Bab 3 Arsya Sakit

Keesokan paginya.

"Selamat pagi kesayangan ayah," ucap Arsyaka sambil mencium kening anak-anaknya.

Akan tetapi saat Arsyaka akan mencium kening Candra dan Kirana. Mereka berdua menghindar, dan langsung pergi menghampiri Samara, yang sedang menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya.

"Candra. Kirana, kenapa terus menghindar dari ayah sayang?. Ayah kan semalam sudah meminta maaf pada kalian berdua." Arsyaka membujuk si kembar. Agar mereka berdua tidak marah lagi kepadanya.

"Sayang tidak boleh begitu, kalau ayah sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Candra dan Kirana harus memaafkannya, kalian masih ingat tidak apa yang di ajarkan oleh pak ustadz?." Samara membujuk si kembar, agar mau memaafkan kesalahan ayahnya. Dan mengingatkan mereka berdua, tentang pelajaran yang di ajarkan oleh ustadz Yusuf, guru mengaji anaknya Samara dan Arsyaka.

"Iya Bunda," sahut si kembar berbarengan.

"Kak Canda dan kak Kiana, kata pak ustadz juga. Kita halus saling memaafkan. Kalena Allah juga maha pemaaf," ujar Arsya menasehati kedua kakaknya. Meski ucapan Arsya yang tidak bisa mengucapkan huruf R.

"Iiikh pinter banget anak ayah." Arsyaka mencium pipi kiri dan kanan Arsya putra bungsunya.

Arsya tersenyum senang melihat ayahnya, yang sudah beberapa bulan ini. Tidak bermain dan bercanda dengannya, karena Arsyaka sibuk dengan pekerjaannya, sampai tidak memiliki waktu bersama dengan ketiga anaknya.

"Ayah aku minta maaf!." Candra dan Kirana menghampiri ayahnya yang sedang bersama adiknya.

"Iya sayang, ayah juga minta maaf. Karena ayah tidak bisa datang ke acara di sekolahan Candra dan Kirana." Arsyaka memeluk buah hatinya, yang beberapa bulan ini di abaikan olehnya. Karena sekarang Arsyaka sering pulang malam, dan sibuk bekerja di kantor.

Samara yang melihat itu, tersenyum bahagia.

"Semoga sikap kamu tetap sama seperti dulu Mas," gumam Samara dalam hatinya, yang berharap sikap Arsyaka tidak cuek dan tidak peduli lagi kepada anak-anaknya.

"Ayo kita sarapan dulu, jangan pelukan terus!." Samara menyuruh anak dan suaminya untuk segera sarapan pagi.

"Bilang aja bunda cemburu, tidak di peluk ayah." Arsyaka menggoda Samara di depan anaknya.

Lalu Arsyaka mendaratkan kecupan manis di kening istrinya.

"Cie, cie!," ucap anak Samara dan Arsyaka yang tersenyum melihat kedekatan orang tuanya. Karena sudah beberapa bulan ini, mereka tidak melihat Arsyaka dan Samara seperti sekarang ini.

"Ayo kita semua sarapan dulu, nanti ayah yang akan mengantar kalian semua pergi ke sekolah." Arsyaka mengajak anak dan istrinya untuk sarapan pagi. Dan akan mengantar anak-anaknya pergi ke sekolah.

"Hore!," sorak bahagia anak Samara dan Arsyaka. Karena sudah lama Arsyaka tidak mengantar anaknya pergi ke sekolah.

Mereka semua pun sarapan pagi bersama-sama.

"Oh iya sayang. Mas pinjam mobil kamu dulu ya?, soalnya mobil Mas kemarin  masuk bengkel," ucap Arsyaka yang sudah selesai makan.

"Ya sudah, aku ambil kunci mobilnya dulu." Samara pergi mengambil kunci mobilnya.

"Anak-anak ayah yang tampan dan cantik, ayo cepat sarapannya di habiskan." Arsyaka menyuruh anak-anaknya untuk menghabiskan makanannya.

"Iya ayah," sahut mereka semua sambil mengangkat hormat kepada ayahnya.

Tidak lama kemudian.

Samara datang ke meja makan, untuk memberikan kunci mobilnya kepada Arsyaka suaminya.

"Ini Mas kunci mobilnya, tapi Mas harus jemput anak-anak saat pulang sekolah yah?," pinta Samara kepada suaminya, saat memberikan kunci mobilnya.

"Iya beres sayang." Arsyaka segera mengambil kunci mobil dari tangan Samara.

"Ayo anak-anak. Kita pergi," lanjut Arsyaka yang mengajak ketiga anaknya pergi ke sekolah. Karena Arsyaka melihat ketiga anaknya, yang sudah menghabiskan sarapan paginya.

Mereka semua pun berpamitan kepada Samara.

____________

Saat jam pulang sekolah.

Samara yang berada di dalam rumah, sedang menunggu kedatangan ketiga anaknya yang belum pulang dari sekolahnya.

"Ini anak-anak kok belum pada pulang sekolah sih?," lirih Samara sambil melihat jam.

"Sebaiknya aku harus telepon Mas Syaka dulu." Samara pun segera menghubungi suaminya.

Tapi saat Samara menghubungi Arsyaka, no telepon Arsyaka tidak aktif.

"Ini Mas Syaka di hubungi tidak bisa. Apa jangan-jangan Mas Syaka dan anak-anak lagi di jalan arah pulang?." Samara mencoba berpikir positif kepada suaminya. Yang berjanji akan mengantar dan menjemput anak-anaknya.

Tidak lama kemudian.

Suara ketukan pintu dan panggilan dari si kembar mulai terdengar oleh Samara.

"Assalamu'alaikum. Bunda, bun. Tolong bukain pintunya!," suara salam dan panggilan dari si kembar.

Samara yang sedang menunggu kedatangan ketiga anaknya, yang pulang sekolah. Mendengar suara salam dan panggilan dari anaknya.

"Itu mereka baru pulang ternyata!." Samara menghembuskan nafas lega. Karena anaknya sudah pulang dari sekolah, ia pun segera pergi untuk membukakan pintu rumahnya.

Candra dan Kirana pun bersalaman kepada Samara.

"Bunda, kok ayah bohong lagi sih?," ucap Candra.

"Bohong kenapa sayang?," tanya Samara yang bingung dengan ucapan si kembar.

"Ayah tidak menjemput Candra dan Kirana, untung saja ada Mamanya Restu yang mengantar kami pulang," jawab Candra sambil melipatkan kedua tangannya, dan memanyunkan bibirnya.

"Kirana benci ayah." Kirana berlari pergi meninggalkan Samara dan Candra, yang masih berada di depan pintu masuk rumahnya.

"Candra kecewa sama ayah bun, kenapa sih ayah sekarang nyebelin banget?." Candra pergi meninggalkan Samara.

"Candra. Kirana," panggil Samara kepada si kembar.

Tapi mereka berdua tetap pergi ke dalam kamarnya.

"Bi, bi Siti." Samara memanggil pembantunya.

"Iya Nyonya?," sahutnya.

"Bi, tolong ajak Candra dan Kirana makan siang yah. Aku mau pergi menjemput Arsya di sekolahnya dulu." Samara pamit pergi kepada pembantunya. Karena ia mengkhawatirkan putra bungsunya, yang pasti menunggu jemputan dari ayahnya.

Saat Samara yang akan pergi ke sekolahannya Arsya, ia melihat Arsya telah pulang ke rumah. Karena di antar oleh gurunya Arsya yang bernama Ranti.

" Bunda," panggil Arsya berlari pergi menghampiri Samara sambil memeluknya.

"Bu, tadi Arsya di sekolah menunggu jemputan dari ayahnya. Tapi ayahnya tidak datang menjemputnya, dan semua murid di sekolahan juga sudah pada pulang. Maka dari itu, saya mengantarkan Arsya pulang ke rumahnya," ucap guru Arsya yang bernama Ranti.

"Iya Bu, terima kasih telah mengantarkan anak saya pulang, baru saja saya akan pergi menjemputnya," sahut Samara.

"Oh begitu, ya sudah saya pamit pergi ya Bu." Ranti pun pamit pergi meninggalkan rumah Samara.

Samara mengajak Arsya masuk ke dalam rumah, dan mengganti pakaiannya. Setelah itu Samara menyuruh ketiga anaknya untuk makan siang. Meski si kembar banyak drama, karena Arsyaka, yang lagi-lagi membohongi ketiga anaknya.

Samara yang menunggu kedatangan Arsyaka hingga sampai malam hari, belum juga pulang kerumahnya. Bahkan no telepon Arsyaka dari siang, sampai malam masih tidak aktif.

"Bun, bunda!," teriak Kirana yang berlari pergi menghampirinya.

"Ada apa sayang?," tanya Samara sambil tersenyum.

"Bun, itu Arsya badannya panas bun," jawab Kirana yang mengkhawatirkan adik bungsunya yang sedang sakit.

Samara yang mendengar itu, langsung berlari pergi masuk ke dalam kamar Arsya. Untuk mengecek keadaan putra bungsunya itu.

"Sayang," lirih Samara yang melihat putranya sakit.

Samara segera mengambil obat penurun panas dan mengompres Arsya. Sambil menunggu kedatangan Arsyaka pulang, agar ia bisa membawa Arsya pergi berobat ke rumah sakit.

Panas Arsya yang tidak turun, meski Samara sudah memberikan Arsya obat penurun panas dan mengompresnya. Membuat Samara memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

"Bunda pergi bawa adik ke rumah sakit dulu. Candra dan Kirana di rumah saja ya?," ucap Samara sambil menggendong Arsya.

"Aku mau ikut bunda," sahut si kembar yang tidak mau berada di dalam rumah yang hanya berdua saja. Karena Bi Siti pembantunya, hanya bekerja sampai sore dan tidak tinggal bersamanya.

"Ya sudah ayo kita pergi sekarang," ajak Samara kepada si kembar.

"Kita tidak menunggu ayah pulang bun?, " tanya Candra saat mereka semua sudah berada di depan pintu rumahnya.

" Tidak nak, ayah masih sibuk bekerja. Sebaiknya kita pergi mencari taksi." Samara membawa ketiga anaknya mencari taksi, untuk mengantarkan mereka semua pergi ke rumah sakit.

"Mas kamu kemana sih?," gumam Samara dalam hatinya yang sedih. Karena Arsyaka tidak bisa di hubungi dari siang, apalagi dengan kondisi si bungsu yang sedang sakit seperti ini.

Kendaraan mobil yang biasa Samara gunakan, sedang di pakai oleh Arsyaka suaminya. Samara yang hendak memesan taksi online tidak bisa, karena jaringan sinyalnya tidak ada. Maka dari itu ia memutuskan untuk pergi mencari taksi.

Terpopuler

Comments

Arin

Arin

sbnerny bcany udh deg"an aja nich,Krn baca dri judul,tpi semoga nanti peran cweny tegas juga kuat amiiin

2023-09-21

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kesibukan Arsyaka
2 Bab 2 Uang Bulanan Berkurang
3 Bab 3 Arsya Sakit
4 Bab 4 Arsyaka Diturunkan Dari Jabatannya
5 Bab 5 Kedatangan Ibu Mertua
6 Bab 6 POV Samara
7 Bab 7 Berjualan kue
8 Bab 8 POV Arsyaka
9 Bab 9 Menghindar
10 Bab 10 Mendapatkan pekerjaan menjadi pembantu
11 Bab 11 Kerja Hari Pertama
12 Bab 12 Dobel POV
13 Bab 13 Kaget
14 Bab 14 Dobel POV Samara dan mertuanya
15 Bab 15 Kesedihan hati Samara
16 Bab 16 Dobel POV Samara dan Rayanza
17 Bab 17 Pergi ke pulau Dewata Bali
18 Bab 18 Keputusan Samara
19 Bab 19 Semakin Kecewa
20 Bab 20 Penyesalan
21 Bab 21 POV Samara
22 Bab 22 Keraguan
23 Bab 23 Dobel POV Arsyaka dan Samara
24 Bab 24 Yakin Dengan Keputusannya
25 Bab 25 Kebohongan Arsyaka
26 Bab 26 Dobel POV Linda dan Arsyaka
27 Bab 27 Mencari Alasan
28 Bab 28 Salah Sangka
29 Bab 29 Mendapatkan Bukti
30 Bab 30 Tinggal Satu Atap
31 Bab 31 Mengetahui Kebenarannya
32 Bab 32 Samara bertemu dengan Chelsea di rumahnya
33 Bab 33 Mengalah
34 Bab 34 Dobel POV Pergi
35 Bab 35 Kehilangan
36 Bab 36 Mencari Samara
37 Bab 37 Pergi ke kampung
38 bab 38 Sidang Perceraian
39 Bab 39 Ada pelangi setelah hujan
40 Bab 40 POV Samara
41 Bab 41 Dobel POV Pergi ke Surabaya
42 Bab 42 Putusan sidang perceraian
43 Bab 43 Bukti Kecurangan Arsyaka
44 Bab 44 Kembali Ke Surabaya
45 Bab 45 Rencana yang berjalan lancar
46 Bab 46 Pergi ke penjara
47 Bab 47 Memberikan Keterangan
48 Bab 48 Ketakutan
49 Bab 49 Rekaman cctv
50 Bab 50 Dobel POV Kecurigaan
51 Bab 51 Mendapatkan Bukti
52 Bab 52 Terungkap
53 Bab 53 Kedatangan tamu
54 Bab 54 Menemui tamu yang datang
55 Bab 55 Resmi menjadi janda
56 Bab 56 Kebingungan hati Samara
57 Bab 57 Hari Pertama bekerja di kantor
58 Bab 58 Ungkapan hati Samara
59 Bab 59 Karma
60 Bab 60 Mendapatkan Kesempatan
61 Bab 61 Menolak
62 Bab 62 Bertemu Chelsea
63 Bab 63 Tabrakan beruntun
64 Bab 64 Pergi ke rumah sakit
65 Bab 65 Pengakuan Arsyaka
66 Bab 66 Kondisi Chelsea
67 Bab 67 Di usir
68 Bab 68 Mencari tempat tinggal
69 Bab 69 Ketakutan Linda dan Chelsea
70 Bab 70 Rencana Chelsea.
71 Bab 71 Keributan
72 Bab 72 Hilang
73 Bab 73 Pencarian
74 Bab 74 Kekhawatiran Samara
75 Bab 75 Melihat Rekaman cctv
76 Bab 76 Bertemu
77 Bab 77 Dejavu
78 Bab 78 Menemukan
79 Bab 79 Curiga
80 Bab 80 Penyelidikan
81 Bab 81 Mendapatkan Informasi
82 Bab 82 Menggeledah Seisi Rumah
83 Bab 83 Pergi Ke Jakarta
84 Bab 84 Pergi Ke Rumah Arsyaka
85 Bab 85 Berhasil Menemukan Penculik
86 Bab 86 Mengintai
87 Bab 87 Menginterogasi
88 Bab 88 Terpaksa
89 Bab 89 Bertemu dengan anak-anak
90 Bab 90 Mencemaskan Samara
91 Bab 91 Melakukan Perlawanan
92 Bab 92 Mendapatkan Bantuan
93 Bab 93 Terluka
94 Bab 94 Tertangkap
95 bab 95 Memberitahukan yang sebenarnya
96 Bab 96 Menunggu Jawaban Samara
97 Bab 97 Kekhawatiran dan kepanikan
98 Bab 98 Penyesalan yang terlambat
99 Bab 99 Pertemuan yang mengharukan
100 Bab 100 Bertemu di kantor polisi
101 Bab 101 Pertemuan di restoran
102 Bab 102 Bersembunyi
103 Bab 103 Hari Pernikahan
104 Bab 104 Pertemuan Di Kamar Hotel
105 Bab 105 Berusaha melarikan diri
106 Bab 106 Menolong Rayanza
107 Bab 107 Mengakui Kesalahan
108 Bab 108 Meminta Maaf
109 Bab 109 Pergi ke Perancis
110 Bab 110 Tidak Sengaja Bertemu
111 Bab 111 Menolong
112 Bab 112 Pergi ke rumah Syam
113 Bab 113 Membeli Oleh-oleh
114 Bab 114 Pulang ke Indonesia
115 Bab 115 End
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1 Kesibukan Arsyaka
2
Bab 2 Uang Bulanan Berkurang
3
Bab 3 Arsya Sakit
4
Bab 4 Arsyaka Diturunkan Dari Jabatannya
5
Bab 5 Kedatangan Ibu Mertua
6
Bab 6 POV Samara
7
Bab 7 Berjualan kue
8
Bab 8 POV Arsyaka
9
Bab 9 Menghindar
10
Bab 10 Mendapatkan pekerjaan menjadi pembantu
11
Bab 11 Kerja Hari Pertama
12
Bab 12 Dobel POV
13
Bab 13 Kaget
14
Bab 14 Dobel POV Samara dan mertuanya
15
Bab 15 Kesedihan hati Samara
16
Bab 16 Dobel POV Samara dan Rayanza
17
Bab 17 Pergi ke pulau Dewata Bali
18
Bab 18 Keputusan Samara
19
Bab 19 Semakin Kecewa
20
Bab 20 Penyesalan
21
Bab 21 POV Samara
22
Bab 22 Keraguan
23
Bab 23 Dobel POV Arsyaka dan Samara
24
Bab 24 Yakin Dengan Keputusannya
25
Bab 25 Kebohongan Arsyaka
26
Bab 26 Dobel POV Linda dan Arsyaka
27
Bab 27 Mencari Alasan
28
Bab 28 Salah Sangka
29
Bab 29 Mendapatkan Bukti
30
Bab 30 Tinggal Satu Atap
31
Bab 31 Mengetahui Kebenarannya
32
Bab 32 Samara bertemu dengan Chelsea di rumahnya
33
Bab 33 Mengalah
34
Bab 34 Dobel POV Pergi
35
Bab 35 Kehilangan
36
Bab 36 Mencari Samara
37
Bab 37 Pergi ke kampung
38
bab 38 Sidang Perceraian
39
Bab 39 Ada pelangi setelah hujan
40
Bab 40 POV Samara
41
Bab 41 Dobel POV Pergi ke Surabaya
42
Bab 42 Putusan sidang perceraian
43
Bab 43 Bukti Kecurangan Arsyaka
44
Bab 44 Kembali Ke Surabaya
45
Bab 45 Rencana yang berjalan lancar
46
Bab 46 Pergi ke penjara
47
Bab 47 Memberikan Keterangan
48
Bab 48 Ketakutan
49
Bab 49 Rekaman cctv
50
Bab 50 Dobel POV Kecurigaan
51
Bab 51 Mendapatkan Bukti
52
Bab 52 Terungkap
53
Bab 53 Kedatangan tamu
54
Bab 54 Menemui tamu yang datang
55
Bab 55 Resmi menjadi janda
56
Bab 56 Kebingungan hati Samara
57
Bab 57 Hari Pertama bekerja di kantor
58
Bab 58 Ungkapan hati Samara
59
Bab 59 Karma
60
Bab 60 Mendapatkan Kesempatan
61
Bab 61 Menolak
62
Bab 62 Bertemu Chelsea
63
Bab 63 Tabrakan beruntun
64
Bab 64 Pergi ke rumah sakit
65
Bab 65 Pengakuan Arsyaka
66
Bab 66 Kondisi Chelsea
67
Bab 67 Di usir
68
Bab 68 Mencari tempat tinggal
69
Bab 69 Ketakutan Linda dan Chelsea
70
Bab 70 Rencana Chelsea.
71
Bab 71 Keributan
72
Bab 72 Hilang
73
Bab 73 Pencarian
74
Bab 74 Kekhawatiran Samara
75
Bab 75 Melihat Rekaman cctv
76
Bab 76 Bertemu
77
Bab 77 Dejavu
78
Bab 78 Menemukan
79
Bab 79 Curiga
80
Bab 80 Penyelidikan
81
Bab 81 Mendapatkan Informasi
82
Bab 82 Menggeledah Seisi Rumah
83
Bab 83 Pergi Ke Jakarta
84
Bab 84 Pergi Ke Rumah Arsyaka
85
Bab 85 Berhasil Menemukan Penculik
86
Bab 86 Mengintai
87
Bab 87 Menginterogasi
88
Bab 88 Terpaksa
89
Bab 89 Bertemu dengan anak-anak
90
Bab 90 Mencemaskan Samara
91
Bab 91 Melakukan Perlawanan
92
Bab 92 Mendapatkan Bantuan
93
Bab 93 Terluka
94
Bab 94 Tertangkap
95
bab 95 Memberitahukan yang sebenarnya
96
Bab 96 Menunggu Jawaban Samara
97
Bab 97 Kekhawatiran dan kepanikan
98
Bab 98 Penyesalan yang terlambat
99
Bab 99 Pertemuan yang mengharukan
100
Bab 100 Bertemu di kantor polisi
101
Bab 101 Pertemuan di restoran
102
Bab 102 Bersembunyi
103
Bab 103 Hari Pernikahan
104
Bab 104 Pertemuan Di Kamar Hotel
105
Bab 105 Berusaha melarikan diri
106
Bab 106 Menolong Rayanza
107
Bab 107 Mengakui Kesalahan
108
Bab 108 Meminta Maaf
109
Bab 109 Pergi ke Perancis
110
Bab 110 Tidak Sengaja Bertemu
111
Bab 111 Menolong
112
Bab 112 Pergi ke rumah Syam
113
Bab 113 Membeli Oleh-oleh
114
Bab 114 Pulang ke Indonesia
115
Bab 115 End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!