Samara yang mendengarkan ucapan Arsyaka, ia pun bersedih. Karena kehilangan mobil kesayangannya. Samara yang waktu itu bekerja sebagai manajer keuangan, bisa membeli mobil baru dari hasil keringatnya sendiri. Karena saat ia membeli mobil baru itu ditemani oleh Arsyaka, yang pada saat itu. Samara dan Arsyaka akan segera menikah.
***
Flashback
Samara yang bekerja menjadi manajer keuangan di sebuah perusahaan, bisa mendapatkan gaji yang lumayan besar. Sampai ia bisa mengumpulkan uang, untuk membeli mobil baru. Agar memudahkan dirinya. Ketika akan pulang ke rumah orang tuanya, yang tinggal di Desa Bukit Pelangi.
[ Mas, besok jadi mengantarku membeli mobil? ]
Samara mengirimkan pesan teks itu ke nomor telepon Arsyaka.
[ Jadi dong sayang ] balasnya.
Dan keesokan harinya.
Samara dan Arsyaka pergi membeli mobil, ke sebuah showroom mobil milik temannya Arsyaka yang bernama Angga.
"Ada mobil, yang sesuai keinginan kamu?" tanya Arsyaka.
"Aku lihat-lihat dulu ya mas." Samara pun mulai mencari mobil, yang sesuai dengan keinginannya.
Arsyaka pun ikut menemani Samara, mencari mobil sesuai dengan keinginannya Samara.
"Mas mobil putih ini aku suka Mas," tunjuk Samara ke arah mobil Rush.
"Kamu tidak mau membeli mobil yang matic saja sayang?" tanya Arsyaka. Karena ia mengira Samara akan membeli mobil matic.
"Tidak Mas, jalan menuju rumah orang tuaku sangat tidak cocok. Kalau menggunakan mobil matic, jadi aku lebih menyukai mobi yang manual," jawab Samara.
"Ya sudah, ayo kita ke sana." Arsyaka mengajak Samara ke tempat pembayaran mobi.
"Bisa di tunjukkan KTPnya?" pinta pegawai showroom mobil, yang bekerja di showroom mobil milik Angga temannya Arsyaka.
"Iya," Samara pun segera mengambil KTPnya.
"Perasaan tadi aku membawa KTP, kok tidak ada yah?" batin Samara sambil terus mencari KTP di dalam tasnya.
"Mas sepertinya, aku lupa tidak membawa KTP!" Samara memberitahukan itu kepada Arsyaka.
"Ya sudah, pakai punya Mas saja." Arsyaka pun memberikan KTPnya ke pegawai showroom itu.
Setelah kejadian itu, mobil yang Samara beli menjadi atas nama Arsyaka.
Flashback off
*****
"Bunda, Bun?" panggilan dari Kirana menyadarkan Samara dari lamunannya, yang mengingat kejadian saat ia membeli mobil bersama dengan Arsyaka.
"Eh! Kirana. Ada apa sayang?" tanya Samara.
"Arsya haus Bun! Mana minuman buat Arsya? Kok bunda lama banget sih, ngambil minumannya?" Kirana menghampiri bundanya. yang belum membawakan minuman untuk Arsya adiknya.
"Bunda ambilkan minuman untuk Arsya dulu yah!" Samara pun segera pergi mengambil minuman untuk Arsya.
"Kirana bisa memberikan minuman ini kepada Arsya? Soalnya bunda mau bertemu dengan ayah dulu sebentar," ucap Samara.
"Iya bun. Aku bisa kok," sahut Kirana.
Samara yang sudah memberikan minuman itu kepada Kirana. Langsung melangkah pergi ke dalam kamarnya, karena ia ingin bertemu dengan Arsyaka suaminya.
"Aku harus berbicara tentang uang mobilku, yang di jual oleh Mas Syaka. Bagaimana pun juga! Aku berhak mendapatkan uang itu," batin Samara sambil bergegas pergi menuju kamarnya. Untuk membicarakan tentang mobilnya, yang di jual oleh Arsyaka suaminya.
Sesampainya di dalam kamar.
Samara belum melihat Arsyaka keluar dari dalam kamar mandi, ia pun menunggu Arsyaka keluar dari dalam kamar mandi.
Beberapa menit kemudian.
"Mas," panggil Samara ketika Arsyaka keluar dari kamar mandi.
"Ada apa sayang?" tanya Arsyaka sambil mencari baju ganti didalam lemari.
"Aku minta uang mobil aku Mas!" pinta Samara.
"Kamu tenang saja sayang, uang kamu itu aman. Aku sedang melakukan bisnis dengan temanku, jadinya aku perlu uang mobil kamu buat tambahan modal dan...." ucapan Arsyaka yang belum selesai di potong oleh Samara.
"Usaha apa sih Mas?" tanya Samara yang menyela ucapan suaminya. Karena ia ingin mengetahui bisnis, yang sedang dilakukan oleh Arsyaka bersama dengan temannya.
"Kalau suami lagi mau buka usaha itu! Jangan suka bertanya tentang usahanya? Jadi istri doakan saja suami yang sedang mencari rejeki." Retno ibunya Arsyaka masuk ke dalam kamar Samara dan Arsyaka, tanpa mengetuk pintu kamar mereka berdua terlebih dahulu.
"Ibu," lirih Samara yang melihat kedatangan mertuanya.
Arsyaka dan Samara pun segera bersalaman kepada Retno.
"Akhirnya ibu datang juga. Jadi aku masih bisa menghindari permintaan Samara, yang meminta uang mobilnya," batin Arsyaka sambil menarik nafas lega.
"Ibu kok, langsung masuk ke dalam kamar aku dan Mas Syaka sih?" tanya Samara. Karena saat ia masuk ke dalam kamarnya. Samara memang tidak mengunci pintu kamarnya, sehingga ibu mertuanya bisa masuk ke dalam kamarnya, tanpa mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu.
"Udahlah sayang, memangnya apa masalahnya? Kalau ibu masuk ke dalam kamar kita? Toh kita berdua tidak sedang melakukan apapun." Arsyaka membela ibunya.
"Tapi...?"
"Aku dari tadi menunggu kalian berdua di ruang tamu. Tapi kalian berdua sangat lama sekali keluarnya. Kamu bukannya mengurus anak yang baru pulang dari rumah sakit, malah di dalam kamar terus," tunjuk Retno ke arah Samara.
"Maaf bu," sahut Samara yang merasa bersalah telah meninggalkan Arsya dan si kembar di ruang tamu. Karena ia ingin menanyakan tentang uang mobilnya, yang di jual oleh Arsyaka suaminya.
"Ayo kita segera pergi ke ruang tamu," ajak Retno kepada Arsyaka dan Samara.
Setelah mereka bertiga sampai di ruang tamu. Samara yang akan duduk menemani anak-anaknya, dan menemani ibu mertua yang sedang berkunjung ke rumahnya.
Retno yang melihat Samara masih berada di dalam ruang tamu, langsung menyuruh Samara untuk masak.
"Samara, kenapa kamu masih di sini? Arsya pasti lapar, kamu sana pergi masak. Jangan keenakan yah! Sekarang dirumah ini, sudah tidak ada pembantu lagi. Cepat masak sana," titah Retno kepada Samara.
"Iya bu," sahut Samara, dan ia pun segera pergi menuju dapur untuk memasak.
Sebelum mulai memasak. Samara melihat isi di dalam kulkasnya terlebih dahulu.
"Masih ada stok untuk bisa di masak. Meski hanya tinggal sedikit lagi, semoga saja cukup untuk makan hari ini. Besok saja aku pergi berbelanja kebutuhan rumah," lirih Samara sambil membawa sayuran, yang akan ia masak.
Samara yang sedang memasak seorang diri, dan hampir selesai memasaknya. Tiba-tiba saja Retno datang menghampirinya.
"Samara." panggil Retno ibu mertuanya.
"Iya bu? Sebentar lagi masakannya hampir selesai," sahut Samara.
"Masak apa kamu?" tanya Retno yang melihat masakan Samara.
"Aku masak sayur asem, sambel terasi. Dan juga sama ikan kembung kesukaannya anak-anak," jawab Samara yang menjelaskan tentang menu masakannya.
"Dasar orang kampung, cuman bisa masak itu saja," lirih Retno mencibir masakan yang Samara buat. Meski ucapan Retno pelan, tapi masih terdengar oleh Samara.
"Padahal ibu juga dulu tinggal di satu kampung yang sama denganku, sebelum ibu pindah ke kota," batin Samara.
"Kamu kenapa bengong? Ganti masakannya." Retno membentak Samara.
"Tapi persediaan di dalam kulkas, hanya tinggal ini saja bu. Aku juga baru pulang ke rumah, dan belum sempat untuk berbelanja kebutuhan rumah," tutur Samara menjelaskan.
"Samara, kamu jangan selalu mengandalkan gaji dari anakku saja. Apalagi sekarang ini! Kondisi keuangannya, sudah tidak seperti dulu lagi. Jadi kamu juga harus membantu Arsyaka mencari nafkah," ucap Retno yang kedatangannya menghampiri Samara ke dapur. Untuk menyuruh Samara, agar mau bekerja dan membantu keuangan Arsyaka anaknya.
"Tapi Mas Syaka pernah bilang sama aku. Kalau Mas Syaka tidak mengijinkan aku bekerja lagi, dan dulu ibu juga tidak mengijinkan aku untuk bekerja." Samara mencoba mengingatkan ibu mertuanya, yang tidak mengijinkannya bekerja. Saat Samara positif hamil si kembar.
"Tapi itu dulu, sekarang keadaan keuangan Arsyaka sudah tidak seperti dulu lagi. Jadi aku harap kamu juga mencari pekerjaan, aku pulang saja. Karena masakan kamu itu tidak berselera untuk aku makan." Retno pun pergi meninggalkan Samara yang berada di dapur.
"Kenapa sikap Mas Syaka dan ibu sekarang ini sangat berbeda," gumam Samara.
" Samara!" Retno berbalik ke belakang, memanggil nama Samara.
"Iya bu," sahutnya.
"Aku hanya memberitahu kamu. Kalau Arsyaka tadi sudah pamit kepadaku, jadi kamu tidak perlu mencarinya." Retno pun pergi, setelah mengatakan itu kepada Samara.
"Kenapa? Mas Syaka tidak pamit dulu kepadaku?" lirih Samara. Ketika ibu mertuanya, sudah pergi meninggalkan Samara yang berada di dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments