Bab 4 Arsyaka Diturunkan Dari Jabatannya

Samara yang mencari taksi, untuk membawa Arsya ke rumah sakit. Tiba-tiba saja, ia melihat ada sebuah mobil yang berhenti di depannya.

"Samara!" panggil Rayanza yang sudah membukakan jendela mobilnya.

"Rayanza!" lirih Samara yang kaget melihat Rayanza, yang menghentikan mobilnya di depan Samara dan anaknya.

Rayanza yang melihat Samara dan anak-anaknya, segera pergi menghampirinya.

"Kamu dan anak-anakmu! Mau kemana malam-malam begini?" tanya Rayanza yang sudah berada di dekat Samara.

"Anak aku sakit Ray, bisakah kamu mengantarkan aku ke rumah sakit?" pinta Samara. Karena ia ingin segera membawa Arsya ke rumah sakit. Agar segera mendapatkan penanganan dari dokter.

"Ya sudah ayo, kamu masuk ke dalam mobilku." Rayanza pun mau mengantarkan Samara pergi ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Rayanza hanya fokus mencari rumah sakit terdekat, tidak berani berbicara duluan pada Samara, yang sedang mengkhawatirkan keadaan anaknya yang sedang sakit.

Sesampainya di rumah sakit.

"Terima kasih Ray, atas tumpangannya," ucap Samara yang berterima kasih kepada Rayanza.

"Iya sama-sama," sahutnya.

"Ayo sayang, kita masuk ke dalam." Samara yang menggendong Arsya, mengajak si kembar untuk masuk ke dalam rumah sakit.

Setelah Samara selesai mendaftar, untuk berobat di rumah sakit. Nama Arsya pun di panggil oleh suster. Dan dokter yang berada di rumah sakit, langsung memeriksa keadaan Arsya yang panasnya belum turun.

"Sebaiknya anak ibu di rawat di sini. Karena panasnya tinggi, ada 41. Saya akan mengecek lab darahnya terlebih dahulu. Karena kemungkinan anak ibu terkena DBD dan tipes," ucap Dokter menjelaskan kondisi Arsya.

"Iya Dok, lakukan yang terbaik untuk kesembuhan anak saya," sahut Samara.

"Sus, tolong berikan infusan kepada pasien ini." Dokter pun menyuruh suster, untuk memberikan infusan kepada Arsya, dan membawanya pergi ke dalam kamar rawat.

Samara dan kedua anaknya pun mengikuti suster, yang membawa Arsya ke tempat kamar rawat inap pasien.

"Ibu mohon maaf! Sebaiknya anak ibu jangan ikut menjaga adiknya di rumah sakit. Sebaiknya kakak-kakaknya pergi pulang ke rumah saja, karena tidak baik untuk kesehatan mereka berdua," ucap suster yang tidak mengijinkan Samara membawa si kembar ke dalam kamar rawat inap Arsya.

"Iya sus," sahut Samara.

Suster pun pergi meninggalkan Samara dan kedua anaknya, yang berada di depan pintu kamar rawat inap Arsya.

"Aku harus menitipkan Candra dan Kirana kepada siapa yah?" lirih Samara yang bingung memikirkan si kembar, yang harus ia titipkan pada siapa.

"Sebaiknya aku coba menghubungi Mas Syaka lagi! Semoga saja di sini ada sinyal." Samara berharap di rumah sakit ini mendapatkan sinyal. Untuk bisa menghubungi Arsyaka suaminya.

"Uuuuh! Giliran ada sinyal. No telepon Mas Syaka masih juga tidak aktif," gerutu Samara yang kesal kepada suaminya. Karena sejak siang tidak menjawab panggilan telepon dari Samara, sampai no telepon Arsyaka tidak aktif.

"Samara!" panggil Rayanza yang masih berada di dalam rumah sakit. Dan ia pun pergi menghampiri Samara dan kedua anaknya, yang berada di luar pintu kamar rawat inap Arsya.

"Ray, kamu belum pulang?" tanya Samara. Saat ia melihat Rayanza yang pergi menghampirinya.

"Iya Ara, kamu sebaiknya pergi ke dalam menemani si kecil. Biar aku yang menjaga si kembar," ucap Rayanza.

"Tapi....?"

"Aku tahu anak kecil tidak boleh berada di dalam kamar rawat inap pasien. Sebaiknya kamu pergi ke dalam menemani si kecil. Nih kartu namaku, di sana ada alamat dan nomor teleponku." Rayanza memberikan kartu namanya pada Samara.

"Aku bukan penculik Ara!" ucap Rayanza lagi.

"Bukan seperti itu Ray....?" ucapan Samara terhenti. Karena ia mendengarkan suara dering handphonenya

Drt-drt-drt suara dering handphone Samara.

"Mas Syaka, akhirnya kamu menghubungi aku," lirih Samara dan segera menerima panggilan dari Arsyaka suaminya.

"Kamu dan anak-anak pergi kemana?" tanya Arsyaka yang berada di sebrang sana. Karena Arsyaka sudah pulang ke rumahnya.

"Arsya di rawat di RS Bunda Mas, ia panasnya tinggi. Kata dokter Arsya terkena DBD dan juga tipes Mas," sahut Samara menjelaskan tentang kondisi Arsya anaknya.

"Ya sudah, aku akan segera pergi ke sana." Arsyaka langsung mematikan teleponnya. Dan segera pergi ke RS Bunda tempat Arsya di rawat.

"Ray, sebaiknya kamu pulang saja. Karena Suami aku sebentar lagi juga datang." Samara tidak jadi menitipkan si kembar kepada Rayanza.

"Iya sudah, kalau begitu aku pergi dulu yah. Semoga anak kamu cepat sembuh," pamit Rayanza kepada Samara.

" Aamiin, terima kasih Ray atas doanya. Kamu hati-hati dijalan ya," ujar Samara.

Rayanza menjawab ucapan dari Samara, dengan cara mengagukan kepalanya. Dan melangkah pergi meninggalkan Samara dan kedua anaknya, yang berada di depan pintu kamar rawat inap Arsya.

Samara dan si kembar pun menunggu kedatangan Arsyaka, di depan pintu kamar rawat inap Arsya. Karena Arsya sudah tertidur di dalam kamar rawat inapnya, setelah mendapatkan penanganan dari dokter.

Tidak lama kemudian.

Arsyaka pun datang ke kamar rawat inap Arsya.

"Mas!" panggil Samara ketika melihat kedatangan Arsyaka suaminya.

"Bagaimana kondisi Arsya?" tanya Arsyaka yang sudah berada di dekat Samara dan si kembar.

"Arsya sudah tertidur Mas, dan Alhamdulillah panasnya juga sudah turun," jawab Samara.

"Syukurlah, kamu jaga Arsya di sini. Biarkan Candra dan Kirana pulang bersamaku. Ayo sayang kita pulang!" ajak Arsyaka kepada kedua anaknya.

"Aku mau disini saja! Menemani bunda dan Arsya." Candra menolak ajakan dari Arsyaka.

"Sayang, tadi memangnya tidak dengar ucapan suster barusan! Anak kecil tidak boleh berada di rumah sakit. Jadi Candra dan Kirana pulang sama ayah ya? Doakan saja, semoga Arsya cepat sembuh dan bisa bermain bersama-sama lagi." Samara membujuk si kembar. Agar mau pulang bersama dengan ayahnya.

Candra dan Kirana pun akhirnya mau pulang bersama dengan ayahnya. Sedangkan Samara menjaga Arsya yang di rawat di RS Bunda.

Selama Samara menjaga Arsya di rumah sakit. Arsyaka tidak sama sekali bergantian menjaga Arsya, ia hanya melihat sebentar keadaan Arsya. Setelah itu Arsyaka pulang ke rumahnya, dengan alasan menjaga Candra dan Kirana.

Beberapa hari kemudian.

Samara dan Arsya pun pulang ke rumahnya, tanpa di jemput oleh Arsyaka suaminya.

"Assalamu'alaikum." Samara mengucapkan salam, sebelum masuk ke dalam rumahnya.

"Waalaikumsalam. Hore bunda dan Arsya sudah pulang!" ucap Candra dan Kirana yang melihat kedatangan Samara dan Arsya.

"Iya sayang. Bi, bi Siti?" Samara memanggil pembantunya.

"Bunda. Bi Siti sudah tidak bekerja di rumah ini lagi," sahut Kirana yang memberitahukan kepada Samara. Kalau Bi Siti pembantunya, sudah tidak bekerja lagi di rumahnya.

"Iya Bun. Ayah dan Omah memecat Bi Siti." Candra pun membenarkan ucapan dari Kirana. Karena mereka berdua melihat Bi Siti pergi meninggalkan rumahnya, dan berpamitan kepada Candra dan Kirana. Kalau Bi Siti tidak bisa bekerja lagi di rumah mereka berdua.

"Kenapa Mas Syaka tidak memberitahu aku terlebih dahulu?" batin Samara sambil berpikir.

"Oh begitu. Arsya Bunda buat minuman dulu ya." Samara pun melangkah pergi menuju dapur.

Akan tetapi sebelum Samara sampai di dapur, ia melihat Arsyaka yang sedang berbicara di telepon.

"Mas. Mas Syaka?" panggil Samara.

"Kamu sudah pulang?" tanya Arsyaka sambil memasukkan hpnya.

"Iya Mas,"

"Oh iya Mas, kenapa Bi Siti Mas pecat?" tanya Samara penasaran.

"Aku tidak mungkin memperkejakan Bi Siti lagi. Karena jabatan aku sekarang ini, hanya menjadi pegawai staf biasa. Mas juga tadi, tidak bisa menjemput kamu di rumah sakit. Karena mobil kamu, dan punya Mas di jual. Sekarang ini, kita hanya punya dua kendaraan motor saja, yang satu buat kamu mengantarkan anak-anak pergi ke sekolah. Sedangkan yang satunya lagi, untuk Mas pergi bekerja," tutur Arsyaka yang menjelaskan tentang kondisinya saat ini.

"Apalagi biaya rawat inap di rumah sakit Arsya lumayan besar, jadi untuk sementara waktu. Mas harap kamu bisa melakukan pekerjaan rumah tanpa ada pembantu," lanjut Arsyaka lagi.

"Iya Mas, tidak apa-apa. Aku juga sudah biasa kok mengerjakan pekerjaan rumah," sahut Samara yang mengerti tentang kondisi keuangan Arsyaka suaminya.

"Terus uang mobil aku mana Mas?" tanya Samara yang menginginkan uang mobilnya, yang di jual oleh Arsyaka tanpa memberitahukannya terlebih dahulu.

"Mas kemarin kan sudah bilang! Kalau Mas punya bisnis baru, dan memerlukan biaya yang sangat besar. Jadi kamu tidak perlu meminta uang mobil itu, toh mobil itu atas nama Mas." Arsyaka menjawab pertanyaan dari Samara sambil berlalu pergi meninggalkan istrinya.

"Tapi.... Mas?" Samara yang hendak menanyakan lebih lanjut, di tinggalkan begitu saja oleh Arsyaka suaminya.

"Mas, meski mobil itu atas nama kamu. Tapi itu hasil kerja keras aku sendiri, sebelum aku menikah denganmu Mas." lirih Samara yang bersedih. Karena Arsyaka tidak izin terlebih dahulu kepadanya, sebelum menjual mobil miliknya.

Episodes
1 Bab 1 Kesibukan Arsyaka
2 Bab 2 Uang Bulanan Berkurang
3 Bab 3 Arsya Sakit
4 Bab 4 Arsyaka Diturunkan Dari Jabatannya
5 Bab 5 Kedatangan Ibu Mertua
6 Bab 6 POV Samara
7 Bab 7 Berjualan kue
8 Bab 8 POV Arsyaka
9 Bab 9 Menghindar
10 Bab 10 Mendapatkan pekerjaan menjadi pembantu
11 Bab 11 Kerja Hari Pertama
12 Bab 12 Dobel POV
13 Bab 13 Kaget
14 Bab 14 Dobel POV Samara dan mertuanya
15 Bab 15 Kesedihan hati Samara
16 Bab 16 Dobel POV Samara dan Rayanza
17 Bab 17 Pergi ke pulau Dewata Bali
18 Bab 18 Keputusan Samara
19 Bab 19 Semakin Kecewa
20 Bab 20 Penyesalan
21 Bab 21 POV Samara
22 Bab 22 Keraguan
23 Bab 23 Dobel POV Arsyaka dan Samara
24 Bab 24 Yakin Dengan Keputusannya
25 Bab 25 Kebohongan Arsyaka
26 Bab 26 Dobel POV Linda dan Arsyaka
27 Bab 27 Mencari Alasan
28 Bab 28 Salah Sangka
29 Bab 29 Mendapatkan Bukti
30 Bab 30 Tinggal Satu Atap
31 Bab 31 Mengetahui Kebenarannya
32 Bab 32 Samara bertemu dengan Chelsea di rumahnya
33 Bab 33 Mengalah
34 Bab 34 Dobel POV Pergi
35 Bab 35 Kehilangan
36 Bab 36 Mencari Samara
37 Bab 37 Pergi ke kampung
38 bab 38 Sidang Perceraian
39 Bab 39 Ada pelangi setelah hujan
40 Bab 40 POV Samara
41 Bab 41 Dobel POV Pergi ke Surabaya
42 Bab 42 Putusan sidang perceraian
43 Bab 43 Bukti Kecurangan Arsyaka
44 Bab 44 Kembali Ke Surabaya
45 Bab 45 Rencana yang berjalan lancar
46 Bab 46 Pergi ke penjara
47 Bab 47 Memberikan Keterangan
48 Bab 48 Ketakutan
49 Bab 49 Rekaman cctv
50 Bab 50 Dobel POV Kecurigaan
51 Bab 51 Mendapatkan Bukti
52 Bab 52 Terungkap
53 Bab 53 Kedatangan tamu
54 Bab 54 Menemui tamu yang datang
55 Bab 55 Resmi menjadi janda
56 Bab 56 Kebingungan hati Samara
57 Bab 57 Hari Pertama bekerja di kantor
58 Bab 58 Ungkapan hati Samara
59 Bab 59 Karma
60 Bab 60 Mendapatkan Kesempatan
61 Bab 61 Menolak
62 Bab 62 Bertemu Chelsea
63 Bab 63 Tabrakan beruntun
64 Bab 64 Pergi ke rumah sakit
65 Bab 65 Pengakuan Arsyaka
66 Bab 66 Kondisi Chelsea
67 Bab 67 Di usir
68 Bab 68 Mencari tempat tinggal
69 Bab 69 Ketakutan Linda dan Chelsea
70 Bab 70 Rencana Chelsea.
71 Bab 71 Keributan
72 Bab 72 Hilang
73 Bab 73 Pencarian
74 Bab 74 Kekhawatiran Samara
75 Bab 75 Melihat Rekaman cctv
76 Bab 76 Bertemu
77 Bab 77 Dejavu
78 Bab 78 Menemukan
79 Bab 79 Curiga
80 Bab 80 Penyelidikan
81 Bab 81 Mendapatkan Informasi
82 Bab 82 Menggeledah Seisi Rumah
83 Bab 83 Pergi Ke Jakarta
84 Bab 84 Pergi Ke Rumah Arsyaka
85 Bab 85 Berhasil Menemukan Penculik
86 Bab 86 Mengintai
87 Bab 87 Menginterogasi
88 Bab 88 Terpaksa
89 Bab 89 Bertemu dengan anak-anak
90 Bab 90 Mencemaskan Samara
91 Bab 91 Melakukan Perlawanan
92 Bab 92 Mendapatkan Bantuan
93 Bab 93 Terluka
94 Bab 94 Tertangkap
95 bab 95 Memberitahukan yang sebenarnya
96 Bab 96 Menunggu Jawaban Samara
97 Bab 97 Kekhawatiran dan kepanikan
98 Bab 98 Penyesalan yang terlambat
99 Bab 99 Pertemuan yang mengharukan
100 Bab 100 Bertemu di kantor polisi
101 Bab 101 Pertemuan di restoran
102 Bab 102 Bersembunyi
103 Bab 103 Hari Pernikahan
104 Bab 104 Pertemuan Di Kamar Hotel
105 Bab 105 Berusaha melarikan diri
106 Bab 106 Menolong Rayanza
107 Bab 107 Mengakui Kesalahan
108 Bab 108 Meminta Maaf
109 Bab 109 Pergi ke Perancis
110 Bab 110 Tidak Sengaja Bertemu
111 Bab 111 Menolong
112 Bab 112 Pergi ke rumah Syam
113 Bab 113 Membeli Oleh-oleh
114 Bab 114 Pulang ke Indonesia
115 Bab 115 End
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1 Kesibukan Arsyaka
2
Bab 2 Uang Bulanan Berkurang
3
Bab 3 Arsya Sakit
4
Bab 4 Arsyaka Diturunkan Dari Jabatannya
5
Bab 5 Kedatangan Ibu Mertua
6
Bab 6 POV Samara
7
Bab 7 Berjualan kue
8
Bab 8 POV Arsyaka
9
Bab 9 Menghindar
10
Bab 10 Mendapatkan pekerjaan menjadi pembantu
11
Bab 11 Kerja Hari Pertama
12
Bab 12 Dobel POV
13
Bab 13 Kaget
14
Bab 14 Dobel POV Samara dan mertuanya
15
Bab 15 Kesedihan hati Samara
16
Bab 16 Dobel POV Samara dan Rayanza
17
Bab 17 Pergi ke pulau Dewata Bali
18
Bab 18 Keputusan Samara
19
Bab 19 Semakin Kecewa
20
Bab 20 Penyesalan
21
Bab 21 POV Samara
22
Bab 22 Keraguan
23
Bab 23 Dobel POV Arsyaka dan Samara
24
Bab 24 Yakin Dengan Keputusannya
25
Bab 25 Kebohongan Arsyaka
26
Bab 26 Dobel POV Linda dan Arsyaka
27
Bab 27 Mencari Alasan
28
Bab 28 Salah Sangka
29
Bab 29 Mendapatkan Bukti
30
Bab 30 Tinggal Satu Atap
31
Bab 31 Mengetahui Kebenarannya
32
Bab 32 Samara bertemu dengan Chelsea di rumahnya
33
Bab 33 Mengalah
34
Bab 34 Dobel POV Pergi
35
Bab 35 Kehilangan
36
Bab 36 Mencari Samara
37
Bab 37 Pergi ke kampung
38
bab 38 Sidang Perceraian
39
Bab 39 Ada pelangi setelah hujan
40
Bab 40 POV Samara
41
Bab 41 Dobel POV Pergi ke Surabaya
42
Bab 42 Putusan sidang perceraian
43
Bab 43 Bukti Kecurangan Arsyaka
44
Bab 44 Kembali Ke Surabaya
45
Bab 45 Rencana yang berjalan lancar
46
Bab 46 Pergi ke penjara
47
Bab 47 Memberikan Keterangan
48
Bab 48 Ketakutan
49
Bab 49 Rekaman cctv
50
Bab 50 Dobel POV Kecurigaan
51
Bab 51 Mendapatkan Bukti
52
Bab 52 Terungkap
53
Bab 53 Kedatangan tamu
54
Bab 54 Menemui tamu yang datang
55
Bab 55 Resmi menjadi janda
56
Bab 56 Kebingungan hati Samara
57
Bab 57 Hari Pertama bekerja di kantor
58
Bab 58 Ungkapan hati Samara
59
Bab 59 Karma
60
Bab 60 Mendapatkan Kesempatan
61
Bab 61 Menolak
62
Bab 62 Bertemu Chelsea
63
Bab 63 Tabrakan beruntun
64
Bab 64 Pergi ke rumah sakit
65
Bab 65 Pengakuan Arsyaka
66
Bab 66 Kondisi Chelsea
67
Bab 67 Di usir
68
Bab 68 Mencari tempat tinggal
69
Bab 69 Ketakutan Linda dan Chelsea
70
Bab 70 Rencana Chelsea.
71
Bab 71 Keributan
72
Bab 72 Hilang
73
Bab 73 Pencarian
74
Bab 74 Kekhawatiran Samara
75
Bab 75 Melihat Rekaman cctv
76
Bab 76 Bertemu
77
Bab 77 Dejavu
78
Bab 78 Menemukan
79
Bab 79 Curiga
80
Bab 80 Penyelidikan
81
Bab 81 Mendapatkan Informasi
82
Bab 82 Menggeledah Seisi Rumah
83
Bab 83 Pergi Ke Jakarta
84
Bab 84 Pergi Ke Rumah Arsyaka
85
Bab 85 Berhasil Menemukan Penculik
86
Bab 86 Mengintai
87
Bab 87 Menginterogasi
88
Bab 88 Terpaksa
89
Bab 89 Bertemu dengan anak-anak
90
Bab 90 Mencemaskan Samara
91
Bab 91 Melakukan Perlawanan
92
Bab 92 Mendapatkan Bantuan
93
Bab 93 Terluka
94
Bab 94 Tertangkap
95
bab 95 Memberitahukan yang sebenarnya
96
Bab 96 Menunggu Jawaban Samara
97
Bab 97 Kekhawatiran dan kepanikan
98
Bab 98 Penyesalan yang terlambat
99
Bab 99 Pertemuan yang mengharukan
100
Bab 100 Bertemu di kantor polisi
101
Bab 101 Pertemuan di restoran
102
Bab 102 Bersembunyi
103
Bab 103 Hari Pernikahan
104
Bab 104 Pertemuan Di Kamar Hotel
105
Bab 105 Berusaha melarikan diri
106
Bab 106 Menolong Rayanza
107
Bab 107 Mengakui Kesalahan
108
Bab 108 Meminta Maaf
109
Bab 109 Pergi ke Perancis
110
Bab 110 Tidak Sengaja Bertemu
111
Bab 111 Menolong
112
Bab 112 Pergi ke rumah Syam
113
Bab 113 Membeli Oleh-oleh
114
Bab 114 Pulang ke Indonesia
115
Bab 115 End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!