kenapa aku seperti ini!?”
Setelah mengatakan hal itu, Rendi pun langsung meletakkan kembali semua kertas tersebut ke dalam tas dan kemudian dia pun keluar.
***
Malam harinya Rendi melirik ke arah Yuri yang kala itu sedang asyik menonton televisi sambil mengemil beberapa camilan yang rupanya tadi saat istirahat masih dia sisakan.
“Yur, bagaimana tadi di kampus?” tanya Rendi.
“Biasa aja, Pak. Ada apa?” tanya Yuri balik.
Rendi pun menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata, “Gak ada apa-apa. Hanya ingin tahu aja bagaimana keseharian anak kuliah seusia kalian.”
Yuri pun terdiam sejenak dan kemudian menjawab, “Kalau Bapak tanya keseharian anak kuliah, ya aku sih gak tahu persis bagaimana mereka. Tapi kalau buat aku sendiri ya begitulah, gak ada yang spesial.”
Mendengar kalimat ‘gak ada yang spesial' ini membuat Rendi merasa kurang percaya. Apa iya diusianya sekarang ini dia tidak punya orang yang dia sukai.
Rendi pun menyipitkan matanya dan kemudian bertanya, “Emangnya kamu gak punya gebetan apa di kampus?”
Yuri yang mendapatkan pertanyaan seperti itu pun langsung menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata, “Gak ada, Pak. Aku sedang fokus kuliah dulu. Soalnya aku punya cita-cita ingin cepat lulus dan kemudian mencari pekerjaan.”
Lagi-lagi Rendi yang mendengar hal itu pun menyipitkan matanya dan kemudian berkata, “Kenapa kamu ingin bekerja?”
Yuri pun akhirnya terdiam sejenak dan kemudian akhirnya berkata, “Aku gak mau menyia-nyiakan waktu untuk sesuatu hal yang gak pasti.”
“Contohnya?” tanya Rendi spontan.
“Hmm.. contohnya mungkin masalah hati atau cinta kali, ya!?” ucap Yuri.
Mendengar jawaban Yuri, entah kenapa selalu bisa membuat Rendi menyipitkan matanya dan kemudian bertanya, “Cinta!? Hati!? Kok bisa soal itu menjadi sesuatu hal yang gak pasti menurutmu?”
Sambil melanjutkan mengemilnya dan menonton televisinya, dengan santai Yuri pun berkata, “Iya bisa. Karena menurutku hal tersebut sangatlah mengganggu dan kadang buat fokus menjadi buyar. Apalagi kalau udah lagi ada masalah dan putus. Bikin repot aja.”
“Eeeeeeeeh!?...” ucap spontan Rendi yang terkejut dengan penjelasan Yuri, “kamu ini benar-benar gak ada niatan buat menyukai seseorang ya?”
Yuri pun spontan menggelengkan kepalanya sehingga membuat Rendi lagi-lagi bertanya, “Lha kalau ada cowok yang suka sama kamu gimana?”
Sambil mengangkat kedua bahunya, dengan masih cara yang santai, Yuri pun berkata, “Itu urusannya. Kalau mau cari masalah atau patah hati, jangan ajak-ajak aku. Aku masih bahagia dengan hidupku yang seperti ini.”
“Eeeeeeeeh!? Kejam banget dirimu Yur,” celetuk Rendi.
“Kejam sih. Tapi kan itu tandanya kalau hubungan pura-pura kita ini masih aman. Ya gak!? Jadi gak ada orang ke tiga yang bakalan bikin tambah kacau masalah yang udah terbilang kacau ini,” ucap Yuri yang lagi-lagi dengan nada santainya.
Sementara itu, Rendi yang mendengar ucapan Yuri ini pun langsung 'deg’. Dia benar-benar tidak menyangka kalau dia ternyata sudah menikahi seorang gadis dingin nan berhati es seperti Yuri.
Yuri yang sadar kalau dirinya sedang diperhatikan oleh Rendi ini pun langsung berkata, “Napa Bapak melihatku seperti itu? Apa jangan-jangan Bapak jadi naksir sama aku sehingga membuat Bapak menjadi bertanya seperti itu!?”
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Rendi pun langsung membuang mukanya dengan menengok ke sebelah sehingga membuat Yuri ingin sekali menjahilinya.
“Hmm, Pak. Aku ingat saat istirahat tadi Bapak bilang kalau aku yang mengaku-ngaku sebagai tunangan Bapak, Bapak tidak akan berdalih. Ya kan!? Nah bagaimana kalau sekarang gantian aku yang bilang jika Bapak yang mengatakan kalau Bapaklah yang menyukaiku, mungkin tanpa berpikir panjang aku pun langsung menerima Bapak!? Menurut Bapak bagaimana!?” ucap Yuri yang dalam hati tertawa geli.
Mendengar ucapan Yuri seperti itu, Rendi yang awalnya mengalihkan pandangannya dari Yuri ini pun langsung spontan menengok ke arah Yuri sambil menyipitkan matanya dan kemudian bertanya, “Kamu gak lagi ngerjain aku kan, Yur?”
“Tergantung,” jawab Yuri singkat.
“Tergantung gimana?” tanya Rendi.
“Tergantung dari tingkat keseriusan ucapan Bapak tadi waktu di Kantin,” ucap Yuri santai.
Setelah mengatakan hal itu, Yuri dengan santainya pun bangun dan kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Rendi.
Sementara itu, Rendi yang melihat dirinya di tinggal pergi oleh Yuri ini pun langsung menggelengkan kepalanya tidak habis pikir kalau sebegitu dinginnya hati Yuri hingga saat mengatakan hal itu pun ekspresinya datar.
“Haisss.. aku benar-benar baru menemukan perempuan macam kamu ini, Yur. Kamu yang gak normal atau aku nya yang terlalu banyak berpikir!?” gumam Rendi.
***
Karena merasa sudah tidak ada tonton yang bagus, Rendi pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar untuk tidur. Namun sesaat setelah dia masuk, betapa terkejutnya dia melihat Yuri masih serius dengan semua kertas yang berserakan.
Diambilnya salah satu kertas tersebut dan dilihatnya.
“Ini!?” gumam Rendi dalam hati.
Rendi pun langsung mendekati Yuri. Karena saat itu Yuri sedang terlalu fokus, membuat dia benar-benar tidak menyadari kalau ternyata Rendi sudah berada di sampingnya.
“Eh copot copot-copot..” ucap spontan Yuri yang langsung melemparkan pulpennya.
Rendi yang melihat reaksi spontan Yuri ini pun akhirnya tertawa terbahak-bahak sehingga membuat Yuri langsung memukul Rendi sambil berteriak, “Bapaaaaaaaaaaa!! Hiks hiks hiks.. kaget tahu.”
Melihat tingkah Yuri yang seperti itu, betapa susahnya untuk Rendi menghentikan tawanya. Namun karena merasa kasihan, Rendi pun akhirnya berusaha sebisa mungkin menghentikan tawanya.
“Iya iya iya. Maaf. Lagian kamu sih serius banget,” ucap Rendi.
“Bapaknya juga sih yang jalan gak ada suara,” balas Yuri.
“Ya sudah ya sudah. Ini minum dulu biar gak terlalu kaget lagi,” ucap Rendi mengalah dan memberikan segelas air putih pada Yuri.
Yuri pun langsung menerima dan meminumnya.
Dan sesaat setelah itu...
“Yur, kamu itu kenapa sepertinya kesusahan banget memahami mata kuliahku sih? Padahal yang mengajarkan pelajaran ini tuh dosennya ganteng lho. Udah gitu baik lagi,” ucap Rendi membanggakan dirinya sendiri.
Yuri yang mendengar ucapan Rendi ini pun langsung sontak berkata, “Cih. Iya sih. Saking terlalu ganteng dan baik dosen ini, nyawaku tiap hari seperti berada di ujung tanduk.”
“Kok bisa?” tanya spontan Rendi.
“Heleh. Gak ngerti atau pura-pura gak ngerti. Noh, daftar antrian yang pingin jadi pacar Bapak panjang banget. Kenapa gak salah satunya aja sih yang diterima atau terima habis itu putusin terus terima lagi terus putusin lagi biar gak kepanjangan tuh antrian,” ucap Yuri.
Rendi yang mendengar ucapan Yuri seperti ini pun langsung lagi dan lagi menyipitkan matanya dan kemudian bertanya, “Kamu cemburu?”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments