Bab 5 Kedatangan Ibu Mertua

Samara yang mendengarkan ucapan Arsyaka, ia pun bersedih. Karena kehilangan mobil kesayangannya. Samara yang waktu itu bekerja sebagai manajer keuangan, bisa membeli mobil baru dari hasil keringatnya sendiri. Karena saat ia membeli mobil baru itu ditemani oleh Arsyaka, yang pada saat itu. Samara dan Arsyaka akan segera menikah.

***

Flashback

Samara yang bekerja menjadi manajer keuangan di sebuah perusahaan, bisa mendapatkan gaji yang lumayan besar. Sampai ia bisa mengumpulkan uang, untuk membeli mobil baru. Agar memudahkan dirinya. Ketika akan pulang ke rumah orang tuanya, yang tinggal di Desa Bukit Pelangi.

[ Mas, besok jadi mengantarku membeli mobil? ]

Samara mengirimkan pesan teks itu ke nomor telepon Arsyaka.

[ Jadi dong sayang ] balasnya.

Dan keesokan harinya.

Samara dan Arsyaka pergi membeli mobil, ke sebuah showroom mobil milik temannya Arsyaka yang bernama Angga.

"Ada mobil, yang sesuai keinginan kamu?" tanya Arsyaka.

"Aku lihat-lihat dulu ya mas." Samara pun mulai mencari mobil, yang sesuai dengan keinginannya.

Arsyaka pun ikut menemani Samara, mencari mobil sesuai dengan keinginannya Samara.

"Mas mobil putih ini aku suka Mas," tunjuk Samara ke arah mobil Rush.

"Kamu tidak mau membeli mobil yang matic saja sayang?" tanya Arsyaka. Karena ia mengira Samara akan membeli mobil matic.

"Tidak Mas, jalan menuju rumah orang tuaku sangat tidak cocok. Kalau menggunakan mobil matic, jadi aku lebih menyukai mobi yang manual," jawab Samara.

"Ya sudah, ayo kita ke sana." Arsyaka mengajak Samara ke tempat pembayaran mobi.

"Bisa di tunjukkan KTPnya?" pinta pegawai showroom mobil, yang bekerja di showroom mobil milik Angga temannya Arsyaka.

"Iya," Samara pun segera mengambil KTPnya.

"Perasaan tadi aku membawa KTP, kok tidak ada yah?" batin Samara sambil terus mencari KTP di dalam tasnya.

"Mas sepertinya, aku lupa tidak membawa KTP!" Samara memberitahukan itu kepada Arsyaka.

"Ya sudah, pakai punya Mas saja." Arsyaka pun memberikan KTPnya ke pegawai showroom itu.

Setelah kejadian itu, mobil yang Samara beli menjadi atas nama Arsyaka.

Flashback off

*****

"Bunda, Bun?" panggilan dari Kirana menyadarkan Samara dari lamunannya, yang mengingat kejadian saat ia membeli mobil bersama dengan Arsyaka.

"Eh! Kirana. Ada apa sayang?" tanya Samara.

"Arsya haus Bun! Mana minuman buat Arsya? Kok bunda lama banget sih, ngambil minumannya?" Kirana menghampiri bundanya. yang belum membawakan minuman untuk Arsya adiknya.

"Bunda ambilkan minuman untuk Arsya dulu yah!" Samara pun segera pergi mengambil minuman untuk Arsya.

"Kirana bisa memberikan minuman ini kepada Arsya? Soalnya bunda mau bertemu dengan ayah dulu sebentar,"  ucap Samara.

"Iya bun. Aku bisa kok," sahut Kirana.

Samara yang sudah memberikan minuman itu kepada Kirana. Langsung melangkah pergi ke dalam kamarnya, karena ia ingin bertemu dengan Arsyaka suaminya.

"Aku harus berbicara tentang uang mobilku, yang di jual oleh Mas Syaka. Bagaimana pun juga! Aku berhak mendapatkan uang itu," batin Samara sambil bergegas pergi menuju kamarnya. Untuk membicarakan tentang mobilnya, yang di jual oleh Arsyaka suaminya.

Sesampainya di dalam kamar.

Samara belum melihat Arsyaka keluar dari dalam kamar mandi, ia pun menunggu Arsyaka keluar dari dalam kamar mandi.

Beberapa menit kemudian.

"Mas," panggil Samara ketika Arsyaka keluar dari kamar mandi.

"Ada apa sayang?" tanya Arsyaka sambil mencari baju ganti didalam lemari.

"Aku minta uang mobil aku Mas!" pinta Samara.

"Kamu tenang saja sayang, uang kamu itu aman. Aku sedang melakukan bisnis dengan temanku, jadinya aku perlu uang mobil kamu buat tambahan modal dan...." ucapan Arsyaka yang belum selesai di potong oleh Samara.

"Usaha apa sih Mas?" tanya Samara yang menyela ucapan suaminya. Karena ia ingin mengetahui bisnis, yang sedang dilakukan oleh Arsyaka bersama dengan temannya.

"Kalau suami lagi mau buka usaha itu! Jangan suka bertanya tentang usahanya? Jadi istri doakan saja suami yang sedang mencari rejeki." Retno ibunya Arsyaka masuk ke dalam kamar Samara dan Arsyaka, tanpa mengetuk pintu kamar mereka berdua terlebih dahulu.

"Ibu," lirih Samara yang melihat kedatangan mertuanya.

Arsyaka dan Samara pun segera bersalaman kepada Retno.

"Akhirnya ibu datang juga. Jadi aku masih bisa menghindari permintaan Samara, yang meminta uang mobilnya," batin Arsyaka sambil menarik nafas lega.

"Ibu kok, langsung masuk ke dalam kamar aku dan Mas Syaka sih?" tanya Samara. Karena saat ia masuk ke dalam kamarnya. Samara memang tidak mengunci pintu kamarnya, sehingga ibu mertuanya bisa masuk ke dalam kamarnya, tanpa mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu.

"Udahlah sayang, memangnya apa masalahnya? Kalau ibu masuk ke dalam kamar kita? Toh kita berdua tidak sedang melakukan apapun." Arsyaka membela ibunya.

"Tapi...?"

"Aku dari tadi menunggu kalian berdua di ruang tamu. Tapi kalian berdua sangat lama sekali keluarnya. Kamu bukannya mengurus anak yang baru pulang dari rumah sakit, malah di dalam kamar terus," tunjuk Retno ke arah Samara.

"Maaf bu," sahut Samara yang merasa bersalah telah meninggalkan Arsya dan si kembar di ruang tamu. Karena ia ingin menanyakan tentang uang mobilnya, yang di jual oleh Arsyaka suaminya.

"Ayo kita segera pergi ke ruang tamu," ajak Retno kepada Arsyaka dan Samara.

Setelah mereka bertiga sampai di ruang tamu. Samara yang akan duduk menemani anak-anaknya, dan menemani ibu mertua yang sedang berkunjung ke rumahnya.

Retno yang melihat Samara masih berada di dalam ruang tamu, langsung menyuruh Samara untuk masak.

"Samara, kenapa kamu masih di sini? Arsya pasti lapar, kamu sana pergi masak. Jangan keenakan yah! Sekarang dirumah ini, sudah tidak ada pembantu lagi. Cepat masak sana," titah Retno kepada Samara.

"Iya bu,"  sahut Samara, dan ia pun segera pergi menuju dapur untuk memasak.

Sebelum mulai memasak. Samara melihat isi di dalam kulkasnya terlebih dahulu.

"Masih ada stok untuk bisa di masak. Meski hanya tinggal sedikit lagi, semoga saja cukup untuk makan hari ini. Besok saja aku pergi berbelanja kebutuhan rumah," lirih Samara sambil membawa sayuran, yang akan ia masak.

Samara yang sedang memasak seorang diri, dan hampir selesai memasaknya. Tiba-tiba saja Retno datang menghampirinya.

"Samara." panggil Retno ibu mertuanya.

"Iya bu? Sebentar lagi masakannya hampir selesai," sahut Samara.

"Masak apa kamu?" tanya Retno yang melihat masakan Samara.

"Aku masak sayur asem, sambel terasi. Dan juga sama ikan kembung kesukaannya anak-anak," jawab Samara yang menjelaskan tentang menu masakannya.

"Dasar orang kampung, cuman bisa masak itu saja," lirih Retno mencibir masakan yang Samara buat. Meski ucapan Retno pelan, tapi masih terdengar oleh Samara.

"Padahal ibu juga dulu tinggal di satu kampung yang sama denganku, sebelum ibu pindah ke kota," batin Samara.

"Kamu kenapa bengong? Ganti masakannya." Retno membentak Samara.

"Tapi persediaan di dalam kulkas, hanya tinggal ini saja bu. Aku juga baru pulang ke rumah, dan belum sempat untuk berbelanja kebutuhan rumah," tutur Samara menjelaskan.

"Samara, kamu jangan selalu mengandalkan gaji dari anakku saja. Apalagi sekarang ini! Kondisi keuangannya, sudah tidak seperti dulu lagi. Jadi kamu juga harus membantu Arsyaka mencari nafkah," ucap Retno yang kedatangannya menghampiri Samara ke dapur. Untuk menyuruh Samara, agar mau bekerja dan membantu keuangan Arsyaka anaknya.

"Tapi Mas Syaka pernah bilang sama aku. Kalau Mas Syaka tidak mengijinkan aku bekerja lagi, dan dulu ibu juga tidak mengijinkan aku untuk bekerja." Samara mencoba mengingatkan ibu mertuanya, yang tidak mengijinkannya bekerja. Saat Samara positif hamil si kembar.

"Tapi itu dulu, sekarang keadaan keuangan Arsyaka sudah tidak seperti dulu lagi. Jadi aku harap kamu juga mencari pekerjaan, aku pulang saja. Karena masakan kamu itu tidak berselera untuk aku makan." Retno pun pergi meninggalkan Samara yang berada di dapur.

"Kenapa sikap Mas Syaka dan ibu sekarang ini sangat berbeda," gumam Samara.

" Samara!" Retno berbalik ke belakang, memanggil nama Samara.

"Iya bu," sahutnya.

"Aku hanya memberitahu kamu. Kalau Arsyaka tadi sudah pamit kepadaku, jadi kamu tidak perlu mencarinya." Retno pun pergi, setelah mengatakan itu kepada Samara.

"Kenapa? Mas Syaka tidak pamit dulu kepadaku?" lirih Samara. Ketika ibu mertuanya, sudah pergi meninggalkan Samara yang berada di dapur.

Episodes
1 Bab 1 Kesibukan Arsyaka
2 Bab 2 Uang Bulanan Berkurang
3 Bab 3 Arsya Sakit
4 Bab 4 Arsyaka Diturunkan Dari Jabatannya
5 Bab 5 Kedatangan Ibu Mertua
6 Bab 6 POV Samara
7 Bab 7 Berjualan kue
8 Bab 8 POV Arsyaka
9 Bab 9 Menghindar
10 Bab 10 Mendapatkan pekerjaan menjadi pembantu
11 Bab 11 Kerja Hari Pertama
12 Bab 12 Dobel POV
13 Bab 13 Kaget
14 Bab 14 Dobel POV Samara dan mertuanya
15 Bab 15 Kesedihan hati Samara
16 Bab 16 Dobel POV Samara dan Rayanza
17 Bab 17 Pergi ke pulau Dewata Bali
18 Bab 18 Keputusan Samara
19 Bab 19 Semakin Kecewa
20 Bab 20 Penyesalan
21 Bab 21 POV Samara
22 Bab 22 Keraguan
23 Bab 23 Dobel POV Arsyaka dan Samara
24 Bab 24 Yakin Dengan Keputusannya
25 Bab 25 Kebohongan Arsyaka
26 Bab 26 Dobel POV Linda dan Arsyaka
27 Bab 27 Mencari Alasan
28 Bab 28 Salah Sangka
29 Bab 29 Mendapatkan Bukti
30 Bab 30 Tinggal Satu Atap
31 Bab 31 Mengetahui Kebenarannya
32 Bab 32 Samara bertemu dengan Chelsea di rumahnya
33 Bab 33 Mengalah
34 Bab 34 Dobel POV Pergi
35 Bab 35 Kehilangan
36 Bab 36 Mencari Samara
37 Bab 37 Pergi ke kampung
38 bab 38 Sidang Perceraian
39 Bab 39 Ada pelangi setelah hujan
40 Bab 40 POV Samara
41 Bab 41 Dobel POV Pergi ke Surabaya
42 Bab 42 Putusan sidang perceraian
43 Bab 43 Bukti Kecurangan Arsyaka
44 Bab 44 Kembali Ke Surabaya
45 Bab 45 Rencana yang berjalan lancar
46 Bab 46 Pergi ke penjara
47 Bab 47 Memberikan Keterangan
48 Bab 48 Ketakutan
49 Bab 49 Rekaman cctv
50 Bab 50 Dobel POV Kecurigaan
51 Bab 51 Mendapatkan Bukti
52 Bab 52 Terungkap
53 Bab 53 Kedatangan tamu
54 Bab 54 Menemui tamu yang datang
55 Bab 55 Resmi menjadi janda
56 Bab 56 Kebingungan hati Samara
57 Bab 57 Hari Pertama bekerja di kantor
58 Bab 58 Ungkapan hati Samara
59 Bab 59 Karma
60 Bab 60 Mendapatkan Kesempatan
61 Bab 61 Menolak
62 Bab 62 Bertemu Chelsea
63 Bab 63 Tabrakan beruntun
64 Bab 64 Pergi ke rumah sakit
65 Bab 65 Pengakuan Arsyaka
66 Bab 66 Kondisi Chelsea
67 Bab 67 Di usir
68 Bab 68 Mencari tempat tinggal
69 Bab 69 Ketakutan Linda dan Chelsea
70 Bab 70 Rencana Chelsea.
71 Bab 71 Keributan
72 Bab 72 Hilang
73 Bab 73 Pencarian
74 Bab 74 Kekhawatiran Samara
75 Bab 75 Melihat Rekaman cctv
76 Bab 76 Bertemu
77 Bab 77 Dejavu
78 Bab 78 Menemukan
79 Bab 79 Curiga
80 Bab 80 Penyelidikan
81 Bab 81 Mendapatkan Informasi
82 Bab 82 Menggeledah Seisi Rumah
83 Bab 83 Pergi Ke Jakarta
84 Bab 84 Pergi Ke Rumah Arsyaka
85 Bab 85 Berhasil Menemukan Penculik
86 Bab 86 Mengintai
87 Bab 87 Menginterogasi
88 Bab 88 Terpaksa
89 Bab 89 Bertemu dengan anak-anak
90 Bab 90 Mencemaskan Samara
91 Bab 91 Melakukan Perlawanan
92 Bab 92 Mendapatkan Bantuan
93 Bab 93 Terluka
94 Bab 94 Tertangkap
95 bab 95 Memberitahukan yang sebenarnya
96 Bab 96 Menunggu Jawaban Samara
97 Bab 97 Kekhawatiran dan kepanikan
98 Bab 98 Penyesalan yang terlambat
99 Bab 99 Pertemuan yang mengharukan
100 Bab 100 Bertemu di kantor polisi
101 Bab 101 Pertemuan di restoran
102 Bab 102 Bersembunyi
103 Bab 103 Hari Pernikahan
104 Bab 104 Pertemuan Di Kamar Hotel
105 Bab 105 Berusaha melarikan diri
106 Bab 106 Menolong Rayanza
107 Bab 107 Mengakui Kesalahan
108 Bab 108 Meminta Maaf
109 Bab 109 Pergi ke Perancis
110 Bab 110 Tidak Sengaja Bertemu
111 Bab 111 Menolong
112 Bab 112 Pergi ke rumah Syam
113 Bab 113 Membeli Oleh-oleh
114 Bab 114 Pulang ke Indonesia
115 Bab 115 End
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1 Kesibukan Arsyaka
2
Bab 2 Uang Bulanan Berkurang
3
Bab 3 Arsya Sakit
4
Bab 4 Arsyaka Diturunkan Dari Jabatannya
5
Bab 5 Kedatangan Ibu Mertua
6
Bab 6 POV Samara
7
Bab 7 Berjualan kue
8
Bab 8 POV Arsyaka
9
Bab 9 Menghindar
10
Bab 10 Mendapatkan pekerjaan menjadi pembantu
11
Bab 11 Kerja Hari Pertama
12
Bab 12 Dobel POV
13
Bab 13 Kaget
14
Bab 14 Dobel POV Samara dan mertuanya
15
Bab 15 Kesedihan hati Samara
16
Bab 16 Dobel POV Samara dan Rayanza
17
Bab 17 Pergi ke pulau Dewata Bali
18
Bab 18 Keputusan Samara
19
Bab 19 Semakin Kecewa
20
Bab 20 Penyesalan
21
Bab 21 POV Samara
22
Bab 22 Keraguan
23
Bab 23 Dobel POV Arsyaka dan Samara
24
Bab 24 Yakin Dengan Keputusannya
25
Bab 25 Kebohongan Arsyaka
26
Bab 26 Dobel POV Linda dan Arsyaka
27
Bab 27 Mencari Alasan
28
Bab 28 Salah Sangka
29
Bab 29 Mendapatkan Bukti
30
Bab 30 Tinggal Satu Atap
31
Bab 31 Mengetahui Kebenarannya
32
Bab 32 Samara bertemu dengan Chelsea di rumahnya
33
Bab 33 Mengalah
34
Bab 34 Dobel POV Pergi
35
Bab 35 Kehilangan
36
Bab 36 Mencari Samara
37
Bab 37 Pergi ke kampung
38
bab 38 Sidang Perceraian
39
Bab 39 Ada pelangi setelah hujan
40
Bab 40 POV Samara
41
Bab 41 Dobel POV Pergi ke Surabaya
42
Bab 42 Putusan sidang perceraian
43
Bab 43 Bukti Kecurangan Arsyaka
44
Bab 44 Kembali Ke Surabaya
45
Bab 45 Rencana yang berjalan lancar
46
Bab 46 Pergi ke penjara
47
Bab 47 Memberikan Keterangan
48
Bab 48 Ketakutan
49
Bab 49 Rekaman cctv
50
Bab 50 Dobel POV Kecurigaan
51
Bab 51 Mendapatkan Bukti
52
Bab 52 Terungkap
53
Bab 53 Kedatangan tamu
54
Bab 54 Menemui tamu yang datang
55
Bab 55 Resmi menjadi janda
56
Bab 56 Kebingungan hati Samara
57
Bab 57 Hari Pertama bekerja di kantor
58
Bab 58 Ungkapan hati Samara
59
Bab 59 Karma
60
Bab 60 Mendapatkan Kesempatan
61
Bab 61 Menolak
62
Bab 62 Bertemu Chelsea
63
Bab 63 Tabrakan beruntun
64
Bab 64 Pergi ke rumah sakit
65
Bab 65 Pengakuan Arsyaka
66
Bab 66 Kondisi Chelsea
67
Bab 67 Di usir
68
Bab 68 Mencari tempat tinggal
69
Bab 69 Ketakutan Linda dan Chelsea
70
Bab 70 Rencana Chelsea.
71
Bab 71 Keributan
72
Bab 72 Hilang
73
Bab 73 Pencarian
74
Bab 74 Kekhawatiran Samara
75
Bab 75 Melihat Rekaman cctv
76
Bab 76 Bertemu
77
Bab 77 Dejavu
78
Bab 78 Menemukan
79
Bab 79 Curiga
80
Bab 80 Penyelidikan
81
Bab 81 Mendapatkan Informasi
82
Bab 82 Menggeledah Seisi Rumah
83
Bab 83 Pergi Ke Jakarta
84
Bab 84 Pergi Ke Rumah Arsyaka
85
Bab 85 Berhasil Menemukan Penculik
86
Bab 86 Mengintai
87
Bab 87 Menginterogasi
88
Bab 88 Terpaksa
89
Bab 89 Bertemu dengan anak-anak
90
Bab 90 Mencemaskan Samara
91
Bab 91 Melakukan Perlawanan
92
Bab 92 Mendapatkan Bantuan
93
Bab 93 Terluka
94
Bab 94 Tertangkap
95
bab 95 Memberitahukan yang sebenarnya
96
Bab 96 Menunggu Jawaban Samara
97
Bab 97 Kekhawatiran dan kepanikan
98
Bab 98 Penyesalan yang terlambat
99
Bab 99 Pertemuan yang mengharukan
100
Bab 100 Bertemu di kantor polisi
101
Bab 101 Pertemuan di restoran
102
Bab 102 Bersembunyi
103
Bab 103 Hari Pernikahan
104
Bab 104 Pertemuan Di Kamar Hotel
105
Bab 105 Berusaha melarikan diri
106
Bab 106 Menolong Rayanza
107
Bab 107 Mengakui Kesalahan
108
Bab 108 Meminta Maaf
109
Bab 109 Pergi ke Perancis
110
Bab 110 Tidak Sengaja Bertemu
111
Bab 111 Menolong
112
Bab 112 Pergi ke rumah Syam
113
Bab 113 Membeli Oleh-oleh
114
Bab 114 Pulang ke Indonesia
115
Bab 115 End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!