Di acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya Candra dan Kirana.
Samara tengah sibuk menghubungi Arsyaka suaminya. Agar Arsyaka bisa segera datang ke acara sekolahannya si kembar.
Acara yang belum di mulai, membuat si kembar terus menanyakan ayahnya kepada Samara.
"Bunda. Ayah pasti akan datang ke sini, iyakan?" tanya Candra dan Kirana kepada Samara secara bersamaan.
"Iya sayang, ini bunda lagi menghubungi ayah terus. Biar ayah bisa segera datang ke acara hari ayah, yang diadakan di sekolahan kalian berdua," jawab Samara mengarahkan hpnya ke arah si kembar.
"Ok deh!" sahut Candra dan Kirana sambil tersenyum. Dan berharap ayahnya bisa datang ke acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya hari ini.
"Candra. Kirana, ayo kita masuk ke dalam," ajak temannya Candra dan Kirana.
"Iya," sahut Candra dan Kirana secara bersamaan, dan melirik ke arah Samara.
"Bunda aku pergi ke dalam dulu yah," pamit Candra dan Kirana kepada Samara.
"Iya sayang." Samara berusaha tetap tenang, meski hatinya sangat gelisah memikirkan Arsyaka yang belum datang. Padahal Samara sudah mengingatkan Arsyaka, agar ia bisa datang ke acara sekolahannya si kembar. Tapi Arsyaka belum juga datang, bahkan panggilan telepon dari Samara tidak di jawab oleh Arsyaka.
"Mas, ayo angkat dong!" lirih Samara penuh harap. Agar Arsyaka segera mengangkat panggilan telepon darinya.
"Nak ayo kita masuk ke dalam, sebentar lagi acaranya akan di mulai," ajak Santi ibunya Samara kepada Samara.
"Iya Bu," sahut Samara sambil melihat ke arah pintu masuk. Berharap Arsyaka bisa menghadiri acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya si kembar.
"Kamu lihatin siapa sih?" Santi yang heran dengan sikap putrinya itu. Seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.
"Ini aku lagi menunggu kedatangan Mas Syaka Bu." Samara menjawab pertanyaan dari ibunya, dengan raut wajah yang sedih.
"Pasti Arsyaka akan datang nak, mungkin saja Arsyaka terjebak macet di jalan. Sebaiknya kita menunggunya di dalam saja, biar si kembar bisa semangat nanti saat tampil di atas panggung." Santi mengajak Samara untuk pergi menuju ke tempat acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya si kembar.
"Baik Bu." Samara dan ibunya bergegas masuk ke dalam acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya si kembar.
Raut wajah Samara benar-benar gelisah menunggu kedatangan Arsyaka. Karena sampai Candra dan Kirana di panggil ke atas panggung. Arsyaka belum juga datang, panggilan telepon dari Samara juga tidak di angkat oleh Arsyaka.
"Mas kamu sungguh keterlaluan," geram Samara di dalam hatinya. Karena Arsyaka tidak menepati janjinya, untuk datang menghadiri acara hari ayah yang diadakan di sekolahannya si kembar.
"Adi Candra Pratama dan Adinda Kirana Putri, ayo maju ke depan," panggil gurunya Candra dan Kirana sekali lagi.
Candra dan Kirana merajuk tidak mau naik ke atas panggung. Meski Samara dan Santi serta Anton ayahnya Samara, mencoba membujuk si kembar. Agar mau naik ke atas panggung di acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya si kembar.
"Pokoknya aku tidak mau naik ke atas panggung, kalau ayah tidak datang!" ucap Candra yang merajuk tidak mau naik ke atas panggung.
"Kirana juga gak mau, ayah pembohong!" Kirana pun menangis. Karena Arsyaka ayahnya tidak menepati janjinya, yang akan datang menghadiri acara di sekolahannya.
"Setelah Candra dan Kirana naik ke atas panggung, ayah pasti akan datang sayang. Ayah lagi di jalan menuju sekolahnya kalian berdua." Samara berusaha membujuk si kembar. Agar mereka berdua mau naik ke atas panggung.
"Tidak mau!" sahut si kembar berbarengan.
"Candra. Kirana, jangan marah dan bersedih. Meski ayah tidak bisa menghadiri acara hari ini. Tapi di sini ada Kakek dan Nenek yang bisa menghadiri acara kalian berdua." Anton pun mencoba membujuk cucunya. Agar tidak marah dan bersedih, karena ayahnya tidak bisa datang ke acara yang diadakan di sekolahan cucunya.
"Tapi ini acara hari ayah, bukan hari Kakek dan Nenek," jawab Candra sambil menggandeng tangan Kirana. Untuk pergi meninggalkan Samara dan kedua orang tuanya.
"Candra. Kirana," Samara manggil kedua anaknya.
Panggilan dari Samara di hiraukan begitu saja oleh Candra dan Kirana. Karena mereka berdua sudah terlanjur kecewa, dengan sikap ayahnya yang tidak bisa menepati janjinya.
Samara berusaha mengejar langkah si kembar, yang akan pergi dari ruangan acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya si kembar.
"Sayang." Samara berhasil memegang tangan Candra dan Kirana.
"Kirana mau pulang saja bunda," lirih Kirana.
"Ya sudah, ayo kita semuanya pulang." Samara pun mengajak anak dan kedua orang tuanya, untuk pergi meninggalkan sekolahannya si kembar. Karena Candra dan Kirana susah di bujuk naik ke atas panggung.
*****
Sesampainya di rumah.
Arsyaka belum juga pulang ke rumah. Samara dan kedua orang tuanya, sudah lelah membujuk si kembar yang sedang marah kepada ayahnya. Bahkan Ibu dan Bapaknya Samara yang akan pulang, tidak bisa berpamitan dengan Arsyaka. Karena Arsyaka belum juga pulang ke rumahnya.
Dua hari kemudian.
Arsyaka baru pulang ke rumahnya, sambil membawakan mainan untuk putra dan putrinya.
"Sayang ayah sudah pulang," panggil Arsyaka kepada putra dan putrinya, yang sedang asyik bermain bersama di ruang tamu.
Tapi panggilan dari Arsyaka di hiraukan begitu saja oleh anak-anaknya. Arsyaka pun bergegas menghampiri ketiga anaknya.
"Sayang ayah sudah pulang, kok pada diam saja sih. Lihat nih, ayah bawa mainan yang baru. Untuk Candra dan Kirana serta Arsya." Arsyaka memperlihatkan mainan yang ia beli kepada anak-anaknya.
"Te..lima kasih ayah," ucap Arsya si bungsu yang tidak bisa mengucapkan huruf R, dan mengambil mainan yang Arsyaka belikan.
"Iya sayang." Arsyaka mengusap kepala si bungsu sambil tersenyum senang.
"Candra dan Kirana, kenapa? Tidak mengambil mainan yang ayah belikan untuk kalian berdua?" tanya Arsyaka kepada si kembar.
Candra dan Kirana tidak menjawab pertanyaan dari Arsyaka. Mereka berdua bergegas pergi meninggalkan Ayah dan adiknya, yang berada di ruang tamu.
Samara yang sedang membawakan cemilan dan minuman, untuk anak-anaknya yang sedang bermain bersama di ruang tamu. Melihat Candra dan Kirana berlalu pergi meninggalkan ruang tamu.
"Sayang ini Bunda sudah bawakan camilan dan minuman buat kalian, kenapa masuk ke dalam kamar?" tanya Samar kepada si kembar yang akan pergi ke dalam kamarnya.
Candra dan Kirana tidak menjawab pertanyaan Samara, mereka berdua langsung masuk ke dalam kamarnya.
Sedangkan Samara pergi menghampiri putra bungsunya, yang kemungkinan sedang bermain seorang diri.
Sesampainya di ruang tamu. Samara melihat putra bungsunya sedang bermain bersama ayahnya.
"Jadi ini alasan Candra dan Kirana tidak menjawab pertanyaan dariku!" lirih Samara yang melihat Arsyaka sudah pulang.
"Mas sudah pulang?" tanya Samara sambil mengulurkan tangannya ke arah Arsyaka.
"Iya sayang, dan ini hadiah untukmu," jawab Arsyaka sambil mengambil hadiah untuk Samara.
"Terima kasih Mas." Samara mengambil hadiah yang di berikan oleh suaminya.
"Arsya main di dalam kamar sama kak Candra dan kak Kirana dulu yah." Samara menyuruh putra bungsunya. Untuk pergi bermain bersama kakaknya di dalam kamar.
"Iya bunda. Asya mau bawa mainan yang di belikan ayah ya bunda," ucap Arsya memperlihatkan mainan yang di belikan ayahnya kepada Samara. Sebelum Arsya pergi ke dalam kamarnya, untuk bermain bersama dengan kedua kakaknya.
"Iya sayang, sana bawa mainannya." Samara tersenyum kearah anak bungsunya itu.
"Iya Bun," sahutnya. Arsya pun segera pergi meninggalkan Samara dan Arsyaka di ruang tamu.
Setelah Arsya pergi masuk ke dalam kamar. Samara mulai mengintrogasi Arsyaka suaminya.
"Mas kemana saja baru pulang?" Samara meminta penjelasan dari Arsyaka suaminya.
"Mas ada tugas di luar kota, dan di sana susah sinyalnya. Maafkan Mas tidak bilang terlebih dahulu sama kamu sayang." Arsyaka menggenggam erat tangan Samara. Agar ia tidak marah dan percaya dengan ucapannya.
"Mas, ingat tidak dengan janji kamu kepada si kembar?" tanya Samara yang mengingatkan janji Arsyaka kepada si kembar.
"Maaf Mas lupa sayang," sahut Arsyaka sambil menundukkan kepalanya.
"Oh iya yah! Aku berikan saja uang bulanan ini pada Samara. Pasti ia tidak akan marah lagi kepadaku," gumam Arsyaka dalam hatinya.
Arsyaka pun segera mengambil uang gajinya, untuk di berikan kepada Samara. Agar Samara tidak marah lagi kepadanya.
Samara yang menerima uang bulanan dari suaminya, langsung membuka uang bulanannya. Akan tetapi saat Samara menghitung uang bulanannya, ia semakin kesal kepada Arsyaka suaminya.
"Mas ini kenapa uang bulanan ku berkurang?" Samara menanyakan tentang uang bulanannya yang berkurang.
"Itu sisanya Mas pakai. Karena Mas ada bisnis sama teman Mas, ya sudah Mas mau mandi dulu." Arsyaka memilih menghindar dari Samara, dan segera pergi meninggalkan istrinya. Karena ia tidak mau Samara mengintrogasi dirinya, tentang masalah uang bulanan yang berkurang.
Samara yang mendapatkan uang bulanan yang berkurang dari Arsyaka. Harus bisa menghemat pengeluaran keuangannya.
"Untung saja aku masih ada uang bulanan sisa bulan kemarin. Tapi semoga saja uang ini, bisa muat sampai bulan depan," lirih Samara yang menerima uang bulanan, yang berkurang dari Arsyaka suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Soraya
istri yang gak peka
2024-09-07
0