Keesokan paginya.
"Selamat pagi kesayangan ayah," ucap Arsyaka sambil mencium kening anak-anaknya.
Akan tetapi saat Arsyaka akan mencium kening Candra dan Kirana. Mereka berdua menghindar, dan langsung pergi menghampiri Samara, yang sedang menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya.
"Candra. Kirana, kenapa terus menghindar dari ayah sayang?. Ayah kan semalam sudah meminta maaf pada kalian berdua." Arsyaka membujuk si kembar. Agar mereka berdua tidak marah lagi kepadanya.
"Sayang tidak boleh begitu, kalau ayah sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Candra dan Kirana harus memaafkannya, kalian masih ingat tidak apa yang di ajarkan oleh pak ustadz?." Samara membujuk si kembar, agar mau memaafkan kesalahan ayahnya. Dan mengingatkan mereka berdua, tentang pelajaran yang di ajarkan oleh ustadz Yusuf, guru mengaji anaknya Samara dan Arsyaka.
"Iya Bunda," sahut si kembar berbarengan.
"Kak Canda dan kak Kiana, kata pak ustadz juga. Kita halus saling memaafkan. Kalena Allah juga maha pemaaf," ujar Arsya menasehati kedua kakaknya. Meski ucapan Arsya yang tidak bisa mengucapkan huruf R.
"Iiikh pinter banget anak ayah." Arsyaka mencium pipi kiri dan kanan Arsya putra bungsunya.
Arsya tersenyum senang melihat ayahnya, yang sudah beberapa bulan ini. Tidak bermain dan bercanda dengannya, karena Arsyaka sibuk dengan pekerjaannya, sampai tidak memiliki waktu bersama dengan ketiga anaknya.
"Ayah aku minta maaf!." Candra dan Kirana menghampiri ayahnya yang sedang bersama adiknya.
"Iya sayang, ayah juga minta maaf. Karena ayah tidak bisa datang ke acara di sekolahan Candra dan Kirana." Arsyaka memeluk buah hatinya, yang beberapa bulan ini di abaikan olehnya. Karena sekarang Arsyaka sering pulang malam, dan sibuk bekerja di kantor.
Samara yang melihat itu, tersenyum bahagia.
"Semoga sikap kamu tetap sama seperti dulu Mas," gumam Samara dalam hatinya, yang berharap sikap Arsyaka tidak cuek dan tidak peduli lagi kepada anak-anaknya.
"Ayo kita sarapan dulu, jangan pelukan terus!." Samara menyuruh anak dan suaminya untuk segera sarapan pagi.
"Bilang aja bunda cemburu, tidak di peluk ayah." Arsyaka menggoda Samara di depan anaknya.
Lalu Arsyaka mendaratkan kecupan manis di kening istrinya.
"Cie, cie!," ucap anak Samara dan Arsyaka yang tersenyum melihat kedekatan orang tuanya. Karena sudah beberapa bulan ini, mereka tidak melihat Arsyaka dan Samara seperti sekarang ini.
"Ayo kita semua sarapan dulu, nanti ayah yang akan mengantar kalian semua pergi ke sekolah." Arsyaka mengajak anak dan istrinya untuk sarapan pagi. Dan akan mengantar anak-anaknya pergi ke sekolah.
"Hore!," sorak bahagia anak Samara dan Arsyaka. Karena sudah lama Arsyaka tidak mengantar anaknya pergi ke sekolah.
Mereka semua pun sarapan pagi bersama-sama.
"Oh iya sayang. Mas pinjam mobil kamu dulu ya?, soalnya mobil Mas kemarin masuk bengkel," ucap Arsyaka yang sudah selesai makan.
"Ya sudah, aku ambil kunci mobilnya dulu." Samara pergi mengambil kunci mobilnya.
"Anak-anak ayah yang tampan dan cantik, ayo cepat sarapannya di habiskan." Arsyaka menyuruh anak-anaknya untuk menghabiskan makanannya.
"Iya ayah," sahut mereka semua sambil mengangkat hormat kepada ayahnya.
Tidak lama kemudian.
Samara datang ke meja makan, untuk memberikan kunci mobilnya kepada Arsyaka suaminya.
"Ini Mas kunci mobilnya, tapi Mas harus jemput anak-anak saat pulang sekolah yah?," pinta Samara kepada suaminya, saat memberikan kunci mobilnya.
"Iya beres sayang." Arsyaka segera mengambil kunci mobil dari tangan Samara.
"Ayo anak-anak. Kita pergi," lanjut Arsyaka yang mengajak ketiga anaknya pergi ke sekolah. Karena Arsyaka melihat ketiga anaknya, yang sudah menghabiskan sarapan paginya.
Mereka semua pun berpamitan kepada Samara.
____________
Saat jam pulang sekolah.
Samara yang berada di dalam rumah, sedang menunggu kedatangan ketiga anaknya yang belum pulang dari sekolahnya.
"Ini anak-anak kok belum pada pulang sekolah sih?," lirih Samara sambil melihat jam.
"Sebaiknya aku harus telepon Mas Syaka dulu." Samara pun segera menghubungi suaminya.
Tapi saat Samara menghubungi Arsyaka, no telepon Arsyaka tidak aktif.
"Ini Mas Syaka di hubungi tidak bisa. Apa jangan-jangan Mas Syaka dan anak-anak lagi di jalan arah pulang?." Samara mencoba berpikir positif kepada suaminya. Yang berjanji akan mengantar dan menjemput anak-anaknya.
Tidak lama kemudian.
Suara ketukan pintu dan panggilan dari si kembar mulai terdengar oleh Samara.
"Assalamu'alaikum. Bunda, bun. Tolong bukain pintunya!," suara salam dan panggilan dari si kembar.
Samara yang sedang menunggu kedatangan ketiga anaknya, yang pulang sekolah. Mendengar suara salam dan panggilan dari anaknya.
"Itu mereka baru pulang ternyata!." Samara menghembuskan nafas lega. Karena anaknya sudah pulang dari sekolah, ia pun segera pergi untuk membukakan pintu rumahnya.
Candra dan Kirana pun bersalaman kepada Samara.
"Bunda, kok ayah bohong lagi sih?," ucap Candra.
"Bohong kenapa sayang?," tanya Samara yang bingung dengan ucapan si kembar.
"Ayah tidak menjemput Candra dan Kirana, untung saja ada Mamanya Restu yang mengantar kami pulang," jawab Candra sambil melipatkan kedua tangannya, dan memanyunkan bibirnya.
"Kirana benci ayah." Kirana berlari pergi meninggalkan Samara dan Candra, yang masih berada di depan pintu masuk rumahnya.
"Candra kecewa sama ayah bun, kenapa sih ayah sekarang nyebelin banget?." Candra pergi meninggalkan Samara.
"Candra. Kirana," panggil Samara kepada si kembar.
Tapi mereka berdua tetap pergi ke dalam kamarnya.
"Bi, bi Siti." Samara memanggil pembantunya.
"Iya Nyonya?," sahutnya.
"Bi, tolong ajak Candra dan Kirana makan siang yah. Aku mau pergi menjemput Arsya di sekolahnya dulu." Samara pamit pergi kepada pembantunya. Karena ia mengkhawatirkan putra bungsunya, yang pasti menunggu jemputan dari ayahnya.
Saat Samara yang akan pergi ke sekolahannya Arsya, ia melihat Arsya telah pulang ke rumah. Karena di antar oleh gurunya Arsya yang bernama Ranti.
" Bunda," panggil Arsya berlari pergi menghampiri Samara sambil memeluknya.
"Bu, tadi Arsya di sekolah menunggu jemputan dari ayahnya. Tapi ayahnya tidak datang menjemputnya, dan semua murid di sekolahan juga sudah pada pulang. Maka dari itu, saya mengantarkan Arsya pulang ke rumahnya," ucap guru Arsya yang bernama Ranti.
"Iya Bu, terima kasih telah mengantarkan anak saya pulang, baru saja saya akan pergi menjemputnya," sahut Samara.
"Oh begitu, ya sudah saya pamit pergi ya Bu." Ranti pun pamit pergi meninggalkan rumah Samara.
Samara mengajak Arsya masuk ke dalam rumah, dan mengganti pakaiannya. Setelah itu Samara menyuruh ketiga anaknya untuk makan siang. Meski si kembar banyak drama, karena Arsyaka, yang lagi-lagi membohongi ketiga anaknya.
Samara yang menunggu kedatangan Arsyaka hingga sampai malam hari, belum juga pulang kerumahnya. Bahkan no telepon Arsyaka dari siang, sampai malam masih tidak aktif.
"Bun, bunda!," teriak Kirana yang berlari pergi menghampirinya.
"Ada apa sayang?," tanya Samara sambil tersenyum.
"Bun, itu Arsya badannya panas bun," jawab Kirana yang mengkhawatirkan adik bungsunya yang sedang sakit.
Samara yang mendengar itu, langsung berlari pergi masuk ke dalam kamar Arsya. Untuk mengecek keadaan putra bungsunya itu.
"Sayang," lirih Samara yang melihat putranya sakit.
Samara segera mengambil obat penurun panas dan mengompres Arsya. Sambil menunggu kedatangan Arsyaka pulang, agar ia bisa membawa Arsya pergi berobat ke rumah sakit.
Panas Arsya yang tidak turun, meski Samara sudah memberikan Arsya obat penurun panas dan mengompresnya. Membuat Samara memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.
"Bunda pergi bawa adik ke rumah sakit dulu. Candra dan Kirana di rumah saja ya?," ucap Samara sambil menggendong Arsya.
"Aku mau ikut bunda," sahut si kembar yang tidak mau berada di dalam rumah yang hanya berdua saja. Karena Bi Siti pembantunya, hanya bekerja sampai sore dan tidak tinggal bersamanya.
"Ya sudah ayo kita pergi sekarang," ajak Samara kepada si kembar.
"Kita tidak menunggu ayah pulang bun?, " tanya Candra saat mereka semua sudah berada di depan pintu rumahnya.
" Tidak nak, ayah masih sibuk bekerja. Sebaiknya kita pergi mencari taksi." Samara membawa ketiga anaknya mencari taksi, untuk mengantarkan mereka semua pergi ke rumah sakit.
"Mas kamu kemana sih?," gumam Samara dalam hatinya yang sedih. Karena Arsyaka tidak bisa di hubungi dari siang, apalagi dengan kondisi si bungsu yang sedang sakit seperti ini.
Kendaraan mobil yang biasa Samara gunakan, sedang di pakai oleh Arsyaka suaminya. Samara yang hendak memesan taksi online tidak bisa, karena jaringan sinyalnya tidak ada. Maka dari itu ia memutuskan untuk pergi mencari taksi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Arin
sbnerny bcany udh deg"an aja nich,Krn baca dri judul,tpi semoga nanti peran cweny tegas juga kuat amiiin
2023-09-21
1