Bertemu orang tua Yuri

Setelah beberapa saat setelah urusan mereka di Kantor KUA selesai dan mereka berdua sudah sah menjadi pasangan suami istri, mereka memutuskan untuk mampir ke sebuah taman pinggir kota terlebih dahulu.

Di sana mereka sama-sama terdiam dan kemudian Yuri pun bertanya, “Pak, setelah ini, apa yang akan kita lakukan?”

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Rendi pun terdiam. Dia sendiri juga bingung apa yang seharusnya dia lakukan setelah ini.

Melihat Rendi hanya diam saja, Yuri pun langsung kembali bertanya, “Pak, kok Bapak diam aja? Habis ini kita ngapain? Kita mau pulang atau gak? Kalau mau pulang, kita harus pulang ke mana dulu? Rumah orang tua Bapak atau rumah orang tuaku?”

Setelah beberapa saat terdiam, Rendi pun akhirnya menjawab, “Hmm, Yuri. Kita pulang ke Apartemenku saja ya.”

“Ha!? Kok pulang ke Apartemen Bapak? Lalu bagaimana dengan orang tua kita? Mereka pasti juga akan mengkhawatirkan kita,” ucap Yuri.

Saat mendengar ucapan Yuri yang seperti itu, Rendi pun sadar kalau apa yang dikatakan Yuri memang terbilang cukup masuk akal. Namun jika saat itu juga mereka berdua kembali ke rumah mereka masing-masing, apakah ada jaminan kalau para orang tua tidak akan marah.

Mendapati Rendi yang kembali terdiam ini, Yuri pun kembali bertanya, “Pak, gimana? Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?”

“Ya sudah. Kita pulang ke rumahmu aja kalau begitu,” ucap Rendi pada akhirnya.

Mendengar ucapan Rendi, Yuri pun ingin memastikan sesuatu dengan bertanya, “Apa Bapak benar-benar yakin?”

Rendi pun mengangguk dan kemudian menyahut, “Yakin, Yuri. Ya sudah. Ayo kita pulang sekarang.”

Mereka pun pada akhirnya memutuskan seperti itu. Dengan harap-harap cemas, Rendi pun melajukan mobilnya menuju rumah orang tua Yuri.

Dalam perjalanan, sambil menyiapkan hati mana kala akan dimarahi orang tuanya, Yuri pun mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Hingga beberapa saat kemudian akhirnya tibalah mereka di rumah Yuri.

Sambil menghela nafas panjang, mereka pun akhirnya memberanikan diri turun dan kemudian melangkahkan kaki mereka ke dalam rumah Yuri.

Mama Yani dan Papa Hendrik yang saat itu terlihat sangat kesal ini tiba-tiba terkejut dengan kedatangan Yuri bersama seorang pria.

Papa Hendrik yang memiliki sifat keras ini pun langsung berkata, “Kamu masih berani pulang juga rupanya.”

“Maaf Pa."

Hanya ucapan seperti itu yang bisa Yuri katakan.

Sementara itu, Papa Hendrik yang mendengar ucapan Yuri ini pun langsung emosi dan berkata, “Kamu itu, ya!? Kenapa kamu sampai segitunya tidak mau dijodohkan ha!? Apa kamu gak tahu kalau kami itu sangat mencemaskan kamu.”

Mendapatkan respons seperti itu dari Papa Hendrik, Yuri pun langsung berkata, “Kalau Papa dan Mama memang khawatir sama aku, lalu kenapa kalian bersikeras menjodohkan aku dengan seorang laki-laki yang belum aku temui. Dan sekarang, aku sudah benar-benar menikah dengan orang yang aku cintai, jadi aku mohon, batalkan perjodohan itu.”

Mendengar ucapan Yuri, tiba-tiba saja Papa Hendrik tersadar akan kehadiran Rendi.

“Oh. Jadi laki-laki inilah yang udah buat kamu gak mendengarkan ucapan orang tuamu sendiri. Iya!?” ucap Papa Hendrik dengan nada lumayan tinggi.

Yuri pun mengangguk dan kemudian berkata, “Pa, tolong Pa. Batalkan perjodohan itu.”

Papa Hendrik pun untuk sesaat terdiam dan berkata, “Baik jika itu mau kamu. Tapi Papa juga punya satu permintaan.”

“Apa itu, Pa?” tanya Yuri.

“Begini.. permintaan papa itu, papa mau kamu dan suamimu ini harus bisa memberikan kami cucu dalam waktu kurang dari satu tahun. Gimana? Apa kalian bisa?” tantang Papa Hendrik.

Mendengar ucapan Papanya, Yuri pun langsung menatap Rendi yang kala itu hanya terdiam saja.

Hingga sesaat setelah itu Yuri pun berkata, “Pa, tapi aku masih kuliah. Jadi aku belum mau melakukan hal seperti itu!?”

Tanpa basa-basi, Papa Rendi pun kembali berkata, “Jadi kalian gak mau? Ya sudah. Kalau begitu lebih baik kalian bercerai saat ini juga dan kamu, Yuri, lanjutkan perjodohan yang sudah kami pilihkan.”

“Ta—tapi Pa,...”

Ucapan Yuri langsung terhenti mana kala tiba-tiba saja Rendi menjawab, “Baik, Om. Kami akan usahakan memberikan Om dan Tante seorang cucu dalam waktu kurang dari setahun.”

Mendengar jawaban Rendy, Papa Hendrik pun tersenyum dan kemudian berkata, “Bagus. Om pegang omonganmu barusan. Sudah. Sekarang kalian cepatlah istirahat. Hari sudah semakin larut.”

***

Sesaat setelah berada di dalam kamar Yuri, Yuri pun dengan nada berbisik akhirnya protes dengan berkata, “Pak, Bapak ini bagaimana? Kenapa Bapak tadi menyanggupi ucapan Papaku yang seperti itu?”

Rendi pun kemudian duduk di tepi tempat tidur Yuri dan kemudian berkata, “Kalau kita gak mengiyakan ucapan Papamu, berarti usaha kita terlepas dari perjodohan akan menjadi sia-sia donk.”

Yuri pun terdiam mendengar jawaban Rendi. Namun dia berpikir kenapa harus dengan cara menyetujui permintaan Papanya.

Melihat Yuri hanya terdiam seperti ini, Rendi pun akhirnya menyuruh Yuri untuk duduk di sebelahnya.

Dan sesaat setelah Yuri duduk, Rendi pun berkata, “Yuri, untuk sementara ini seperti ini aja dulu. Nanti perlahan-lahan kita pikirkan lagi cara mengatasinya. Ok!? Sudah. Sekarang kita segera tidur.”

Mendengar kata tidur, baik Rendi mau pun Yuri, keduanya sama-sama melihat ke arah tempat tidur yang hanya dimuati oleh satu orang saja.

Rendi yang mengerti dengan keadaan ini pun akhirnya berkata, “Biar aku aja yang tidur di bawah. Kamu tidurlah di tempat tidurmu.”

Mendengar ucapan Rendi, Yuri yang merasa lega ini pun akhirnya mengangguk.

***

Keesokan paginya, saat mereka sedang sarapan bersama, Papa Hendrik pun bertanya, “Setelah ini, apa rencana kalian? Apa kalian masih mau tinggal di sini atau pindah?”

“Hmm, Om. Begini, kalau boleh, aku ingin membawa Yuri ke Apartemenku,” ucap Rendi.

Untuk sesaat Papa Hendrik pun terdiam dan kemudian berkata, “Ya sudah. Gak apa-apa. Bawalah dia ke Apartemenmu. Tapi ingat, jangan lupa permintaan Om kemarin.”

Rendi pun mengangguk sambil tersenyum.

***

Saat pagi menjelang siang, Rendi pun akhirnya membawa Yuri ke Apartemennya. Di sana, Yuri pun melihat-lihat ke seluruh ruangan yang ada di Apartemen tersebut sebelum akhirnya tiba-tiba saja..

‘Tingtong.. tingtong..’

Terdengar beberapa kali bel pintu berbunyi sehingga membuat Rendi pun langsung membukakan pintunya.

Sesaat setelah pintu terbuka, Tiba-tiba saja datang seorang laki-laki yang langsung berkata, “Ren, gue hari ini mau menginap di rumah lo.”

Mendengar ucapan sahabatnya yang bernama Deni ini, Rendi pun langsung berteriak, “Hei! Itu,...”

Belum juga Rendi melanjutkan ucapannya, Deni sudah terlebih dahulu melihat Yuri yang saat itu juga Yuri sedang melihat ke arah Deni.

Sambil terbata-bata, Deni pun bertanya, “Ren, Yu—Yuri kenapa bisa ada di Apartemen lo?”

Melihat situasi seperti ini, Rendi pun langsung menepuk jidatnya dan kemudian menyahut, “Dia sekarang istriku.”

“Haaaaaaa!?”

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!