Setelah menunggu jam keberangkatan, akhirnya sudah waktunya untuk bergegas naik pesawat.
Leo maupun Amora segera masuk kedalam badan pesawat. Di dalam, Leo dan perempuan simpanannya duduk bersebelahan.
Perhatian yang diberikan kepada Amora, tidak beda jauh kepada istrinya. Justru, melebihi kepada istrinya sendiri.
Amora yang manja, membuat Leo seakan takluk padanya. Perempuan yang pernah gagal menikah karena tidak adanya persetujuan alias restu, akhirnya keduanya gagal menikah.
Tidak ada pilihan lain, Leo menerima perjodohan dari orang tuanya, yakni menikahi Anggitinasya. Seorang perempuan yang juga dari keluarga yang setara dengan keluarga Leo sendiri.
Anggit yang tengah dalam perjalanan ke kantor, begitu fokus melihat jalanan yang ia lewati.
“Dion, nanti kamu tidak ada kesibukan, ‘kan?” tanya Anggit saat teringat sesuatu.
“Tidak, Nona. Memangnya Nona ada perlu apa?” jawab Dion dan balik bertanya.
“Aku mau pergi ke panti asuhan, seperti biasa kegiatanku di akhir tanggal.” Kata Anggit saat menjawab pertanyaan dari Dion.
“Oh, apakah Nona sudah meminta izin kepada Tuan Leo?” tanya Dion memastikan.
“Sudah, dari hari kemarin aku sudah meminta izin padanya. Dan itupun tidak ada larangan, asal tujuanku tidak untuk bersenang-senang tiada guna.” Jawab Anggit.
“Kalau sudah meminta izin kepada Tuan Leo, saya tidak melarangnya. Saya hanya takut mendapat kesalahan dari Tuan Leo.” Ucap Dion yang kini cara bicaranya yang tetap formal, antara sekretaris dengan Bosnya.
Sebenarnya Anggit sendiri merasa risih, tapi takut juga dengan suaminya, lantaran tidak ada cara menghargai, pikirnya.
Mau tidak mau, Anggit terpaksa harus bicara formal dengan temannya sendiri.
Setelah sampai di depan kantornya, Anggitinasya segera masuk ke dalam. Sedangkan Dion sendiri harus pergi ke kantor Bos laki-lakinya, yakni kantornya Leo Jantrika.
Anggit yang sudah berada didalam ruang kerjanya. Duduk dengan kesibukan pekerjaan yang harus dikerjakan, juga untuk diselesaikan.
“Permisi, Nona. Ini secangkir kopinya.” Ucap salah seorang OB dengan membawakan secangkir kopi pahit untuk Bosnya.
“Terima kasih, Mbak Nena. Oh ya, tolong beresin ruangan istirahat saya ya Mbak?”
“Baik, Nona.” Jawab Mbak Nena dengan sebuah anggukan pelan.
Kemudian, Anggit kembali melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Mbak Nena selaku menjadi OB di kantor, segera membereskan ruang istirahat Bosnya.
Berbeda lagi di tempat yang begitu jauh nan di sana, yakni dalam perjalanan menuju ke luar negri. Leo yang tengah ditemani oleh seorang perempuan, tak membuatnya kesepian. Justru, hari-hari yang dijalani selama tidak didampingi seorang istri, Leo tetap merasa begitu nyaman.
Lebih lagi dirinya tetap mendapatkan pelayanan sebagaimana seperti dari istrinya sendiri, tentu saja tidak membuatnya ada yang kurang.
“Sayang, kamu yakin, istrimu tidak mengetahui hubungan kita ini?” tanya Amora pada Leo sambil bersandar di bagian pundaknya.
Leo merangkul Amora layaknya istrinya sendiri, semakin erat dan menjadi sebuah pelukan yang begitu mesra.
“Istriku sama sekali tidak mengetahui tentang hubungan gelap kita ini, semua berjalan dengan aman.” Jawab Leo dan mengecup keningnya.
Amora yang mendapat perhatian dari Leo, semakin tidak rela jika harus melepaskan miliknya kepada wanita lain.
Entah perbuatan licik yang mana tengah menguasai Amora, hingga dirinya menjalani hubungan gelapnya bersama Leo Jantrika bertahun-tahun lamanya. Kemanapun perginya, Amora selalu menjadi pendamping Leo.
Dengan postur tubuhnya yang sama persis dengan Anggitinasya, juga wajah maupun segala sesuatunya yang hampir mirip, terkadang mudah membuat orang lain terkecoh.
“Sudahlah, sayang. Lebih baik kita tidur saja, lagi pula perjalanan yang kita tempuh memakan waktu yang cukup lama.” Ucap Leo meminta Amora untuk tidur daripada harus mengobrol.
Amora mengiyakan, dan tidur bersandarkan dada bidangnya Leo.
Berbeda dengan Anggit, tengah sibuk dengan pekerjaannya yang belum juga selesai. Ditambah lagi yang tidak terasa sudah waktunya untuk beristirahat dan makan siang.
Sejak suaminya sering disibukkan dengan dunia kerjanya, Anggit akhirnya mengikuti jejak suaminya untuk sama-sama sibuk, supaya dirinya terhindar dari pikiran yang selalu memojokkan dirinya karena belum juga dikaruniai sang buah hati.
“Ah ya, hari ini aku ada janji dengan pihak panti asuhan. Aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku ini, baru bisa menghubungi Daniel untuk menjemput diriku dan mengantarkan aku ke panti asuhan, sekaligus ke rumah ayah.” Ucapnya sambil menatap layar komputernya.
Karena sudah waktunya untuk beristirahat dan makan, Anggit menyudahinya dan ikut makan siang bersama karyawan lainnya.
Anggitinasya tersenyum ramah saat mendapat sapaan dari karyawan kantornya, sekaligus mengajak para karyawannya untuk ikut makan siang bersama di kantin.
Setelah itu, beberapa karyawan ikut ke kantin bareng Bosnya. Bisik-bisik tengah dibicarakan oleh karyawannya sambil berjalan di belakang si Bos dengan jarak yang tidak begitu dekat.
Tidak ingin mendapat teguran, buru-buru mengejar langkah kaki Bosnya dan ikutan makan siang bersama karyawan yang lainnya.
Sedangkan dalam perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu yang lama, Leo dan Amora masih melakukan perjalanannya ke negara tujuan. Waktu makan siang pun telah tiba, kedua terbangun dari tidurnya.
Dengan memberi perhatian yang banyak, Amora begitu bahagia saat dirinya diperlakukan melebihi istri sendiri oleh Leo.
Berbeda lagi dengan Anggit, kini tengah makan bersama karyawan yang lainnya di dalam kantin. Sungguh menyakitkan jika hal itu diketahui Anggitinasya atas perbuatan dari suaminya.
Namun, sayangnya sama sekali tidak mengetahuinya. Anggitinasya tidak menoreh kecurigaan sedikitpun pada siang suami, lantaran begitu percayanya atas kesetian suaminya.
Begitu juga dengan Daniel, yang sebenarnya mengetahui atas kebenaran, sama sekali tidak berani untuk melaporkannya pada Anggitinasya. Sebenarnya ada rasa kasihan, lebih lagi temannya dahulu, tapi dirinya tidak mempunyai hak apapun untuk ikut campuri urusan rumah tangga orang lain.
‘Andai kamu bagian keluargaku, sedikitpun aku tidak rela membiarkan kamu dibohongi terus menerus. Tapi, kamu adalah teman baikku di masa lalu, tidak mungkin aku tunjukan langsung padamu.’ Batin Dion yang tengah sibuk dengan pekerjaannya untuk menggantikan Bosnya sementara waktu, karena dirinya adalah orang kepercayaan keluarga Razendaran.
Waktu yang dilewati rupanya sudah waktunya untuk pulang, jam kerja pun telah usai.
Dengan terburu-buru, Daniel bergegas untuk menjemput istri Bosnya. Takutnya dirinya membuat Anggitinasya menunggu lama, pikirnya.
Melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi, sampai juga di kantor.
Semua karyawan wanita yang melihat sosok Daniel datang ke kantor yang dipimpin oleh Anggitinasya, begitu terpesona dengan ketampanannya. Bahkan, diantara mereka ada sebagian yang menyapanya, ada juga ada yang merasa malu dan memilih memandanginya.
Kebetulan Anggitinasya baru saja keluar, Daniel merasa lega karena tidak membuat Bosnya menunggu kedatangannya.
“Nona, mari.” Ucap Daniel dengan hormat kepada Anggitinasya.
“Mari, ayo kita pergi ke panti asuhan.” Jawab Anggit yang juga mengajaknya untuk segera berangkat.
Kemudian, keduanya bergegas pergi ke panti asuhan dengan waktu yang sudah hampir sore.
Berbeda dengan Leo yang ditemani Amora, rupanya sudah sampai ke negara tujuan. Keduanya pun sudah sampai tujuan yang dijadikan tempat tinggalnya.
Baru juga sampai, keduanya langsung bergegas membersihkan diri. Seperti biasa, Amora dan Leo melakukan kegiatan panas yang begitu menjijikkan bagi yang mengetahui status keduanya.
Namun, otaknya yang waras, kini telah dikotori dengan perbuatan yang tidak selayaknya dilakukan dengan status hubungan gelap.
Selesai melakukan ritual hubungan suami istri, keduanya segera membersihkan diri duduk santai dalam ruangan ditemani secangkir kopi panas.
Dengan sikap manjanya, Amora bergelayut manja di pangkuan Leo.
“Sayang,” panggil Amora dengan suaranya yang dibuat manja.
“Ya sayang, kenapa?” tanya Leo sambil menatap wajah Amora.
“Mau sampai kapan hubungan kita akan terus seperti ini?”
“Aku tidak tahu, aku belum memikirkannya.” Jawab Leo dengan entengnya.
Saat itu juga, Amora langsung bangkit dari posisinya.
“Kok tidak tahu? Terus, aku mau dianggap apa dimata kamu, sayang? Aku juga menginginkan kebebasan agar bisa selalu bersama kamu tanpa ada rasa khawatir. Juga, aku ingin tinggal bersama denganmu juga putri kita, Azura. Apa kata teman-temannya nanti kalau mendapatkan cibiran dari teman-temannya.” Kata Amora yang mulai terbawa emosi.
Leo yang mendengar perkataan dari Amora, juga ikutan berdiri.
“Tapi itu tidak mudah, Mora? Apa lagi aku masih punya istri, juga tidak mungkin aku ceraikan dia.” Ucap Leo yang kini mulai gelisah.
“Terus, apakah aku harus menjadi wanita simpanan kamu?” tanya Amora yang mulai mendesak Leo untuk menjadikannya seorang istri yang dipublikasikan.
Leo mencoba mengatur pernapasannya.
“Pokoknya aku butuh pengakuan darimu, meskipun harus menjadi istri keduamu.” Sambungnya lagi yang tetap mendesak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Tutik Yunia
suami berduit kalau dinas keluar kota atau keluar negeri, istri harus selalu menemani . untuk menghindari perselingkuhan atau ke tempat maksiat. yg diikuti terus aja bisa selingkuh apalagi yang tidak. Ditambah lagi sdh 10thn nikah nggak ada anak 😔
2023-02-03
0
amalia gati subagio
git2 emang sengsare di cari, gak dampungi laki kirain niti karier pro, eh git sosial, sibuk ngurusin masalah org, masalah dia abai... tumpuk je mindermu
2022-12-15
0
cinta semu
pelakor mulai beraksi ...rata2 suami selingkuh kok istri ny g merasakan ya ...padahal istri biasa ny perasaan ny peka lo
2022-12-14
0