"Bagiamana, di setujui?"tanya Widuri saat Marya mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya.
Marya menarik napasnya panjang dan mengeluarkannya perlahan.
"Kata Pak Kanzo pinjamanku terlalu banyak. Mengingat gajiku yang sedikit, pihak Bank tidak akan mengabulkannya. Pak Kanzo bilang, biar dia sendiri yang mengajukan pinjamanku" jawab Marya berbohong.
Marya tidak ingin menceritakan sikap bos perusahaan itu pada Widuri.
Widuri mengulas senyumnya." Pak Kanzo benar benar bos yang baik ya" puji Widuri mengagumi bos besar perusahaan itu. Memang terkenal baik dan murah senyum.
Marya tersenyum hambar, kemudian kembali pokus dengan pekerjaan di mejanya.
**
Turun dari motor yang di kendarainya, Marya langsung masuk ke dalam gedung perusahaan. Marya langsung mendudukan tubuhnya di kursi meja resepsionis yang berada di ruang terdepan gedung itu.
Tak tak!
"Antar kopi ke rungan saya."
Refleks Marya menoleh ke arah pria yang berlalu begitu saja setelah mengetuk dua kali meja kerjanya. Marya menghela napasnya, ini pertama kali bos perusahaan itu menyuruh resepsionis membuatkan kopi. Biasanya Kanzo akan menyuruh sekretarisnya yang membuatkan kopi.
Melihat Widuri belum datang, Marya terpaksa harus membuatkan kopi untuk Pak kanzo Rivandra Salim yang terhormat. Kenapa pria itu jadi menyebalkan?, pikir Marya.
Setelah selesai membuatkan kopi, Marya pun mebawanya ke ruangan Kanzo. Marya mengetuk pintu di depannya terlebih dahulu sebelum masuk.
"Masuk!" sahut dari dalam.
Marya langsung mendorong pintu di depannya dengan bantuan tubuhnya, karna sebelah tangannya membawa secangkir kopi.
"Ini kopinya, Pak" Marya meletakkan kopi di tangannya di atas meja kerja Kanzo.
Kanzo langsung meraihnya dan sedikit menyesapnya dengan pandangan tertuju ke wajah Marya.
"Kalau begitu saya permisi Pak" pamit Marya langsung memutar tubuhnya ke arah pintu.
"Bagaimana? Apa kamu sudah memikirkan penawaranku?" seru Kanzo, berhasil menghentikan langkah Marya.
Marya memutar tubuhnya ke arah pria yang duduk di kursinya." Maaf Pak, aku gak bisa."
Kanzo mengedikkan bahunya," ya sudah!" acuhnya.
Marya menghela napasnya, lalu berbicara." Kenapa Bapak mempermainkan aku?. Bukankah sebelum aku, karyawan lain sudah banyak yang mengajukan pinjaman, Bapak menyetujuinya dengan mudah."
"Aku pikir, aku juga membutuhkanmu" jawab Kanzo tersenyum tipis.
"Bukankah Bapak sudah punya istri?. Membutuhkanku untuk apa lagi, Pak?."
"Untuk apa lagi, kalau bukan untuk memuaskanku di atas ranjang" jawab Kanzo gamblang tanpa ada rasa malu sama sekali.
Marya terdiam sejenak, yang benar saja pria itu ingin menjadikannya objek pemuas nafs* saja.
"Kenapa Bapak tidak mencari wanita yang berpropesi di bidang urusan ranjang?. Aku rasa di luaran sana banyak wanita yang mau melayani Bapak." Marya tidak habis pikir apa yang ada di pikiran pria itu. Sudah punya istri, masih saja mencari wanita lain.
"Hei! aku ini pria baik baik. Yang benar aja kamu menyuruhku menikahi wanita jal***."
"Maaf Pak, aku gak bisa menikah dengan Bapak." Marya memutar kembali tubuhnya dan langsung keluar dari ruangan itu.
"Kamu harus mau" gumam Kanzo tersenyum. Bagaimana pun caranya, ia harus bisa menikahi Marya.
Siang hari, Marya yang sibuk dengan pekerjaannya, langsung mengangkat telepon yang berbunyi di depannya.
"Ha..."
"Saya memesan makanan dari luar. Kalau sudah datang, antar ke ruangan saya" potong suara seorang pria dari dalam telepon.Marya sangat mengenali suara itu dua hari ini. siapa lagi kalau bukan suara bos perusahaan itu.
"Baik,Pak" patuh Marya.
Sambungan telepon itu pun langsung terputus.
"Siapa?" tanya Widuri melihat wajah kesal Marya.
"Pak Kanzo memesan makanan dari luar. Dia memintaku mengantarnya ke ruangannya" jawab Marya.
"Biasanya Pak Kanzo meminta kurir untuk langsung mengantar ke ruangannya" ujar Widuri heran.
Selama bekerja menjadi resepsionis di perusahaan itu. Bos besar perusahaan itu tidak pernah meminta mereka mengantar makanan.
"Gak tau" balas Marya, wajahnya nampak cemberut."Nanti kamu aja yang antar ya. Aku malas ke ruangannya."
"Kenapa? Kan kamu yang di suruh?."
"Aku lagi malas aja."
"Gak ah, aku juga lagi malas" tolak Widuri. Dia lagi datang Bulan, bawaannya lagi malas gerak.
Wajah Marya semakin cemberut. Ia tau Pak Kanzo sedang mengerjainya.
Setelah makanan pesanan Kanzo di antar kurir. Dengan berat hati, Marya melangkahkan kakinya masuk ke dalam lif untuk naik ke lantai atas. Sampai di lantai atas, Marya melangkah ke meja Sekretaris di depan ruangan Kanzo.
"Mbak, ini makanan pesanan Pak Kanzo" ucap Marya, berharap sekretaris itu yang akan membawa masuk makanan itu ke dalam.
"Masuk aja kata pak Kanzo" balas sekretaris wanita itu."
Marya menggigit bibir bawahnya, terpaksa harus masuk ke ruangan pria menyebalkan itu.
"Masuk!" sahut dari dalam langsung saat Marya mengetuk pintunya.
Marya melangkah masuk sembari mendorong pintu di depannya. Dari tadi pagi, ia sudah dua kali masuk ke ruangan itu.
"Ini makanannya Pak, kalau begitu saya permisi." Marya langsung berpamitan setelah meletakkan kotak makanan di tangannya di atas meja.
Kanzo berdiri dari kursi kebesarannya, melangkah ke arah sofa.
"Marya, tolong rapikan buku buku di dalam rak sana" tunjuk Kanzo ke arah rak buku yang ada di ruangannya.
Marya yang hendak membuka pintu, menghela napas kasar. Ingin menolak perintah bos besar itu, tapi rasanya tidak mungkin. Marya pun melangkahkan kakinya ke arah rak buku yang di tunjuk Kanzo.
Kanzo yang duduk di sofa, menyantap makanannya sambil memperhatikan Marya yang sibuk merapikan buku buku di dalam rak. Entahlah? Mendapat penolakan dari Marya, semakin membuatnya penasaran dengan wanita itu.
"Sudah selesai Pak" ujar Marya, setelah selesai merapikan buku di dalam rak. Yang sebenarnya tidak berantakan sama sekali.
"Hm! trimakasih" balas Kanzo, lalu membiarkan Marya keluar dari ruangannya.
**
Pulang kerja, Marya lansung masuk ke dalam kamarnya, menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Waktu senggang untuk melunasi hutang Ayahnya, hanya di berikan satu Bulan. Jika Marya tidak bisa melunasi hutang Ayahnya, mereka harus angkat kaki dari rumah sederhana itu.
Kemana Marya akan membawa Ibu dan Adiknya pindah?. Gajinya pun tak cukup jika harus mengontrak rumah.
Tring!
Mendengar handphonnya berbunyi, Marya langsung mengeluarkannya dari dalam tasnya. Marya langsung membaca pesan masuk ke dalam ponselnya.
Jika kamu bersedia menikah, aku akan melunasi hutang Ayahmu di perjudian. Aku akan membiayai hidup Ibu dan Adikmu. Aku akan memberikan kalian kehidupan yang layak.
Begitulah isi pesan dari nomor baru itu. Marya menggigit ujung kuku telunjuknya. Berpikir dari mana pria yang di duga bosnya itu, mengetahui soal hutang Ayahnya di perjudian.
Marya tidak membalas pesan itu, lebih memilih keluar kamar untuk membersihkan diri ke kamar mandi.
Selesai membersihkan diri, Marya yang sudah rapi dengan pakaian rumahan. Menghampiri Ibunya di dalam kamar. Ibunya lagi sakit, semenjak dua Tahun yang lalu.
"Bu!"sapa Marya mengulas senyumnya ke arah Ibunya yang duduk bersandar di kepala ranjang.
Wanita paru baya itu pun mengusap lembut rambut Marya dari samping, menatap putrinya itu teduh.
"Bagaimana? Apa pengajuan pinjamanmu di terima?" tanyanya.
Marya terdiam sebentar dan terpaksa menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
"Udah Bu" bohong Marya.
*Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Arsyad Al Ghifari 🥰
berasa pernah baca Thor ..kalau ga salah judulnya ..hanya sebagai selir ..tapi di hapus ga di lanjutin
2022-12-01
0