Melihat situasi seperti ini, Rendi pun langsung menepuk jidatnya dan kemudian menyahut, “Dia sekarang istriku.”
“Haaaaaaa!?”
Setelah mengakui kalau Yuri adalah istrinya, Rendi pun langsung merangkul bahu Yuri dan kemudian berkata, “Tolong rahasiain ini dari semua orang yang ada di kampus ya.”
Belum juga Deni menata hatinya yang terkejut, Rendi sudah langsung memintanya untuk membantu merahasiakannya.
Dengan nada masih sedikit bingung, Deni pun bertanya, “Bentar.. bentar.. ini jelasin dulu kenapa bisa sampai begini?”
Baik Rendi mau pun Yuri, keduanya pun saling memandang hingga akhirnya Yuri berkata, “Pak, aku tidak mau mengganggu kalian. Bapak tunjukkan saja kamarku di mana. Biar aku ke kamar saja membereskan pakaianku.”
Mendengar ucapan Yuri, Rendi pun langsung berkata, “Oh. Bentar ya, Den.”
Rendi pun langsung menunjukkan di mana kamar Yuri. Karena berhubung kamar hanya satu, mau tidak mau mereka pun harus tidur di dalam kamar yang sama.
Setelah selesai menunjukkan di mana kamarnya pada Yuri, Rendi pun langsung menemui Deni yang saat itu sedang menunggunya untuk memberikan penjelasan.
“Den,” ucap Rendi yang kemudian langsung duduk di sebelah Deni.
Sesaat setelah Rendi duduk di sebelahnya, Deni pun kemudian bertanya, “Sebenarnya apa yang sudah terjadi?”
Rendi pun menyandarkan tubuhnya di sofa dan kemudian berkata, “Sebuah kebetulan.”
“Sebuah kebetulan!? Maksudnya?” tanya Rendi bingung.
Sambil menghela nafas panjang, Rendi pun akhirnya menceritakan semuanya dari awal hingga akhir kepada Deni. Deni yang mendengar ini pun langsung bertanya, “lha terus bagaimana dengan Adelia?”
Mendengar kata Adelia di sebut-sebut lagi, Rendi pun menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata, “Jangan sebut namanya lagi di hadapanku.”
Sambil menyipitkan matanya, Deni pun bertanya, “Kenapa?”
“Dia membatalkan pernikahan kami di saat-saat hari H nya kemarin,” jelas Rendi lirih.
Mendengar penjelasan Rendi, Deni pun tidak dapat berkata apa-apa.
***
Keesokan harinya, kuliah pun dimulai kembali. Dengan status yang berbeda, Yuri pun melangkahkan kakinya ke kelas.
Namun belum juga langkahnya sampai di kelas, tiba-tiba saja pundaknya ada yang merangkul dan menggiringnya ke suatu tempat.
Setelah sadar siapa yang sudah membawanya, Yuri pun langsung protes dengan berkata, “Lo mau ngapain sih, Syin?”
“Eh udah denger belum kalau pagi ini ada kabar mengejutkan yang datangnya dari dosen tampan kita, Pak Rendi?” tanya Syina sahabat Yuri.
Yuri pun menggelengkan kepalanya tidak tahu. Karena dari tadi saat berangkat sekolah hingga detik itu, dia merasa tidak ada yang aneh dengan Pak Rendi.
“Emangnya ada apa dengan Pak Rendi?” tanya Yuri.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Syina pun langsung menengok ke kanan dan kiri lalu kemudian dengan lirih menjawab, “Dengar-dengar Bu Ambar udah di lamar oleh Pak Rendi dan itu membuat seluruh mahasiswa perempuan yang ada di kampus pun jadi patah hati berjamaah.”
Mendengar jawaban Syina, seketika Yuri pun merasa syok dan kakinya mendadak gemetar dan lemas.
Syina yang melihat ini pun langsung bertanya, “Lo denger ini jadi syok dan lemas kan, Yur!? Gue juga sama. Itu sebenarnya kabar itu benar gak sih?”
Sambil berusaha berdiri dengan seimbang, Yuri pun menjawab, “Mana gue tahu, Syin. Udah ah. Gue mau ke kelas aja.”
Dalam perjalanannya menuju kelas, Yuri pun tidak berhenti berpikir kenapa dia bisa lupa kalau pria yang menikahinya kemarin adalah pria yang sangat tenar di kalangan dosen dan juga mahasiswa.
Yuri yang sudah sampai di dalam kelas ini pun langsung duduk termangu di bangkunya. Hingga jam pelajaran pun di mulai.
Yuri saat itu tidak sadar kalau mata kuliah jam itu adalah mata kuliah Matematika yang akan di ajarkan oleh Rendi. Sehingga membuat dia tetap saja duduk termangu.
Rendi yang menyadari akan hal itu pun langsung berkata, “Coba ya untuk semuanya. Tolong perhatikan penjelasan dari saya ini. Soalnya nanti ada kemungkinan di soal ujian akan ada soal yang seperti ini dan untuk kamu, siapa nama kamu!? Pokoknya jangan bengong aja. Perhatikan saya sedang menjelaskan.”
Maksud hati ingin menegur Yuri yang saat itu sedang bengong, tapi pada akhirnya malah ada salah satu mahasiswa yang menceletuk dengan berkata, “Bagaimana bisa fokus, Pak. Orang pagi tadi kami semua mendengar kabar kalau Bapak sudah melamar Bu Ambar.”
“Iya, Pak. Itu benar. Kami mendengarkan sendiri Bu Ambar bilang seperti itu saat beliau sedang bicara dengan Pak Taufik,” sahut mahasiswa yang lainnya.
Mendengar ucapan seperti itu, Rendi pun langsung melirik ke arah Yuri dan kemudian berkata, “Sudah sudah. Apa yang kalian dengar itu tidak benar. Saya sama sekali tidak ada melamar Bu Ambar. Sudah. Apa bisa sekarang kita lanjutkan pelajarannya?”
“Oooooh jadi begitu. Baik, Pak. Kita lanjutkan pelajarannya,” ucap serentak mahasiswa yang kemudian setelah itu mereka semuanya pun akhirnya bisa fokus memperhatikan Rendi sedang mendengarkan.
***
Saat jam istirahat, Yuri pun langsung di ajak oleh Syina ke kantin kampus. Tapi karena statusnya sekarang sudah berubah, dia pun tidak berani meminta uang jajan pada Rendi.
Sehingga Syina mengajaknya memesan makanan, Yuri pun hanya menggelengkan kepalanya.
Mendapatkan tanggapan seperti itu dari Yuri, Syina pun langsung bertanya, “Kenapa kamu gak mau pesan makanan, Yur?!”
Belum juga Yuri menjawab pertanyaan Syina, tiba-tiba saja Pak Rendi datang dan duduk di hadapan Yuri sehingga membuat Yuri terkejut dan berkata, “Eh, kutu kupret.”
Mendengar Yuri berkata seperti itu, Rendi pun bertanya, “Kamu yang tadi bengong terus di kelasku bukan!?”
“Eh, ada Bapak dosen yang tampan. Kenapa Bapak bisa nyasar duduk di sini?” tanya Yuri asal ceplos.
Syina yang mendengar temannya bicara seperti itu pun langsung spontan menyenggol bahu Yuri dan kemudian berbisik, “Yur, lo ngapain bilang gitu ke Pak Rendi?”
“Eh!? Emangnya gue tadi bilang apa?” tanya Yuri dengan tampang bingung.
Syina yang mendapatkan respons seperti ini pun langsung memukul jidatnya dan Rendi yang juga mendengar ucapan Yuri ini pun langsung tertawa sambil berkata, “Selain latah, kamu juga tulalit ya!?”
Mendapatkan celetukan seperti itu dari dosen sekaligus suaminya sendiri membuat Yuri menangis dalam diam sambil dalam hati bergumam, “Kenapa aku bisa sepakat nikah sama ni dosen satu sih!? Aih..”
Dan di saat bersamaan, Yuri pun dengan nada bingung langsung berkata, “Eeeeeh!?”
Mendapatkan tanggapan seperti itu, Rendi pun paham kalau Yuri memang beneran sedang bingung. Sehingga membuat dia berkata, “Sudah sudah. Gak usah di lanjut. Terus ini kenapa gak pesan makanan?"
Yuri pun menggelengkan kepalanya dan dengan lirih berkata, “Gak punya uang.”
Rendi yang mendengar ini pun menghela nafas panjang dan kemudian berkata, “Udah sana pesan. Bilang, nanti saya yang bayar.”
“Beneran, Pak?” tanya Yuri yang spontan langsung berubah ekspresi.
“Hem.”
Setelah mendapatkan persetujuan seperti itu dari Rendi, tanpa segan Yuri pun akhirnya memesan satu mangkok baso, satu gelas es teh manis, satu bungkus roti, dan beberapa camilan lainnya.
Melihat cara Yuri memesan makanan, Syina pun langsung menceletuk, “Lo emangnya udah gak makan berapa lama, Yur?”
Belum juga celetukan Syina ditanggapi oleh Yuri, tiba-tiba saja...
“Sayang, nanti kita pulang berang kan?”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments