Raja mengayuh sepedanya dengan kecepatan ful, dia pastikan Ratu akan marah kepadanya karna sudah berani mengantar Siska tanpa seizin Ratu. Raja berharap Ratu belum pulang dan menunggunya didepan gerbang sekolah.
Tapi, apakah itu mungkin? Sedangkan sekarang sudah pukul 19 : 00, Raja harap masih ada Ratu di sana.
Setelah cukup lama mengayuh sepedanya, Raja sampai di depan gerbang sekolah. Raja menuruni sepedanya dan langsung berlari kearah pos satpam. Dengan nafas yang terengah-engah, Raja menghampiri satpam yang bertugas menjaga sekolah.
“Pa semua murid udah pulang?.” Tanya Raja to the point, satpam itu menoleh menatap Raja dari atas sampai bawah.
“Anak sini?” tanya satpam itu balik.
“Pa saya Raja, anak sekolah ini yang nakalnya minta ampun.” Ucap Raja mengaku.
“Ouhh, Raja. Tadi sihh ada dua anak yang pulang telat. Satu rambutnya di gerai bebas, dan satunya lagi di kepang dua. Tapi mereka udah pulang pake mobil warna hitam yang jemput mereka, Ja.” Jawab satpam itu.
“Yahh udah Pa makasih yahh.” Ucap Raja yang hanya di angguki Pa satpam. Raja menghela nafas lelah, dia mengacak rambutnya frustasi.
Raja berjalan mendekati sepedanya yang terparkir di depan gerbang sekolah.
Saat Raja hampir sampai di depan sepedanya, dia merasakan kalau sepatunya menginjak sesuatu. Raja mengangkat kakinya, dan membelalakkan matanya melihat cokelat yang sudah di injak-injak sampai hancur. Raja berjongkok menatap cokelat itu lekat.
Satu cairan bening menetes dari sudut mata Raja, dia tidak menyangka cokelat yang dia beli susah payah harus hancur di injak. Raja merutuki dirinya yang bodoh, seharusnya dia tidak mengantar Siska pulang dan menunggu Ratu yang sedang berbicara dengan Nabila.
Raja berdiri melepas jaket berwarna biru yang dia kenakkan dan mengikat pinggangnya dengan jaket berwarna biru kesayangannya. Dia melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti, Raja langsung menaiki sepada roda dua miliknya dan mulai meninggalkan kawasan sekolah dengan perrasaan yang campur aduk adanya.
Raja mencoba untuk memperlambat sepedanya dengan menarik rem, Raja memanik saat rem yang sudah dia tarik sama sekali tidak berfungsi. Di tambah lagi dengan seseorang yang menyebrang di depannya.
“PA AWAS PA REMNYA BLONGG!!!” Teriak Raja lantang. Raja membelokkan stir kearah kanan menghindar agar dia tidak menabrak pejalan kaki yang tengah menyebrang jalan.
Brukk..
Srekk..
“Auuuu.” Rintih Raja pelan. Pejalan kaki yang hampir Raja tabrak tadi menghampiri Raja.
“De, Kamu nggak papa?” pejalan kaki itu membantu mengangkat sepeda yang menimpa kaki Raja.
“Saya nggak apa-apa Pa. Maaf yahh Pa, harusnya saya hati-hati.” Ucap Raja ramah.
“Bapa anter Kamu pulang yahh.” Tawar pejalan kaki itu.
“Ehh nggak usah Pa, rumah saya udah deket. Tinggal lurus aja udah nyampe.” Tolak Raja lembut.
“Yahh udah Kamu hati-hati yahh.” Raja hanya menganggukkan kepalanya dengan senyum yang dia tampilkan. Pejalan kaki itu meninggalkan Raja saat Raja sudah mengizinkannya pergi.
Raja menuntun sepeda menuju rumahnya. Lihat Raja sekarang, menuntun sepeda yang rantainya putus dan remnya tidak berfungsi, siku kanan yang terluka, di tambah lagi dengan rasa kecewa yang melandanya karena melihat cokelat yang dia beli untuk Ratu sudah hancur karena di injak-injak.
“Mamahh.. Papahh..” ucap Raja sedih, air mata mengalir dari sudut mata Raja begitu deras tanpa bisa Raja hentikan. Raja yang nakal, yang susah untuk di atur, yang sering keluar masuk ruangan BK, kini tengah menangis menahan rasa yang begitu menyakitkan yang menghantam hatinya.
“Mamah.. hikss.. andai aja masih ada Mamah di samping Raja. Raja bakal langsung meluk Mamah. Mamah... Papah.. Raja pengen banget meluk kalian lagi, Raja pengen di suapin Mamah, Raja pengen main pesawat sama Papah, Raja pengen di usapin kepalanya pas mau tidur.” Monolog Raja.
“Mamah... Ratu sering marah sama Raja Mah... apa boleh Raja ketemu sama Mamah sama Papah.. Raja capek gini terus... Raja mau sama Mamah Papah.. Raja capek.. hiks.. hiks..” Raja mengusap air matanya dengan punggung telapak tangannya.
“Mamah coba liat Raja, siku Raja berdarah, sepedanya rusak, tangan Raja sakit. Biasanya, Mamah yang ngobatin Raja. Raja rindu Mamah.. hiks.. hiks..”
Sesak sekali rasanya di tinggal kedua orang tua saat kita masih belum dewasa dan masih membutuhkan kasih sayang dari keduanya. Siku berdarah, sepeda rusak, kecewa, dan di tambah lagi dengan rasa rindu yang menghantam Raja begitu saja, lengkap sudah penderitaan Raja saat ini.
“Kalo Raja di kasih permintaan sama Om Jin,Raja bakal minta buat ninggalin Ratu supaya bisa bareng sama Mamah dan Papah. Mamah, Mamah masih inget cerita Om Jin dalam botol? Raja pengen banget nemu botol yang di dalamnya ada Jin, karna Raja bakal minta buatin Raja dua, Raja pergi ketemu sama Mamah Papah, dan Raja dua jagain Ratu...”
Air mata tak henti hentinya keluar dari pelupuk mata Raja. Raja rindu kedua orang tuanya. Singkatnya begini, Raja Deovano Gebastian adalah seorang anak yang di tinggal kedua orang tuanya. Raja mempunyai kakak tiga, Kasih sayang yang seharusnya di berikan oleh ibu dan ayah Raja di gantikan oleh kasih sayang dari semua kakaknya.
“ Raja sayang Mamah Papah, tunggu Raja yahh. Raja pasti bisa bareng lagi sama Mamah Papah. Ya Allah. berikanlah Mamah dan Papah tempat yang paling bagus di surga, ampuni dosa Mamah Papah, jangan sakiti Mamah Papah Raja, Raja nggak mau Mamah Papah kesakitan, biarin aja Raja yang kesakitan Mamah Papah jangan.”
“Raja sayang Mamah Papah, Raja sayang Allah. Raja sayang Ratu, Raja sayang Bang Yudha dan Mba Riri, Raja sayang Bang Dito dan Mba Aluna, Raja sayang Bang Jovan dan Mba Vhinna. Ya Allah. jagain mereka yahh kalo Raja udah nggak ada lagi di bumi ini.” Ucap Raja.
Setelah perjalan yang cukup melelahkan, Raja sampai di rumah yang besar tempat dimana dia di besarkan. Raja membanting sepedanya begitu saja dan meninggalkanya di halaman rumah. Sultan!!
Raja masuk kedalam rumah.
“Assalamualaikum.” Ucap Raja saat sudah masuk kedalam rumah.
“Waalaikumsalam.” Jawab semua kakak Raja.
“Raja ini kenapa?” tanya Riri menghampiri Raja. Raja tersenyum.
“Biasa Mba ngelatih ilmu.” Ucap Raja.
“Raja Mba nggak suka Raja boong.” Ucap Riri.
“Jatoh dari sepeda Mba. Heheh” jawab Raja di akhiri dengan cengiran.
“Mba obatin yahh.” Ucap Riri.
“ Raja mau mandi Mba, nanti aja abis mandi.” Tolak Raja. Yudha menghampiri Raja dan menghadang jalan Raja. Yudha berdiri di hadapan Raja sambil memegang pundak adik kesayangannya dengan kedua tangannya.
“ Raja abis nangis yahh.??” Tanya Yudha.
“Nggak, masa iya jagoan nangis.” Ucap Raja berbohong.
“Abang nggak pernah yah ngajarin Raja boong.” Ucap Yudha.
Raja tertunduk, dia memeluk Yudha dengan air mata yang mengalir dari kedua pelupuk matanya. Sedari tadi Raja mencoba untuk menghentikannya namun sebisa mungkin air mata kamu hentikan air mata itu tetap akan mengalir dengan deras.
“Raja rindu Mamah sama Papah Bang.” Ucap Raja.
Semua terdiam saat mendengar penuturan Raja yang mana mampu membuat semua berubah menjadi haru. Tidak hanya Raja yang rindu akan kasih sayang dari kedua orang tuanya, tapi semua juga rindu akan kasih sayang dari Mawar dan Dewa --- orang tua Raja ---.
Yudha mengurai pelukannya, dia menghapus air mata yang mengalir dari pelupuk mata Raja.
“ Raja. Bang Yudha juga rindu sama Mamah Papah, tapi kita harus ikhlas. Raja taukan Papah nggak suka liat Raja nangis, Raja inget nggak pesan Mamah? Kalo Raja rindu, Raja sholat dan do’ain Mamah sama Papah. Raja percayakan kalo kita semua bakal berkumpul di surga bareng.?” Semuanya menitikkan air mata tak kuasa menahan rindu yang mendalam yang dengan sekuat tenaga mereka tahan.
“Boleh nggak Bang? Raja nyusul Mamah Papah?.” Tanya Raja. Semuanya tak dapat menahan air mata yang di bendung di pelupuk matanya.
“Raja, Raja nggak boleh ngomong gitu. Mamah sama Papah nggak suka,Raja do’ain Mamah sama Papah, itu udah bikin Mamah sama Papah seneng. Raja jangan ngomong gitu.” Ucap Aluna.
“Kalo udah waktunya Raja pergi ketemu Mamah Papah, Raja boleh pergi. Tapi sekarang belum waktunya, katanya Raja mau hidup selamanya sama Ratu.” Ucap Dito mengelus puncak kepala Raja.
“Raja mah jagoan yahh, Bang Jovan aja kalo jatoh dari sepeda nangis, Raja mah enggak. Raja emang Raja.” Ucap Jovan bertepuk tangan. Raja mengusap air mata yang membasahi pipinya dan menatap Jovan dengan tatapan tengilnya.
“Iyalah Raja emang Raja. Jangan panggil Raja Deovano Gebastian kalo Raja nangis kaya Bang Jovan. Mah,” Ucap Raja dia berjalan menuju kamarnya meninggalkan semua kakaknya.
“Kalo aja bisa Gue ajak tarung dia. Di puji sedikit aja bangga, bangganya nauzubillah. Untung aja adik Gue, kalo bukan udah Gue pukul dia.” Ucap Jovan merasa kesal.
“Kamu jangan kaya gitu Van. Raja itu masih kecil belum ngerti apa-apa.” Ucap Vhinna.
“Lo mau Gue pukul? Hah?!” gertak Yudha tak terima.
“Kita itu di suruh jaga Raja , bukan malah nyiksa dia.” Lanjut Yudha.
“Sumpah yahh Bang, Gue lagi emosian banget hari ini.” Ucap Jovan membela diri.
“Emosi mulu Lo. makannya jangan berantem teross.” Ejek Dito.
“Lo mau Gue pu___”
“Apaan?” tanya Vhinna.
“Enggak sayang.” Jawab Jovan membelai rambut panjang Vhinna.
Jovan dan Raja memang kerap sering kali beradu mulut hanya karena hal yang kecil. Namun, meskipun begitu Jovan sangat menyayangi Raja begitupun sebaliknya. Pertengaran kecil dalam sebuah keluarga sudah biasa terjadi, dan jangan jadikan pertengkaran itu suatu pemecah keluarga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments