Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi, hari di mana sangat cocok untuk meminum kopi, mencari inspirasi, untuk melanjutkan hidup ini, hidup yang di penuhi dengan sakit hati dan luka yang di beri oleh orang yang kita sayangi.
Ratu berjalan seorang diri melewati koridor demi koridor SMA Harapan Bangsa. Dia kehilangan semangat untuk bersekolah, karena sudah dia pastikan dia akan bertemu dengan Raja.
Dari belakang Ratu sudah ada Raja yang berjalan dengan santainya, menenteng tas di pundaknya dengan rasa sedikit malas.
“Kenapa waktu cepet banget.?” Tanya Raja.
Senyum Raja merekah saat melihat Ratu yang tengah berjalan di hadapannya sendirian. Terlihat dengan jelas kalau Ratu sedang tidak bersemangat untuk bersekolah.
Raja mempercepat langkahnya menyusul Ratu. Raja merangkul pundak Ratu saat langkah kakinya sudah sejajar dengan Ratu. Tatapan Ratu masih kosong kedepan, dia tidak ingin menatap Raja yang sudah meninggalkannya demi Siska.
“Ratu marah sama Raja?.” Tanya Raja menghadang jalan Ratu.
“Udah tau kenapa nanya?!” bentak Ratu.
“Ya Allah. Ratu. Sebenci itu yahh Ratu benci sama Kak Siska. Sekarang Raja Tanya, kenapa Ratu benci sama Kak Siska.?” Tanya Raja dengan nada yang di buat sedingin mungkin agar Ratu takut.
“Karna Kak Siska udah ngerebut Raja dari Ratu.” Jawab Ratu jelas. Raja tersenyum miring.
“Ternyata Ratu udah berubah yahh, Ratu yang Raja kenal nggak suka benci sama orang lain. Semenjak kita masuk SMA Ratu udah berubah, Ratu gampang marah. Ratu yang sekarang bukan Ratu yang Raja kenal dulu.”
“Ratu berubah, karna Ratu nggak mau kehilangan Raja. Buktinya pas hari sabtu, Raja lebih milih ninggalin Ratu demi nganter Kak Siska pulang. Bukan Ratu yang berubah, tapi Raja yang udah nggak peduli lagi sama Ratu.” Ucap Ratu membela diri.
“Raja balik lagi Ratu! Dan Raja liat cokelat yang Raja beli khusus buat Ratu udah ancur di injek, Raja tau Ratu yang nginjek. Sekarang Raja tanya, di antara Raja dan Ratu siapa yang berubah? siapa yang udah nggak peduli lagi? siapa Ratu? Siapa?!” tanya Raja dengan di sertai gertakkan.
“Kalo Ratu nggak bisa ubah sifat Ratu. bukan orang lain yang rebut Raja dari Ratu. tapi Tuhan yang ngambil Raja dari Ratu!!” gertak Raja. Ratu tertunduk, bersamaan dengan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.
“Raja jangan tinggalin Ratu. Ratu minta maaf, Ratu tau Ratu salah. Jangan tinggalin Ratu, Ratu Cuma nggak mau kehilangan Raja.” Ucap Ratu bersalah dia menatap Raja dengan sorot mata kesedihan.
Ratu meraih tangan kanan Raja yang di perban dengan kain kasa.
“Raja jatuh dari sepeda pas balik kesekolah buat jemput Ratu? Kenapa Raja nggak hat___” ucapan Ratu terpotong saat Raja menarik tangannya dan menepis tangan Ratu yang memegang tangannya.
“ Emang Ratu peduli yahh sama Raja? Raja ragu dengan kata ‘kenapa’ yang Ratu ucapin tadi.” Ucap Raja di sertai dengan senyum misteriusnya. Ngeri!
Ratu semakin terisak, bisa-bisanya Raja meragukan semua rasa khawatirnya. Apa salah Ratu sebesar itu? sampai-sampai Raja meragukan semua rasa khawatir yang Ratu ucapkan. Air mata terus mengalir dari pelupuk mata Ratu, Ratu menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
“Raja.. hikss... maafin Ratu... jangan tinggalin Ratu... Ratu janji nggak akan marah lagi.” ucap Ratu dengan isakkan. Raja merogoh saku celana seragam sekolahnya, dia mengambil satu buah cokelat untuk Ratu.
“Ratu marah, maafin Ratu. Raja.” Ucap Ratu. Raja tersenyum dia mengelus puncak kepala Ratu lembut.
“Semarah-marahnya Raja. Raja tidak akan mungkin bisa bertahan hidup tanpa ada Ratu di sampingnya.” Ucap Raja. Uwwuu!!
Ratu mengangkat wajahnya menatap Raja dengan air mata yang membasahi pipi mulus nan putihnya.
“Raja nggak marah sama Ratu?.” Tanya Ratu.
“Nggak mungkinlah Raja marah sama Ratu.” Jawab Raja yang mana mampu mengundang senyuman terbit dari sudut bibir Ratu. Raja menghapus air mata yang tersisa di pipi Ratu.
“Jangan nangis, Raja nggak suka liat Ratunya nangis.” Ucap Raja tersenyum manis.
“Nih buat Ratu. Ganti cokelat yang udah ancur,” Lanjut Raja dia menyerahkan cokelat yang dia beli khusus untuk Ratu. Ratu menerimanya dengan senyum tipis.
“Makasih Raja. Ratu sayang Raja.” Ucap Ratu tersenyum manis kearah Raja.
“Raja juga sayang sama Ratu.” Ucap Raja membalas senyum Ratu dengan tak kalah manis pula.
Semarah-marahnya Raja kepada Ratu. Dia tidak akan mungkin kembali menyakiti Ratu. Sudah menjadi janji Raja kalau dia tidak akan meninggalkan Ratunya. Menjaga Ratu, menyayangi Ratu, membuat Ratu bahagia, itu adalah janji seorang Raja Deovano Gebastian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments