Pagi yang indah dengan sinar mentari yang bersinar terang. Memberikan harapan baru pada seorang gadis yang sedang mengemasi barang-barang penting miliknya. Setelah tadi Rain pulang dari rumahnya, Summer langsung bergegas membersihkan dirinya dan membereskan barang apa saja yang akan dia bawa.
"Aku harus pergi ke mana? Apa aku harus pergi dan mencari kerja di kota tempat aku kuliah? Pasti Rain akan mudah menemukan aku jika aku pergi ke sana dan menemui teman kampusku," gumam Summer.
Di tengah-tengah kebingungan gadis itu menentukan kota tujuannya, terdengar ada suara yang mengetuk pintu dari luar. Summer pun langsung beranjak pergi untuk membukakan pintu dan ternyata sepupunya yang dari ibu kota berkunjung ke rumahnya.
"Bang Radid, Mbak Hanna, kapan kalian datang?" tanya Summer kaget. Dia langsung mencium punggung tangan kakak sepupu dan istrinya.
"Sudah dua hari Abang pulang kampung, tapi pas kemarin ke rumah kamu, di rumah gak ada orang. Apa kabar kamu Summer? Kenapa matamu terlihat sembab? Apa kamu sedang ada masalah?" tanya Radid, kakak sepupu Summer.
"Duduklah dulu, Bang! Aku buatkan dulu minum ya," suruh Summer.
Radid dan Hanna hanya saling berpandangan melihat raut wajah Summer yang berubah sendu. Pasangan suami istri itu hanya mengikuti apa yang Summer katakan. Mereka pun dengan patuh duduk di sofa tanpa bicara lagi.
Tidak lama kemudian, Summer kembali dengan nampan di tangannya. Dia menyimpan dua cangkir teh manis dan cemilan untuk teman mereka ngobrol. Namun, tiba-tiba saja rasa mual itu datang saat bau rokok yang Radid keluarkan dari kantong bajunya.
Summer langsung berlari menuju ke kamar mandi. Membuat pasangan suami istri itu lagi-lagi saling berpandangan melihat hal yang berbeda pada diri Summer. Radid segera memasukkan kembali benda bernikotin itu dan langsung menghampiri Summer.
"Dek, kamu tidak apa-apa?" tanya Radid dengan memijat tengkuk adiknya. "Hanna, cepat ambilkan minyak kayu putih!"
"Summer, disimpan dimana minyak kayu putihnya?" tanya Hanna dengan terus mencari di kamar Summer. Sampai tanpa sengaja dia melihat alat test kehamilan di laci nakas Summer. Hanna pun segera mengambilnya dan memberikannya pada Radid, bersamaan dengan kayu putih yang sudah ditemukannya.
"Dek, apa kamu hamil?" tanya Radid dengan terus mengoleskan minyak kayu putih di area leher Summer.
Summer memejamkan matanya sesaat. Rasanya percuma juga jika dia berbohong pada sepupunya itu karena dia yakin pasti Mbak Hanna sudah melihat alat test kehamilan itu. Dia pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban pada mereka berdua.
"Kalau sudah selesai muntahnya, Abang tunggu di depan. Kita harus bicara serius," ucap Radid sebelum dia pergi meninggalkan Summer di kamar mandi.
Setelah Summer sudah merasa baikan, gadis itu pun menemui sepupunya yang sudah menunggu di ruang tamu. Terlihat Radid menatap tajam ke arahnya, saat Summer baru saja datang ke ruangan itu.
"Sudah berapa bulan?" tanya Radid dengan nada datar.
"Lima minggu, Bang."
"Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan kehamilan kamu itu. Sementara kamu belum menikah. Apa itu anaknya Rain? Pacar kamu yang dari jaman SMA itu," tanya Radid dengan terus menatap tajam adiknya.
"Iya, Bang. Aku memang salah, karena tidak bisa menjaga diriku. Abang boleh membenciku ataupun menjauhi aku, tapi Abang jangan pernah meminta untuk menggugurkan anakku. Karena aku tidak akan pernah melakukannya."
"Abang sebenarnya sangat kecewa dengan kamu Summer. Tapi anak itu tidak berdosa. Apa kamu sudah memberitahu Rain tentang kehamilan kamu?"
Summer tidak menjawab pertanyaan Radid, dia hanya menggelengkan kepalanya. Membuat Radid mendengus kasar melihat jawaban dari Summer. Sebenarnya dia sangat ingin memarahi adiknya itu, tetapi dia tidak pernah bisa setiap kali melihat wajah Summer yang memelas. Rasa sayangnya yang besar pada Summer, membuat hatinya selalu luluh di depan adiknya itu.
"Kenapa tidak memberitahu Rain?"
"Rain ... dia sudah menikah dengan Yasmin."
"Apa? Lalu bagaimana dengan anak kalian?"
"Bang, boleh aku ikut bersama dengan Abang ke kota? Kalau Abang malu karena aku hamil diluar nikah, Aku bisa mencari rumah kontrakan di sana."
"Summer, tinggal saja bersama kami. Kamu tidak perlu mencari rumah kontrakan. Mbak tidak keberatan jika kamu mau tinggal bersama dengan kita," sela Hanna yang sedari tadi diam.
Dia merasa kasihan dengan apa yang terjadi pada hidup Summer. Seorang gadis yang dulunya sangat dimanja dan disayangi oleh kedua orangnya, kini hidupnya terbalik seratus delapan puluh derajat.
"Abang juga tidak keberatan kamu tinggal dengan Abang. Tapi, kenapa kamu tidak mau memberitahu Rain? Meskipun dia sudah menikah, anak ini tetap anaknya," tanya Radid yang tidak mengerti dengan jalan pikiran adiknya.
"Abang, papanya Rain tidak pernah setuju aku berhubungan dengan putranya. Aku tidak mau anakku di tolak oleh mereka. Biarkan saja mereka tidak tahu tentang keberadaan anak ini, asalkan anakku tidak pernah mendapatkan penolakan dari lingkungan dan orang-orang terdekatnya."
"Kamu selalu saja keras kepala. Sekarang cepat bereskan barang-barang kamu. Abang mau pulang ke ibu kota. Tadi Abang mampir ke sini karena selama Abang pulang tidak bertemu dengan kamu."
"Bang, tolong jangan katakan pada siapa pun kalau aku ikut dengan Abang. Apa Om dan Tante bisa menjaga rahasia aku?"
"Kamu tenang saja, Mama dan Papa pasti akan merahasiakan kepergian kamu. Nanti kunci rumahmu biar titip saja pada Mama, agar ada orang yang membersihkannya.
"Iya, Bang! Terima kasih," ucap Summer.
"Gadis bodoh! Kalau ada masalah, seharusnya kamu bilang pada keluargamu. Bukan berusaha menyelesaikannya sendiri tapi kamu sendiri tidak punya solusinya." Radid mengacak-acak rambut Summer. Rasa kasian, kesal, dan ingin marah bercampur jadi satu karena kebodohan Summer, yang mau memberikan segalanya pada laki-laki yang hanya berstatus sebagai kekasihnya itu.
Summer pun kembali membereskan barang-barangnya dibantu oleh Hanna. Sementara Radid memilih pergi ke rumahnya untuk membicarakan masalah Summer pada kedua orang tuanya. Dia meminta agar kedua orang tuanya merahasiakan kepergian Summer yang ikut dengannya pada siapa pun terutama pada Rain.
Setelah semuanya siap, mereka pun langsung berangkat ke ibu kota. Tanpa sengaja Summer melihat Rain yang sedang membonceng Yasmin, entah mereka mau pergi ke mana. Gadis itu hanya tersenyum kecut saat melihat tangan mungil Yasmin melingkar di perut Rain. Dia langsung menyembunyikan dirinya ketika kendaraan yang mereka tumpangi terjebak di lampu merah.
Selamat tinggal Rain! Aku tidak akan pernah menyesal telah memberikan semuanya padamu. Karena aku tahu, kamu laki-laki baik yang pernah aku kenal. Laki-laki yang selalu memberikan kehangatan padaku. Meskipun kini aku tidak akan bisa memiliki kamu lagi, tapi aku memiliki kenangan indah itu bersamamu.
...~Bersambung~...
...Jangan lupa dukungannya ya kawan! Klik like, comment, rate, vote, gift dan favorite....
...Terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Azizka Amelia Putri
di lanjut thorrr semangat terus ok
2023-01-10
2
Atik Dinul Qoyimah
harusnya rain bisa nolak dong kalau bener" cinta sama summer .. perjuangin dulu lah .. masa langsung pasrah aja
2022-12-05
1
Dwisya12Aurizra
jangan pernah menyesal sesuatu yg telah terjadi jadikan pelajaran kedepannya untuk hidup yg lebih baik
2022-12-02
3