Anggit masih dengan napasnya yang memburu dan terasa panas saat otaknya harus berpikir keras mengenai kesalahan dari suaminya yang sudah berkhianat padanya.
"Sayang, aku mohon dengarkan aku terlebih dahulu. Kita bicarakan baik-baik, jangan menambah emosi. Aku tahu jika semua ini salahku, tapi aku mohon dengarkan aku dulu." Ucap Leo memohon kepada istrinya.
Anggit masih belum menjawabnya, masih diam dan diam. Kekecewaan yang didapatkannya begitu sangat menyakitkan. Pernikahan yang ia jaga sudah sepuluh tahun lamanya, kini harus ia terima kebohongan dari sang suami. Sakit itu sudah pasti, apalagi kecewa, tak lagi mampu untuk berkata apa-apa.
Leo yang tidak mendapati istrinya bicara, menyandarkan kepalanya di atas pundak istrinya. Sebagai rayuannya, Leo mengecup bagian lehernya. Berharap, istrinya mau bicara.
"Sayang, maafkanlah suami kamu ini. Aku tahu jika ini memang berat untuk kamu terima, tapi aku bisa apa? Aku juga menginginkan seorang anak untuk menjadi penerus keluarga Hambalan. Sedangkan kamu, hingga sekarang belum juga memberiku keturunan." Ucapnya dengan terang-terangan, dan berakhir kalimat yang menyudutkan istrinya seolah akar dari permasalahan.
Saat itu juga, Anggit langsung mengangkat tangannya agar tangan suaminya ikut terangkat, lalu menggigitnya hingga terlepas dari pelukan suaminya.
Kemudian, Anggit membalikkan badannya dan menetap tajam pada suaminya sendiri.
Dengan bulir-bulir air matanya, juga dengan napasnya yang terasa panas dan sesak, Anggit masih menatap suaminya dengan penuh kebencian dan kekesalan atas apa yang diucapkannya.
"Kamu bilang apa tadi? karena aku tidak bisa memberimu keturunan padamu, begitu kah?Terus, dengan mudahnya kamu membohongi aku dan bermain perempuan di belakangku."
"Ya bukan begitu, sayang." Kata Leo yang juga sambil berpikir untuk memberi jawaban kepada istrinya.
"Terus kenapa kamu gak bilang sejak awal, kalau kamu mempunyai niat untuk menduakan aku. Aku sangat kecewa, juga membencimu."
PLAK!
Anggit langsung menampar pipi kanan milik suaminya dengan tangan kirinya.
Leo meringis kesakitan saat mendapatkan sebuah tamparan dari istrinya yang cukup kuat. Namun, Leo sendiri tidak membalasnya, lantaran tidak ingin hubungan pernikahannya akan menjadi masalah besar dan imbasnya pada dirinya sendiri.
"Kamu sudah puas menamparku? sudah puas kah? jika belum, lakukan saja."
Anggit masih menatap suaminya dengan bulir-bulir air mata yang masih saja terus membahasi kedua pipinya.
Kemudian, Leo mengusap air matanya dengan ibu jarinya, dan meraih tangan istrinya seraya ingin meminta maaf sepenuh hatinya.
"Sayang, aku mohon maafkan aku atas semua kesalahan yang sudah membuatmu sakit hati dan juga kecewa. Tapi percayalah, sepenuhnya hanya karena ingin mempunyai anak. Kamu tahu, aku pun sama ingin seperti mereka yang mempunyai penerus dalam hidupnya. Dan aku hanya bisa melakukan kebohongan padamu, aku tahu itu. Sedangkan cinta, aku tetap mencintaimu." Ucap Leo sambil menatap wajah istrinya dengan lekat.
Anggit yang mendengar penuturan dari suaminya saat menjelaskan apa alasannya, tetap saja tidak membuat seorang Anggit mudah percaya.
Rasa sakit yang dibohongi bertahun-tahun lamanya, sulit untuk digambarkan atas perasaannya itu.
"Kamu benar-benar jahat, dan juga sangat kejam. Kamu berani menyakiti aku begitu lamanya, tentunya akan ada kenyataan yang lebih menyakitkan lagi nantinya." Ucap Anggit yang masih tidak percaya pada suaminya atas pengakuannya.
"Sayang, tidak ada lagi yang aku tutup tutupin. Aku melakukan perselingkuhan di belakang kamu itu hanya semata bahwa aku menginginkan keturunan, juga ingin mengetahui siapa yang tidak bisa memberi keturunan, hanya itu saja. Saat aku mendengarnya hamil, aku sangat bahagia karena kenyataan aku bisa mempunyai penerus untuk keluarga Hambalan." Jawab Leo dengan entengnya tanpa memikirkan apa yang tengah dirasakan oleh istrinya.
Benar-benar terpojok ketika dirinya yang dinyatakan tidak bisa mempunyai keturunan, sangat menyakitkan.
Suami yang dikira sangat setia, justru ingkar dan bermain selingkuh di belakangnya. Sakit namun tak berdarah, tetapi lukanya sulit untuk disembuhkan.
"Sayang, percayalah denganku. Aku melakukan semua ini bukan karena hal lainnya, serius karena aku ini ingin segera mempunyai anak seperti rekan kerjaku yang lainnya. Aku tidak mempunyai sca_ndal apapun di belakang kamu, ini semua memang aku menginginkan seorang anak, tidak lebih."
"Terus, kenapa kamu membawa perempuan itu ke dalam rumah ini? apakah kamu akan membagi cintamu untuknya?" tanya Anggit tanpa menatap wajah suaminya, dan memilih membuang muka padanya.
"Cintaku lebih banyak ke kamu dari pada Amora, sayang. Aku tetap memprioritaskan kamu ketimbang Amora, karena kamu adalah istriku yang istimewa. Kamu penuh pengorbanan sejak kita menikah, dan rela menikah denganku yang tidak lagi bisa berjalan hingga aku bisa sembuh karena ketulusan cinta darimu." Jawab Leo penuh harap jika istrinya dapat memahami akan kondisi rumah tangganya.
"Kalau kamu menganggap ku istimewa, kenapa kamu sakiti hatiku ini dengan memberi cinta kepada wanita lain?"
"Aku memberinya cinta karena Amora sudah memberiku keturunan, hanya itu."
"Sedangkan aku yang kenyataannya kamu beri rasa sakit yang sangat menyakitkan. Bahkan, kamu tidak akan tahu obatnya rasa sakit ini. Kamu begitu mudah memberinya cinta, tetapi lupa untuk mencarikan obat untuk lukaku ini." Ucap Anggit dengan pengakuan rasa sakitnya itu, yakni atas kekecewaan yang diberikan suaminya.
"Bukan begitu maksudku, sayang. Aku tahu ini memang salah besar, tapi aku mempunyai alasan yang kuat. Kamu jangan egois, kita menikah sudah sepuluh tahun lamanya. Dan sampai sekarang saja, kamu belum hamil juga. Terus, aku harus menunggumu sampai kapan? apa ya, aku tidak akan mempunyai keturunan?"
PLAK!
Anggit kembali menampar pipi kirinya dengan sangat kuat, membuat Leo merasakan sakit yang lebih dari tamparan sebelumnya.
"Seharusnya kamu bicara baik-baik padaku sebelum melakukan hubungan suami istri dengannya, dan tidak melakukan kebohongan serta menyakiti salah satu pihak."
"Aku tahu itu, tapi aku tidak mungkin melakukannya. Karena aku yakin jika aku berterus terang padamu, tentunya kamu tidak akan mengizinkan aku untuk menikah lagi. Dan kamu, pasti akan memintaku untuk becerai. Sedangkan aku sendiri tidak mau bercerai denganmu sampai kapanpun, karena kamu akan menjadi istriku untuk selamanya."
"Kamu itu sangat egois, hanya mementingkan kebahagiaanmu sendiri. Sampai-sampai kamu lupa untuk mengobati lukaku, kamu benar-benar sangat kejam."
"Sayang, aku mohon mengertilah, aku itu sangat mencintaimu, juga tidak mungkin aku memisahkan putriku dengan ibunya, itu sangat mustahil. Kamu tahu, Azura masih sangat kecil, kasihan jika harus berpisah dengan ibunya."
"Oh, kasihan. Terus, apakah kamu lupa denganku, lupa dengan sakit hatiku ini, yang bisa saja menjadi gila karena keegoisan mu itu."
"Sudah cukup, jangan kamu teruskan lagi. Aku mencintaimu dan selamanya akan mencintaimu, titik. Sampai kapan pun, kita tidak akan pernah bercerai." Kata Leo dengan keputusannya.
Entah apa yang dipikirkan Leo, hingga berkata demikian, bahwa dirinya tidak akan menceraikan istrinya. Mungkinkah karena kebaikan istrinya yang menerima dirinya dengan kondisinya yang sedang sakit-sakitan? atau ada hal lain yang membuat tetap ingin bertahan.
Ungkapan perasaan cintanya, seolah benar-benar tulus untuk istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
amalia gati subagio
🤓tameng harta & tahta, gitkan o on ogeb halu he😁
2022-12-15
0
amalia gati subagio
🤗🤗🤗🤗poor git, hanya tameng utk harta tahta si bajigur, dimanfatin lahir batin, camne git? masih manja dgn pikiran halu mindermu yg di set si bajigur? 😁
2022-12-15
1
cinta semu
giliran Anggi yg menampung pelakor di rmh ny 😁😁😁😁miris sekali
2022-12-14
0