Keluar dari kamar Ibunya, Marya melangkahkan kakinya tertatih masuk ke dalam kamarnya. Meski luka di kakinya tidak parah, tapi itu cukup membuatnya susah berjalan.
Sampai di dalam kamarnya, Marya naik ke atas tempat tidur, duduk bersandar di kepala ranjang. Marya meraih ponselnya yang tadi di letakkannya di atas kasur dan menghidupkan layarnya. Ternyata sudah banyak pesan dan panggilan masuk dari Widuri sahabatnya. Dan ada beberapa pesan dari nomor yang dinamainya Buanya darat.
'Bagaimana keadaan kakimu calon istri?'
Marya malas untuk membalas pesan itu, lebih memilih menghubungi Widuri. Dari tadi ia belum mengabari sahabatnya itu kalau dia tidak masuk kerja.
"Halo Wid!" sapa Marya setelah Widuri menerima panggilan teleponnya.
"Kamu dimana? kenapa gak masuk kerja?" tanya Widuri heboh, gak biasanya temannya itu absen.
"Aku mengalami kecelakaan, tapi aku gak kenapa kenapa, hanya luka ringan aja. Sekarang aku sudah di rumah. Tolong bilangin sama Bu Intan ya" ucap Marya.
"Kok bisa?, kapan? dimana?" cerca Widuri semakin heboh.
"Tadi pas di lampu merah, gak sengaja menabrak mobil seseorang" jawab Marya tak ingin memberitahu kalau sebenarnya pemilik mobil yang di tabraknya adalah bos mereka.
Widuri menghela napasnya
"Aku akan sampein sama Bu Inta, istirahatlah. Pulang kerja nanti aku ke rumahmu. Aku matiin dulu teleponnya." Widuri terpaksa memutuskan sambungan teleponnya dengan Marya. Karna harus mengagkat telepon yang berdering di mejanya.
Setelah sambungan teleponnya terputus, Marya memilih memainkan ponselnya. Namun baru saja membuka aplikasi media sosialnya. Handphon di tangannya sudah berdering, ada panggilan masuk. Marya malas menerima panggilan telepon itu, melihat kontak yanng menghubunginya bernama buanya darat. Marya memilih menonaktifkan ponselnya supaya si buaya darat tidak bisa lagi menghubunginya.
Membuat si pria tampan yang memesona di balik telepon mengeraskan rahangnya, gemas.
"Awas aja kamu" gumamnya mengancam.
**
Setelah tiga hari istirahat di rumah, hari ini Marya kembali bekerja meski kakinya masih sedikit pincang. Turun dari atas motornya, Marya langsung melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan, mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya.
Tak!
"Keruangan saya sekarang."
Marya langsung terlonjak kaget dan refleks menoleh ke arah pria yang melintas seteleh mengetok mejanya.
Marya menghela napas berat sembari berdiri dari kursinya, menyusul Kanzo masuk ke dalam lif.
Setelah Marya masuk, Kanzo menutup pintu lif itu dan menekan tombol naik. Tidak ada yang berbicara sampai lif itu sampai di tujuannya.
Setelah pintu lif terbuka, Kanzo keluar terlebih dahulu, melangkah begitu gagah dan berwibawa. Marya langsung mengikutinya dari belakang sampai masuk ruangan Kanzo.
"Kamu tau kan kenapa saya memanggilmu ke sini?" tanya Kanzo sembari meletakkan tasnya di atas meja kerjanya, lalu duduk di kursinya.
"Tau Pak" jawab Marya yang sudah berdiri di depan meja Kanzo sedikit menunduk dan menggigit bibir bawahnya.
"Mobilku yang kamu tabrak itu masih baru. Meski kerusakannya tidak parah. Tapi untuk memperbaiki itu sangat mahal." Kanzo berbicara sambil menatap intens wajah Marya." Aku tidak suka barang yang sudah rusak meski sudah di perbaiki" ujar Kanzo lagi.
Marya semakin menunduk dan menggigit kuat bibir bawahnya, mengerti kemana arah pembicaraan Kanzo.
"Jika aku menjual mobil itu, harganya jelas sangat turun" jelas Kanzo lagi.
Marya menarik napas dalam dari hidung dan mengeluarkannya perlahan.
"Aku akan sangat rugi" ucap Kanzo lagi.
"Harga biaya bengkelnya, sepuluh juta. Harga jualnya turun tiga persen dari harga beli. Dan harga mobil baruku itu mencapai dua milliar."
Marya menelan air ludahnya dengan susah payah mendengar penuturan Kanzo dengan harga mobil baru yang di tabraknya. Boro boro bisa mengganti mobil yang baru, untuk biaya bengkel sepuluh juta saja Marya tidak akan punya uang.
"Jadi ganti rugi yang harus kamu bayar adalah Dua milliar sepuluh juta, di tambah tiga ratus ribu untuk biaya bengkel motormu" ujar Kanzo menahan senyumnya melihat wajah pucat Marya.
'Hahaha' tawanya dalam hati. Kali ini Marya tidak bisa menolak penawarannya lagi untuk menikah dengannya.
"Bagaimana? Kamu mau bayar cas atau kredit?" tanya Kanzo tanpa melepas netranya dari wajah Marya yang hampir menangis.
"Kalau kamu bersediah menikah denganku...kamu gak perlu ganti rugi."
Tes!
Air mata Marya menetes tidak bisa di bendungnya lagi. Kanzo mencoba memafaatkan musibah yang menimpanya.
"Aku akan membayarnya Pak" lirih Marya terisak sambil menghapus air matanya.
"Okeh! kalau itu pilihanmu. Saya kasih jangka waktu dalam sebulan" ujar Kanzo memicingkan matanya ke arah Marya.
Kuat juga benteng pertahanan wanita itu. Membuat Kanzo semakin tertarik untuk memilikinya.Jika saja itu wanita lain, pasti dengan senang hati menerima tawarannya.
"Kalau begitu saya permisi Pak" pamit Marya melangkahkan kakinya ke luar dari ruangan itu.
Sampai di lantai bawah, Marya keluar dari dalam lif, berlari ke arah meja resepsionis, langsung mengambil tasnya dari laci meja.
"Marya kamu kenapa menangis?, ada apa?" tanya Widuri mengerutkan keningnya ke arah Marya.
"Wid, minta kunci kontrakanmu" ucap Marya sambil menghapus air matanya, tanpa ingin menjelaskan saat ini alasannya menangis.
"Iya, kamu kenapa?" Melihat Marya tidak baik baik saja. Widuri pun memberikan kunci kontrakannya, pasti sahabatnya itu sedang mendapat masalah besar di ruangan Pak Kanzo, pikir Widuri.
"Nanti aku ceritain" jawab Marya.
Widuri menganggukkan kepalanya." Hati hati!" serunya melihat Marya berlari keluar dari gedung perusahaan.
Sampai di depan kontrakan Widuri, Marya memarkirkan motornya dan langsung masuk ke dalam kontrakan. Menumpahkan tangisnya di atas kasur.
Dari mana dia akan mendapatkan uang milliaran, sedangka uang untuk menebus rumah mereka yang tergadai, Marya tidak punya. Apa iya, dia harus bersedia menikah dengan Kanzo untuk menyelesaikan semua masalah keuangannya?.
Kanzo yang berada di ruang kerjanya duduk termenung. Sebenarnya dia tidak tega melihat wajah frustasi dan sedih Marya tadi. Tapi dia harus melakukannya, Marya harus bersedia menikah dengannya, demi sebuah misi.
**
"Marya!" panggil Widuri setelah masuk ke dalam kontarakannya yang hanya seluas kamar.
Dilihatnya Marya sudah tertidur di atas kasur dengan wajah sembab, matanya sangat bengkak. Widuri menyentuh lengan Marya membangunkan sahabatnya itu karna hari sudah sore.
"Marya, bangun, ini sudah sore" Widuri meggoyangkan lengan Marya.
Marya langsung terbangun dan menoleh ke arah Widuri yang duduk di sampingnya.
"Ada apa?" tanya Widuri lembut.
Marya mendudukkan tubuhnya lalu bersandar ke dinding." Pak Kanzo memintaku ganti rugi mobilnya" jawab Marya.
Widuri terdiam memandangi wajah Marya, menunggu cerita selanjutnya dari sahabatnya itu.
"Untuk membayar hutang Ayah aja aku belum dapat. Bagaimana bisa aku membayar ganti rugi dengan jumlah milliaran" lirih Marya berbicara dengan bibir menekuk ke bawah dan bergetar.
"Rasanya aku ingin bunuh diri aja Wid. Aku gak sanggup lagi menanggung beban ini." Marya menangis terisak menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Widuri menarik Marya ke dalam pelukannya, mengusap usap punggung sahabatnya itu untuk menenangkan.
"Aku harus bagaimana Wid?. Sedangkan aku juga harus menanggung biaya Ibu dan adikku."
*Bersambung
#Jangan lupa like dan komen ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Nuraini Halawa
😭😭
2023-06-06
0
Bunda Salma
nyesek , wanita harus jadi tulang punggung keluarga
2023-01-13
2