5 - JIA LI

Jia Li tanpa mengambil pedangnya langsung berlari ke dalam hutan. Awan Ungu masih setia menemani, petir-petir saling bersahutan dari atas. Bocah itu malam ini seperti monster di Hutan Terlarang. Tanpa dia sadari, sepasang mata merah menyala tengah menatapnya dengan tajam, tidak terlihat tubuhnya karena petang. Tetapi mata itu terus mengarah ke Jia Li yang berlari kencang.

Kecepatan berlari Jia Li mulai bertambah, dia memusatkan seluruh tenaga dalamnya ke kaki dan meringankannya dengan bersamaan.

Bisa dibilang, tubuh Jia Li akan melakukan sesuatu setelah otaknya mencair atau kecepatan menangkap sesuatu diotaknya akan bekerja setelah beberapa jam.

Tubuhnya yang berlari cepat kali ini merupakan Teknik Pernapasan Angin.

Jia Li menatap ke depan dengan tajam, sampai dia keluar dari Hutan Terlarang dengan cepat. Saat itu, dirinya dapat melihat kota Awan Ungu yang diawali dengan adanya gapura bertuliskan kota Awan Ungu.

Beberapa pendekar masih berkeliaran, sementara orang-orang biasa telah masuk ke rumah masing-masing. Jia Li berjalan memasuki kota, aura pada tubuhnya berbeda sekali, angin tiba-tiba mengelilinginya sebentar. Bahkan salah seorang pendekar melihat Jia Li sambil kesusahan menelan ludah.

Kelahiran Jia Li dahulu ditutupi dengan Sekte Awan Petir yang terkena serangan. Mereka membungkam mulut untuk kelahiran anak kutukan itu. Hanya Sekte Awan Petir, Tetua Chan Juan, dan Tetua Lao Tzu yang mengetahui Jia Fu memiliki dua putri. Dua Tetua itu juga membungkam mulut mengenai Jia Li. Untuk Aliran Hitam yang memberi kutukan pada tubuh Jia Li, juga belum pernah melihat wajah Jia Li, yang mereka tahu anak itu bertubuh gelap. Entah ini sebuah keadaan baik atau malah sebaliknya.

Bocah itu mendengar tawa seseorang di gang, entah setan apa yang membujuknya untuk ke tempat itu.

Tiga orang pendekar berpakaian hitam masih berdebat mengenai Awan Ungu dilangit. Salah satu dari mereka menodongkan pedang tepat dileher Tua Bangka yang telah terluka.

Fang Hua si Tua Bangka itu melihat bocah berkulit gelap mendekat ke arah mereka. Dirinya menggeleng, memberi isyarat agar anak itu tidak mendekat. Namun sayangnya anak itu malah terus berjalan ke arahnya.

"Lepaskan dia."

Dua kata itu meluncur dari bibir hitam Jia Li. Dia berkata dingin, tatapannya mengandung kesedihan.

Dai Yu, Hu Jing, Tao Ping, menoleh ke arah anak kecil yang berdiri di depan mereka. Ketiganya menatap heran pada anak itu. Dan seketika Dai Yu, dan Hu Jing tertawa bersama. Sementara Tao Ping hanya diam, dia menaikkan sebelah alisnya, sambil membatin, "anak ini ... mungkinkah dia anak dari Tetua Jia Fu?!'"

*

*

*

Sekte Aliran Hitam Tengkorak Api yang berada di kota Kelabang Api wilayah Utara, merupakan Sekte menengah. Mereka pandai membuat kutukan dan juga racun. Penyerangan 8 tahun lalu pada Sekte Awan Petir, mereka semua tutup mulut. Entah apa yang mereka rencanakan.

Hanya keturunan dari klan Tao yang bersedia menjadi korban dari balas dendam yang mungkin akan terjadi. Klan Tao semua berada di Sekte Aliran Hitam itu. Mereka berjanji pada Tetua Sekte Tengkorak Api jika mereka melihat anak dari Jia Fu, mereka akan melenyapkannya.

Tao Ping mengepalkan kedua tangannya kuat. Dirinya mengeluarkan Aura Pembunuh, membuat Jia Li terbatuk darah, begitu pula dengan Fang Hua. Dai Yu, dan Hu Jing tersentak, mereka menatap Tao Ping tak percaya. Tatapan mata Tao Ping mengandung kebencian.

"Pengecut."

Tao Ping, Dai Yu, Hu Jing, dan Fang Hua tersentak saat bocah kecil itu mengatakan 'pengecut' yang mungkin ditujukan pada mereka.

Jia Li mengusap darah yang keluar dari mulutnya. Dirinya kemudian menyeringai, tubuhnya memang seperti ditekan. Tapi dia mencoba menghilangkan rasa ditekan itu. Jia Li menggunakan tenaga dalamnya dikepalan kedua tangannya, detik berikutnya menghilang dan muncul tepat di samping Tao Ping, dengan cepat bocah itu meninju perut Tao Ping menggunakan tangan kiri, dan meninju punggung Tao Ping dengan tangan kanannya. Hawa keberadaan Jia Li sama sekali tidak diketahui mereka sampai Tao Ping terkena serangan sampai darah mencuat. Dengan cepat Jia Li menarik kembali kedua tangannya setelah bersentuhan di dalam perut Tao Ping.

Tao Ping berteriak kesakitan, dia terduduk sambil memegang perutnya yang mengeluarkan banyak darah.

Hu Jing, Dai Yu, dan Fang Hua bahkan tak sadar menahan napas mereka. Saat Tao Ping berteriak kembali baru Hu Jing dan Dai Yu sadar bahwa temannya akan dibunuh. Dai Yu mendorong tubuh Tua Bangka itu ke samping. Dirinya menatap tajam Jia Li.

"Apa yang kau lakukan?!"

Dai Yu segera melesat menyerang Jia Li, saat merasa pedangnya akan menembus kepala bocah itu, sesuatu tak terduga terjadi. Pedangnya seperti hanya menyentuh baja kuat, bahkan leher Jia Li sama sekali tidak tergores!

Jia Li mulai tertawa cekikikan, membuat Dai Yu merasa tengkuknya dingin. Sementara itu Hu Jing membantu menyembuhkan temannya yang kehilangan banyak darah pun merasakan hawa yang aneh.

"Haha, tak kusangka melakukan ini menyenangkan."

Dai Yu menarik pedangnya, bersikap waspada pada anak di depannya. Aura yang terpancar terasa mengerikan bagi Dai Yu sendiri.

Lutut Dai Yu mulai melemas, dia sebelumnya tidak pernah merasa takut terhadap siapa pun, namun entah mengapa dihadapan bocah itu dia mulai merasakan ketakutan luar biasa.

Angin mulai berhembus kencang di sekitar Jia Li, Awan Ungu seakan mendukung keberadaan Jia Li yang menunduk sambil mengepalkan tangan. Pikirannya masih terpenuhi hinaan dari orang-orang.

Fang Hua menekan dadanya yang terasa seperti hanya ada sedikit oksigen. Tao Ping yang masih berteriak kencang membuat Hu Jing marah, tanpa mempedulikan keadaan yang mencekam, dirinya menarik pedang dan melesat menyerang Jia Li yang masih menunduk.

"Akan kubunuh kau, sialan ...!"

Traaang!

Pedang Hu Jing berbenturan dengan lengan Jia Li, lengannya seperti pedang, bahkan tak ada lecet serta rasa sakit pada lengan kecil itu.

Hu Jing, Dai Yu, dan Fang Hua kembali terkejut. Hu Jing menarik pedangnya, dia menggunakan jurus pertamanya bersama dan dibantu Dai Yu, kereka bersiap dengan jurus masing-masing.

Jia Li mendongak, matanya yang biru mulai memerah, dirinya kemudian berlari keluar gang, mencari tempat yang luas agar bisa melawan musuh dengan kekuatan penuh.

Hu Jing dan Dai Yu segera berlari keluar gang, merasa bocah itu akan melarikan diri.

Ketika keluar dari gang, tidak ditemukan Jia Li. Jelas keterkejutan terlihat jelas di wajah kedua pria tersebut. Apalagi keduanya tidak merasakan hawa keberadaan lawan.

Entah mendapat kekuatan dari mana Jia Li bisa menghilang. Entah sadar atau tidak, tetapi mata bocah itu berubah hitam seperti kulitnya.

Dai Yu menggeram. Dia sama sekali tidak merasakan hawa keberadaan bocah itu. Dia berkata, "hei, Nak, jangan mengganggu paman atau perutmu akan ku kuliti."

"Aku yang akan menguliti tubuhmu ...!"

Sebuah angin dahsyat menerjang Dai Yu dan Hu Jing begitu cepat sampai keduanya tak sempat menghindar membuat mereka terpental ke rumah dan langsung memuncratkan darah dari mulut. Tak menyangka angin barusan terasa amat sakit.

Jia Li muncul dari depan Dai Yu dan langsung menebas kepala.pria itu tanpa ampun.

"Akh--"

Dai Yu lenyap di tempat tanpa perlawanan. Hu Jing yang melihatnya menelan ludah susah payah.

"Bocah sialan ...!"

Hu Jing benar-benar dibuat marah. Dia menerjang Jia Li dengan kekuatan penuh sampai membuat Jia Li terpental lima meter. Tidak membiarkan Jia Li kabur, Hu Jing kembali menyerang dan menancapkan pedang yang nyaris membelah kepala Jia Li. Namun, sebuah angin dahsyat kembali menerjangnya dari depan.

Hu Jing terpental kembali. Kali ini dia merasa tubuhnya sakit dan angin barusan bukanlah sebuah kebetulan belaka.

Hu Jing berteriak, "Sialan! Aku tidak akan bermain-main lagi, akan kubunuh kau!"

Jia Li berlari membawa pedang siap membunuh. Pedangnya berbenturan dengan pedang lawan. Kuda -kuda Jia Li kurang kuat, membuat dia nyaris terkena serangan andai tidak segera melompat.

Jia Li menyeringai dan berkata, "paman, tapi aku masih ingin bermain-main denganmu."

Jia Li kembali menghilang, membuat Hu Jing dibuat kalang kabut. Suasana malam itu begitu mencekam. Tidak ada orang selain mereka. Apalagi awan ungu terus bergemuruh di atas.

Hu Jing bersikap waspada. Seumur-umur belum pernah bertarung dengan seorang bocah yang mampu menghabisi dua temannya sekaligus dalam waktu singkat.

Tengkuknya terasa dingin, dia membelalakkan mata saat merasa pundaknya disentuh oleh seseorang. Dengan cepat Hu Jing menebas ke belakang yang ternyata tidak ada apa-pun.

"Paman, apa kau mencariku?"

Jia Li muncul di belakang Hu Jing dengan pedang menancap tepat pada jantung Hu Jing dari belakang. Darah mengucur deras.

"K-kau ...."

Hu Jing ambruk seketika. Dia merasakan sakit luar biasa.

Jia Li mendekat dan menginjak tubuh Hu Jing dan mendecih. Tanpa diduga menancapkan pedang beberapa kali ke kepala lawan yang kini tidak bernyawa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!