Siluman Beruang Merah mengerang saat Jia Li menusuk-nusuk matanya terus menerus. Siluman Beruang Merah menbanting tubuh Jia Li dan melemparnya ke arah pepohonan.
BAAM!
Jia Li menabrak beberapa pohon, bukannya merasa sakit, dia malah segera berlari kencang menerjang Siluman Beruang Merah yang berusia 250 tahun tanpa ampun, beberapa kali anak itu dibanting dan dicakar sampai mengeluarkan darah, tapi rasa sakit itu seakan tidak dirasa.
Siluman Beruang Merah merasa bahwa anak yang dilawannya bukan anak biasa. Siluman itu mulai merasakan sesuatu yang aneh.
Goaaarr!!
Kali ini Siluman Beruang Merah memusatkan seluruh kekuatannya dibagian tangan sambil berlari menerjang musuh.
Jia Li telah menghentikan tangisannya setelah bertarung dengan Siluman Beruang Merah, dirinya menatap tajam siluman itu yang tengah lari ke arahnya. Kulit Siluman Beruang Merah memang keras, tetapi bocah itu berhasil menggoresnya.
"Aku akan membunuhmu ...!"
Jia Li berteriak keras dirinya berlari memegang erat pedangnya. Dirinya akan menyerang bagian atas kepala, pedang kecilnya yang berkualitas tidak akan rusak begitu saja.
Traaang!
Pedang Jia Li berbenturan dengan tangan Siluman Beruang Merah yang dengan cepat menangkis dan kemudian menarik pedang itu lalu melemparnya. Siluman itu kemudian berniat mencakar tubuh kecil musuh. Namun dirinya begitu terkejut ternyata musuh seakan dengan mudah dapat menangkis tangannya yang telah dialiri kekuatannya.
Jia Li langsung melompat ke atas kepala Siluman Beruang Merah. Dia menyatukan kedua tangan membentuk kepalan, detik berikutnya Siluman Beruang Merah berteriak kesakitan.
Anak perempuan itu memukul kepala Siluman Beruang Merah dengan sangat keras menggunakan tenaga dalam. Ternyata titik lemah beruang ini berada di kepalanya yang lunak. Jia Li menekan kepalan tangan ke kepala beruang lebih dalam. Darah mencuat membasahi wajah dan pakaian Jia Li. Siluman Beruang Merah memberontak, tetapi dirinya sudah sangat kehabisan darah dan juga sebelum melakukan pertarungan dengan bocah ini, dia telah bertarung dengan pendekar kuat.
Arrghhh Goarr!
Tangan bocah itu berhasil menarik organ dalam kelapa beruang dengan sekali tarikan. Beruang Merah masih hidup, teriakannya sangat pilu, tetapi bahkan Jia Li tak mempedulikan hal itu.
Jia Li menyeringai, tangannya berubah setajam pedang. Dirinya kembali menebas kepala musuh sampai benar-benar lepas dari tubuh. Tidak sampai di sana, Jia Li bahkan melakukan hal yang sangat mengerikan. Bahkan mungkin jika orang terdekat melihat hal ini, mereka akan menganggap Jia Li sebagai monster kecil.
Kemarahan, kesedihan dan kekecewaan bercampur jadi satu dihati Jia Li, membuat bocah itu kehilangan kendali atas semua yang baru saja dia lakukan. Kekuatannya meningkat begitu saja sampai bisa menewaskan Siluman.
Dahulu saat umurnya masih 6 tahun, dia bahkan tidak bisa membunuh seekor lalat. Dirinya selalu takut dan juga merasa kasihan. Tapi tidak untuk hari ini.
Jia Li seakan tidak terpengaruh dengan Awan Ungu yang masih setia mengelilingi Hutan Terlarang yang sekarang tengah gencar memberikan petir. Anehnya, Jia Li tidak mendapatkan serangan petir dari langit.
Di Sekte Awan Petir, para Tetua dari Sekte Angin Es, dan Lembah Kabut telah berkumpul bersama murid Sekte Awan Petir. Acara begitu meriah, bahkan mereka tidak menyadari jika diluar Sekte, Awan Ungu telah berada tepat di atas. Namun karena segel dan pelindung yang dibuat Sekte Awan Petir, petir dari luar tidak akan membuat mereka takut.
Di tengah lapangan terdapat beberapa kursi untuk para Tetua. Mereka tengah berbincang-bincang.
"Tetua Jia, bukankah kau memiliki dua putri?"
Tetua dari Sekte Angin Es bertanya yang langsung membuat Tetua Jia Fu tersenyum canggung.
"Ah, tentu."
Tetua Jia Fu dapat melihat ekspresi Tetua Lao Tzu yang nampak tidak senang saat melihat Jia Lian anak dari Jia Fu tengah mengobrol bersama banyak teman di dekat kursi para Tetua. Tetua Lao Tzu menanyakan keberadaan Jia Li yang masih belum menampakkan diri.
"Mungkin dia sedang bersama temannya."
Jawab Tetua Jia Fu yang terlihat gugup pada Seniornya ini. Apalagi tatapannya tertuju pada Jia Lian. Dirinya juga belum melihat anak pertamanya sejak siang. Entah kemana bocah itu pergi.
"Aku ingin melihat Jia Li, di mana dia?"
Tiba-tiba seseorang dari arah depan menanyakan keberadaan Jia Li. Orang itu memiliki kumis tebal serta jenggot panjang sampai perut berwarna putih. Wajahnya nampak cerah saat baru memasuki Sekte Awan Petir. Dia adalah Tetua kedua di Sekte Kabut Putih.
Tetua dari Sekte Awan Petir sendiri mengerutkan dahi ketika Tetua itu menanyakan Tetua Jia Li. Tetua Lao Tzu mengedutkan bibir atasnya, dirinya tahu temannya itu memang kenal dengan Tetua Jia Li. Tapi tidak seharusnya dia bertanya pada para Tetua! Seharusnya si Tua Bangka itu menanyakan pada murid Sekte Awan Petir.
Tetua Jia Fu menggaruk tengkuknya, dia mengatakan bahwa Jia Li sedang bersama temannya. Tetua Chen Juan megembuskan napas, kemudian duduk di sebelah Tetua Lao Tzu dengan kesal. Tetua Chen Juan telah datang kemari demi anak itu, tapi malah entah kemana perginya. Tetua Chen Juan memerintahkan dua murid Sekte Awan Petir untuk mencari Jia Li dan membawanya ke hadapannya. Entah mengapa Tetua Chen Juan sangat senang ketika Tetua itu melihat Jia Li.
Jia Lian dapat mendengar perkataan para Tetua, dirinya terlihat kesal sebab Jia Li yang dicari bukannya dirinya.
Acara telah dimulai dengan sambutan dari Tetua-tetua Sekte Awan Petir yang kemudian dilanjut oleh Tetua Sekte Angin Es dan Lembah Kabut.
Acara selanjutnya adalah makan bersama, mereka ada yang membakar daging di api unggun. Ada juga yang memakan daging yang telah dimasak.
Satu murid yang diperintahkan untuk mencari Jia Li nampak terengah-engah berlari menuju Tetua Jia Fu dan berkata tidak menemukan Jia Li.
Sontak Tetua Jia Fu, Tetua Lao Tzu, Tetua Chen Juan, dan Tetua lainnya tersentak mendengarnya. Jia Lian dan beberapa murid juga terkejut.
Chen Juan langsung berdiri dengan wajah khawatir. "Apa?! Apa dia diculik?!"
"Mana mungkin! Tetua Chen, kau jangan berpikir seperti itu. Bisa saja anak itu tengah bermain."
Tetua Lao Tzu menyangkal. Lagi pula, mana mungkin anak dari Tetua Jia Fu diculik begitu saja? Padahal Sekte Awan Petir ada banyak penjaga.
Jia Lian yang mendengarnya nampak tersentak, dirinya memutar mata malas. Kakaknya benar-benar pandai membuat semua orang khawatir.
Tetua Jia Fu mengepalkan kedua tangannya, dalam hati merutuk pada anak pertamanya yang telah mengganggu acara ini.
"Cari anak itu secepatnya!"
Tatapan dingin diberikan pada murid yang diperintah untuk mencari Jia Li. Suara riuh terdengar membahas hilangnya Jia Li. Beberapa murid membantu mencari keberadaan anak itu. Tetua Chen Juan melesat pergi tanpa mengeluarkan kata lagi, perasaannya mendadak tidak karuan. Mengingat betapa berharganya bocah itu.
Orang yang dicari murid Sekte Awan Petir tengah merobek perut Siluman Beruang Merah dengan mudah. Seringainya terus menghiasi wajah yang telah terkena darah. Dia menarik semua organ dalam tubuh beruang dengan senang. Tangannya mulai mencari Permata Siluman ditubuh Siluman Beruang Merah. Setelah mendapatkannya, tanpa rasa bersalah, Jia Li pergi begitu saja. Yang dilakukannya benar-benar kejam!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments