******
Hari berganti lagi.
Tidak ada namanya permasalahan. Jika orang ketiga tidak masuk ke dalam kehidupan kita, true gak nih?!
Seperti biasa, Aurin dan teman-temannya sedang duduk di kantin sambil berbincang-bincang.
"Gue beberapa hari yang lalu habis jadian sama cowok, dan kemarin gue di putusin sama dia. Gak tau kenapa, sakit banget rasanya cuy." Bianca dan Aurin hanya menyimak perkataan Febby itu.
"Pantes lo di putusin, muka lo aja mirip *4**** sapi!" ejek Bianca dengan enteng.
Aurin hanya menahan tertawa ucapan sahabatnya itu. Sedangkan Febby, ia hanya menatap tajam ke arah Bianca.
"Gini amat punya teman," ucap Febby.
"Kalian tau gak, ada adek kelas yang songo banget! Belagu dia, dan sok kecantikan pula," ujar Bianca.
"Wah, harus kasih pelajaran tuh. Cushh aja kita ke kelasnya!" ajak Aurin dan beranjak dari duduknya.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai ke kelas adkel yang di maksud oleh Bianca itu.
"Ada yang namanya Belvi?" tanya Aurin kepada salah satu siswa yang bernam-tag Cherly Merentika itu.
"Ada, Kak. Belvi ada yang nyariin lo nih!" teriak Cherly.
Belvi Anatasya pun keluar dari kelasnya dan menghampiri Aurin.
"Kenapa ya, Kak?" tanya Belvi.
"Ikut kita!" bentak Aurin dan menarik tangan Belvi dengan kasar.
"Aww ... aduhh, sakit Kak!" ringis Belvi.
"Gak usah banyak bac0t!" tegur Febby sinis.
Mereka pun sampai di belakang sekolah, Aurin langsung menghempaskan tangan Belvi dengan kasar.
"Aww ... sakit," lirih Belvi.
"Aku salah apa, Kak?" tanya Belvi ketakutan.
"Lo gak usah belagu jadi adkel, apa maksud lo gosipin kita hah?!" gertak Bianca.
"Aku gak pernah gosipin kalian," jawab Belvi seadanya.
"Halah gak usah bohong. Kita kasih pelajaran aja, Rin." Aurin mengangguk, kemudian ia mengambil ember yang berisi air dan langsung menyiramkannya ke arah Belvi.
Byurr!
"Ahkk!" teriak Belvi dan mulai menangis .
"Hahaha, rasain lo udah berani sama kita!" Tawa Aurin dan temannya.
"Lucu kek gitu?" Suara lelaki tersebut menghentikan aktivitas Aurin dan temannya.
"Maksud lo kek gini, hah?!" bentaknya.
"Apa sih ketos galak, lagian dia yang salah!" ucap Aurin membernarkan.
"Lo semua masuk ke kelas atau mau gue laporin ke BK?!" Suara Bintang meninggi membuat Belvi segera berlari menuju kelas.
"Gak usah gangguin orang, nilai lo aja jelek sama kek sifat lo!"
Degh!
Hati Aurin hancur seketika saat Bintang mengucapkan itu.
"Orang gak punya urat malu ya gitu," ujar Bintang berlalu pergi meninggalkan Aurin yang diam membisu.
"Bintang ngeselin banget!" geram Bianca.
***
Setelah beberapa menit permasalahan itu terjadi. Aurin dan teman-temannya kini sedang berjalan di tengah lapangan dan ....
Bruk!
"Aww ... maaf gak sengaja," ujar Aurin dan memegangi dahinya yang sakit karna menabrak seseorang.
"Selain gak punya hati, lo juga gak punya mata!" hina lelaki tersebut.
Degh!
Hati Aurin kembali sakit saat mendengar perkataan itu.
"Bintang! Kan gue udah minta maaf, lagian lo juga kenapa berdiri di tengah lapangan!" tegur Aurin membela dirinya.
"Untuk apa meminta maaf, kalau masih mengulangi kesalahan yang sama." Bintang berlalu pergi meninggalkan Aurin yang diam mematung.
Sore hari pun tiba, kini awan sudah berubah menjadi warna orannye bertanda senja sudah menampakkan dirinya.
Ting! Tong!
Aurin memencet bel pintu rumah milik Bintang sedari tadi. Namun, tidak ada jawaban dari orang rumah tersebut.
Ceklek!
Nampak wanita paruh baya sedang membukakkan pintu. Yaitu buk Jiel.
"Ehk, Nak Aurin. Nyari Bintang ya?" tanya buk Jiel.
"Iya, Tan. Bintangnya ada?" tanya Aurin sambil menc1um tangan buk Jiel.
"Ada, yuk. Masuk dulu, Nak." Aurin dengan cepat menolak.
"Gak usah, Tante. Aurin cuma sebentar doang," jawab Aurin.
"Ohh, gitu. Kamu jangan panggil Tante, panggil aja Bunda." Aurin mengangguk dan tersenyum.
"Siap, Bunda." Buk Jiel pun masuk ke dalam rumah dan memanggil Bintang.
Setelah beberapa menit Aurin menunggu, akhirnya Bintang keluar.
"Ngapain lo ke sini?!" tanya Bintang datar.
"Gue mau ngasih peringatan sama lo, lo gak usah ikut campur lagi sama urusan gue! Gak ada hak lo ngatur hidup gue. Urus aja hidup lo sendiri, gak usah lagi lo urusin hidup gue!" jelas Aurin dan mulai menangis.
"Justru gue mau ngasih peringatan sama lo, orang yang lo bully selama ini dia punya perasaan dan hati! Dengan cara lo bully dia lo udah ngerasa hebat gitu? Gak ada, pengecut!" Lagi dan lagi perkataan Bintang menusuk hati Aurin. Rasanya ia ingin berteriak dan menangis.
"Gue permisi," ucap Aurin dan segera berlari meninggalkan rumah Bintang.
"Rin," panggil Bintang dengan rendah.
'Gue jahat banget, ya?' batin Bintang,
HAPPY READING
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments