BAB 2 Tega

Cempakan berlari dan dengan cepat masuk kembali ke dalam kamarnya. Tangisannya semakin menjadi, tetapi suaranya sedikit ditahan, karena khawatir orang tuanya akan mendengar suara isakan dan sedu sedan Cempaka. Dia meluruhkan diri, bersimpuh tidak berdaya di lantai kamarnya.

"Tega kamu, Mas. Selama ini aku sudah percaya padamu. Kenapa kamu tidak bilang sejak awal kalau kamu sudah memiliki istri? Kenapa baru sekarang setelah perasaanku terlanjur dalam dan segalanya telah aku berikan padamu?" raung Cempaka dalam tangisnya.

Ya! Ternyata isi di dalam amplop itu adalah sebuah foto pernikahan Fajar beberapa tahun silam, yang disertakan dengan sebuah tulisan sebagai keterangan di balik fotonya. 'Ini foto pernikahanku dengan Halimah. Kami sudah menikah 5 tahun silam. Maafkan aku tidak jujur padamu sejak awal, Cempaka. Tapi percayalah, perasaanku padamu bukanlah sebuah dusta. Aku mencintaimu, Cempaka'. Begitulah yang tertulis di balik foto pernikahan itu.

Sebuah kenyataan yang baru saja diterimanya, membuat cempaka kecewa begitu dalam. Dia tidak menyangka, bahwa selama tujuh bulan dirinya menjalin kasih dengan Fajar ternyata dia dibohongi. Fajar mengaku dirinya pria lajang dan belum pernah menikah. Fajar juga selalu bersikap baik, sehingga tidak ada gelagat mencurigakan darinya. Bahkan, dia juga berteman dengan para lelaki yang menjadi pesaingnya untuk mendapatkan Cempaka. Sungguh, Fajar mampu menaklukkan hati semua orang dengan perilaku dan sopan santun yang dia miliki.

"Cempaka! Ada Ari di luar. Dia ingin bertemu denganmu, Nak." Sekali lagi Ratih menyeru Cempaka dari balik pintu kamarnya.

Segera saja Cempaka menyeka air mata, dan menyudahi tangisannya. Dia tidak ingin Ratih mengetahui kesedihan yang sedang melandanya itu. "Baik, Bu. Nanti cempaka temui," katanya dengan napas yang diatur sedemikian rupa.

Usai membenahi dirinya, Cempaka pun pergi ke luar untuk menemui Ari. Sesampainya di luar, dia langsung melihat pada Ari yang sedang menunggunya dengan sabar. "Ada apa, Ari?" tanya Cempaka.

"Ikut denganku sekarang, Cempaka!" tandas Ari tanpa basa-basi.

Cempaka mengerutkan keningnya penuh tanya. "Ke mana?" katanya.

"Sudah, nanti juga kamu tahu. Ayo naik!" titah Ari.

Detik berikutnya, Cempaka pun ikut pergi bersama Ari menggunakan sepeda motor, setelah sebelumnya meminta izin pada kedua orang tuanya. Dia merasa penasaran. Kemana sebenarnya Ari akan membawanya? Kenapa sejak tadi Ari tidak menjawab pertanyaannya? Semuanya terasa aneh bagi Cempaka kala itu.

Sampailah mereka di sebuah danau yang terletak di perbatasan Desa Cisoka dan Desa Lemah Sari, tempat Cempaka tinggal. Ari menyuruh Cempaka untuk turun dan menunggu. Sementara itu, Ari sendiri pergi usai mengantarkan Cempaka ke sana.

"Ari! Kenapa kamu meninggalkanku? Apa yang harus aku lakukan di sini?" Cempaka meneriaki Ari yang melaju semakin jauh dengan sepeda motornya tersebut.

"Aneh sekali. Apa yang sedang berusaha Ari lakukan padaku? Apa dia sedang mengerjaiku?" gerundal Cempaka seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian danau yang terbentang di hadapannya.

Tidak lama berselang, Seseorang datang menyapa Cempaka. Ya, suara itu sangat tidak asing. Cempaka dapat mengenalinya dengan baik. Lantas saja, dia pun menoleh ke arah suara berpusat.

"Cempaka ...," lirih Seseorang itu untuk kedua kalinya.

Lidah Cempaka tercekat. Bibirnya pun menjadi kelu. "M-mas Fajar ...," katanya. Rindu yang bergejolak di dalam hati Cempaka pun kini terobati.

Namun, tidak lama setelah itu Cempaka ingat kebenaran tentang Fajar. "Mau apa lagi kamu, Mas?" imbuh Cempaka bertanya dengan nada geram menyiratkan kekecewaan.

"Cempaka, aku tahu pasti kamu kecewa dan marah padaku."

(....)

"Tega kamu membohongi aku, Mas. Kejam kamu padaku!" cerca Cempaka dengan perasaan yang bercampur aduk menjadi satu.

"Sayang, sebenarnya ak-"

"Apa lagi, Mas? Belum puas kamu menghancurkan hidupku, huh? Aku sudah memberikan seluruh rasa percayaku padamu. Bahkan, aku sudah menyerahkan kehormatan yang paling kujaga seumur hidupku. Jahat kamu, Mas, jahaaat!" jerit Cempaka tak dapat lagi membendung seluruh rasa yang bergemuruh di dalam dadanya.

Fajar hanya terdiam pasrah. Dia menyadari dengan sepenuhnya perihal kesalahan yang dia lakukan pada Cempaka. "Maki saja aku sepuasmu, Cempaka. Kamu berhak melakukannya," ucap Fajar tak kalah terisak.

"Kenapa kamu baru memberitahuku sekarang tentang pernikahanmu, Mas? Itu pun melalui sebuah foto yang kamu kirimkan lewat orang lain. Apa sebegitu inginnya kamu menghancurkan hati dan perasaanku? Kenapa tidak kamu bunuh saja aku sekalian, biar kamu puas, Mas!"

"Tidak, Cempaka. Aku tidak pernah ingin menyakitimu. Sungguh, aku benar-benar mencintaimu, Cempaka." Fajar menggelengkan kepalanya, menyangkal semua praduga yang dilontarkan Cempaka terhadapnya.

"Kamu sudah melakukannya, Mas. Kamu sudah menghancurkanku, hidupku, masa depanku, semuanya!" Tangis Cempaka kini pecah tak tertahan lagi.

Fajar mendekati Cempaka dan memeluknya dengan erat. Kala itu, Cempaka terus meronta dan memaki Fajar, meluapkan semua perasaan yang ada di dalam hatinya. Namun, Fajar tidak melawan. Dia memilih diam dan tetap berusaha untuk memeluk Gadisnya itu.

Cempaka mulai lemah. Tenaganya terkuras karena rasa marah dan kecewanya. "Tega kamu, Mas," ucapnya lagi dengan suara yang nyaris habis.

Detik kemudian, Cempaka sudah mulai tenang. Fajar membimbingnya untuk duduk di tepi danau yang sepi itu. Dia meringkuhi tubuh Cempaka dan membiarkan Gadis tersebut berada di atas pangkuannya.

"Dengarkan aku, Cempaka. Tentang pernikahanku dengan Halimah, aku memang tidak pernah memberitahumu sebelumnya. Aku tidak bermaksud menipu atau membohongimu. Hanya saja, aku terlalu takut akan kehilanganmu kalau aku jujur padamu sejak awal."

"Lantas, kamu lebih memilih untuk menghancurkan hidupku, begitu?" balas Cempaka.

"Tidak, Sayang. Bukan begitu. Aku menikah dengan Halimah karena paksaan dari orang tua kami. Aku tidak pernah mencintainya. Bahkan, hubunganku dengannya tidak lebih dari dua orang asing yang tinggal dalam satu atap. Kami tidak pernah membangun hubungan yang baik. Dia sibuk dengan dunianya, begitu pun aku," beber Fajar.

"Lalu pernikahan itu bertahan hingga 5 tahum lamanya? Dan aku harus percaya padamu tentang perasaan dan hubunganmu dengannya yang katamu tidak pernah baik itu, Mas? Yang benar saja!" tandas Cempaka.

"Mengertilah, Cempaka! Ada hal yang lebih rumit dari sekedar pernikahan kami. Orang tuaku dan orang tuanya sepakat untuk tidak memberikan harta yang menjadi hak kami, andai kami berpisah. Ketahuilah, kami juga tersakiti dalam pernikahan ini, Cempaka."

"Apakah alasanmu bertahan hanya karena takut tidak diberi harta dan warisan oleh orang tuamu, begitu? Mas, aku kira kamu berbeda dengan lelaki lain. Ternyata kamu sama saja."

"Cempaka, terserah padamu saja jika kamu masih ingin memaki dan menyudutkanku. Satu hal yang perlu kamu tahu adalah rasa cintaku padamu. Aku sungguh mencintaimu, Cempaka." Fajar meraih tangan Cempaka dan meletakkan di dadanya.

"Tatap mataku dan rasakan detak jantungku, Cempaka!" lanjutnya lagi. Gadis itu hanya menurut seperti tersihir oleh kata-kata Fajar.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Marsiyah

Marsiyah

makanya kl punya pacar harus tau dulu asal usulnya, udah 7 bulan masa gak tau statusnya cinta buta itu namanya

2023-01-21

1

Bila

Bila

punya isyri ternyata 😭

2022-12-05

1

Vita Zhao

Vita Zhao

Mulut buaya memang seperti Fajar ini. Dia pantas di Hajar.

2022-12-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!