Menanda tangani kontrak

"Kenapa kalian jadi diam, ayo lanjutin lagi bergosip nya" Titah Kelvin sambil menaik turunkan kedua alis nya.

"Hehe enggak deh," Sahut Khanza cengengesan.

"Weni apakah kamu punya Laptop" tanya Kelvin.

"Punya" Jawab Wina secepat kilat.

"Boleh pinjam"

"Boleh boleh, tunggu ya" Weni pun pergi untuk mengambil Laptop nya.

beberapa detik kemudian, Weni kembali dan memberikan Laptop pada Kelvin.

"Terima kasih" Kelvin pun meraih Laptop itu, ia pun mulai menyalakan dan mengotak Atik Laptopnya.

Ia membuka akun pribadinya, dan memberi tahu orang kepercayaannya untuk datang ke apartemen Weni.

Setelah beberapa waktu, Weni dan Khanza masuk ke dalam kamar karna mengantuk, Kelvin tetap Fokus pada Laptop nya, entah apa yang sedang ia kerjakan.

Beberapa jam kemudian, terdengar suara ketukan pintu, Khanza dan Weni tak dapat mendengarnya karna pintu kamar nya mereka tutup.

Kelvin pun mengintip dari lubang intip, ternyata yang datang adalah Boy orang kepercayaannya.

Kelvin pun segera membuka pintu nya dan mempersilahkan Boy untuk segera masuk.

"Bagai mana keadaan di rumah tua" Tanya Kelvin serius.

"Keadaan di rumah tua sangat kacau tuan, Nyonya dan Tuan besar sangat kalang kabut mencari keberadaan tuan muda, banyak para pengawal yang di tembak mati karena tidak bisa membawa tuan pulang" Jelas Boy.

"Tuan apakah sebaiknya tuan kembali saja ke rumah tua, dan menolak perjodohan itu" usul Boy pada atasannya.

Ia merasa kasihan pada bawahan yang di siksa oleh Pak Darius Lee .

"Kamu masih belum paham dengan sifat pak tua itu" Ujar Kelvin.

"Tapi tuan, jika tuan tidak segera kembali, maka akan lebih banyak lagi para pengawal yang di tembak mati oleh tuan besar" Jelas Boy, ia berusaha membujuk Kelvin agar mau kembali ke rumah orang tua nya.

"Nanti akan saya pikirkan lagi" Ucap Kelvin sambil kembali memainkan Laptop Weni. Boy pun hanya terdiam tanpa melanjutkan pembicaraan.

"Besok pagi kamu salin isi email yang saya kirim ke email kamu, kemudian kamu cetak dan bawa kesini,"Titah Kelvin kemudian ia menyuruh Boy untuk pergi.

"Baik tuan, besok pagi saya akan kesini dan membawa apa yang tuan perintahkan" Boy pun berlalu pergi meninggalkan apartemen itu.

Malam telah tiba, Khanza dan Weni pun terbangun dari tidurnya karna lapar, saat mereka keluar dari kamar, mereka kaget saat melihat Kelvin sedang menyiapkan beberapa hidangan yang sangat lezat.

Kelvin berinisiatif memesan makanan, ia sudah menduga jika Khanza dan Weni bangun pasti mereka akan kelaparan.

"Ini kamu yang pesan" Tanya Khanza sambil menghampiri Kelvin yang sedang menaruh makanan ke dalam piring kosong.

"Memang nya siapa lagi" Sahut Kelvin tanpa menoleh ke arah Khanza.

Khanza dan Weni pun saling bertatapan sambil menahan senyuman. mereka merasa sangat beruntung karna sudah menyelamatkan anak Crazy Rich.

"Kenapa pada bengong, mending sini kita makan" Kelvin pun memecahkan lamunan mereka.

Khanza dan Weni langsung terburu buru duduk di kursi makan nya.

"Kamu pesan makanan sebanyak ini memangnya ada uang" Tanya Khanza polos.

"Ih Khanza, lo lupa ya dia kan bos mafia besar" Bisik Weni.

"Tapikan dia sekarang lagi kabur, gak bawa apa apa, dari mana dia bayarnya" Bisik Khanza sambil melirik ke arah Kelvin.

"Kenapa" Tanya Kelvin sambil menaikkan sebelah alis nya.

"Eh hehe enggak kok" Khanza pun langsung mengambil piring untuk ia makan.

Setelah mereka selesai makan, Kelvin meminta Khanza untuk menemaninya sebentar karna masih ada yang harus dibicarakan. Wina pun beralasan untuk pergi bertemu temannya yang lain di luar apartemen, ia tak ingin mengganggu Khanza dan Kelvin.

"Gue pergi dulu ya Khanza" pamit Wina sambil meraih Hand Bag nya kemudian keluar.

Setelah Wina pergi, Kelvin mendekati Khanza yang sedang duduk di sofa. saat Kelvin mendekati Khanza jantungnya berdetak kencang, wajah nya memerah, Khanza menjadi sangat canggung saat berdekatan dengan Kelvin.

Padahal sebelum ia mengetahui bahwa Kelvin adalah bos Mafia, ia merasa biasa saja terhadap Kelvin, tidak ada rasa canggung sama sekali.

"Khanza apakah kamu mau berpura pura menjadi wanita saya" Ujar Kelvin.

"Hah maksud kamu" Tanya Khanza heran. ia masih belum mengerti apa maksud Kelvin.

"Besok saya akan kembali ke rumah orang tua saya, dan demi mencegah konflik dengan orang tua lagi, saya harus membawa seorang istri, agar orang tua saya tidak memaksa saya untuk menikahi anak dari rekan bisnis nya" Jelas Kelvin.

"Jadi kamu kabur dari kediaman Darius juga karna mau di jodohkan" Tanya Khanza penasaran.

"anggap saja begitu" timpal Kelvin.

"Bagai mana, mau atau tidak" Tanya Kelvin lagi.

"kasih aku waktu boleh?" Tawar Khanza, ia ingin memikirkan nya terlebih dahulu.

"Besok pagi kamu harus kasih jawabannya" Tegas Kelvin, yang sedikit agak memaksanya.

"Baik lah" Lirih Khanza.

"Kalau begitu pergi lah ke kamar untuk istirahat" Titah Kelvin.

"Kamu tidur dimana" Tanya Khanza sedikit khawatir pada Kelvin.

"Di sofa juga bagus" Timpal Kelvin.

"Kalau begitu aku ke kamar dulu ya" Khanza pun pergi ke kamar untuk beristirahat.

Khanza langsung menghamburkan tubuh nya ke atas kasur, ia langsung memikirkan obrolannya bersama Kelvin tadi, "Duh gimana ya" Batin Khanza sambil menenggelamkan tubuhnya kedalam selimut.

Keesokan pagi nya, saat Khanza bangun ia langsung pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri nya, setelah itu ia langsung keluar dan mencari keberadaan Weni.

"Cari siapa?" Tanya Kelvin.

Khanza kaget saat melihat Kelvin yang sedang berdiri di belakang Khanza.

"Astaga ngagetin aja sih" Khanza pun mengelus dadanya karna kaget.

"Maaf" Ucap Kelvin singkat.

"Kamu liat Weni gak, dia kemana sih pagi pagi udah gak ada" Tanya Khanza sambil mengamati setiap sudut ruangan.

"Weni dari tadi malam gak pulang," Sahut Kelvin kemudian ia berjalan ke arah Jendela.

Sebenarnya tadi malam Weni sudah pulang, tetapi Kelvin menyuruhnya untuk menginap di rumah temannya, Weni tak berani menolak permintaan Kelvin, dan akhirnya pergi ke rumah temannya untuk menginap.

"Ko dia gak bilang kalau mau nginep sih" Protes Khanza.

"Mana aku tau" Kelvin pun menghampiri Khanza.

"Khanza bagai mana apakah kamu sudah mempunyai jawabannya" Tanya Kelvin kembali membahas obrolannya semalam.

Khanza pun menarik nafasnya dalam dalam kemudian membuangnya secara perlahan.

"Oke aku setuju, tapi kita harus buat surat kontrak bagai mana" usul Khanza, ia tak ingin dirugikan oleh Kelvin.

"Maksud kamu kita menikah kontrak" Tanya Kelvin memastikan.

Khanza menganggukkan kepalanya, Kelvin pun mengerutkan dahi nya kemudian ia menyetujui permintaan Khanza.

"Kalau begitu kita buat surat kontrak nya sekarang" ujar Khanza kemudian ia mengambil kertas kosong dan pulpen , dan memberikannya pada Kelvin.

"Ini apa" Tanya Kelvin sambil memicingkan mata nya.

"Kertas dan pulpen, kan kita mau buat surat kontrak dulu" jelas Khanza.

"Gak perlu repot repot, lebih baik kamu duduk manis dan tunggu sebentar" titah Kelvin.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dan Kelvin langsung membukakan pintu nya.

"Selamat pagi tuan Kelvin" Sapa Boy sambil membungkukkan setengah tubuhnya, kemudian menegakkan kembali tubuhnya.

"Pagi, ayo masuk" Kelvin pun berjalan meninggalkan Boy yang masih berdiri di depan pintu.

Melihat penampilan Boy yang sangat Formal, Khanza mulai penasaran siapa pria yang datang itu.

"Tuan ini perjanjian kontrak yang anda minta sudah jadi" Boy pun memberikan selembar kertas kepada Kelvin.

"Kerja bagus" Kelvin pun memberikan kertas itu pada Khanza.

"Ini apa" tanya Khanza sambil meraih kertasnya.

Saat ia membaca tulisan di kertas itu, mata nya membulat sempurna, ia tak menyangka jika Kelvin sudah menyiapkan surat perjanjian kontrak nya.

"Kamu udah nyiapin ini sejak kapan" Tanya Khanza.

"sejak tadi malam" Sahut Kelvin.

"Tapi kan tadi malam aku belum ngasih tau jawabannya" Timpal Khanza.

"Tapi aku sudah menebak bahwa kamu akan menerima nya, kan kamu sendiri yang berharap ingin menikahi saya" Sindir Kelvin.

Khanza pun merasa sedikit malu, karna mengingat ucapannya pada saat ia sedang membicarakan keluarga Darius bersama Weni.

"Aku kan cuma bercanda" lirih Khanza sambil menundukkan kepala nya.

"yaudah kalau gitu cepat kamu tanda tangan, setelah itu kita pergi ke kantor pencatatan sipil untuk mendaftarkan buku nikah" Titah Kelvin. Khanza pun langsung menanda tangani surat perjanjian itu, melihat Khanza sudah menanda tangani surat itu, Kelvin tersenyum puas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!