menangis di pelukan Kelvin

Saat mereka tiba di meja makan, Mata Khanza tertuju pada pria yang sedang terbaring di kursi sofa, ia memikirkan kembali siapa sebenarnya pria itu.

Khanza pun berjalan ke arah meja makan, dan melanjutkan makan siang nya yang sempat tertunda karena kedatangan Kenzo tadi.

"Menurut lo, dia itu siapa sih" bisik Weni sambil melirik ke arah Kelvin.

"Ya Gak tau lah," Sahut Khanza sambil ikut melirik ke arah Kelvin.

Mereka pun bersama sama saling memikirkan hal yang sama mengenai Kelvin. hingga makanan sudah habis mereka pun masih masih bertanya tanya pada diri mereka sendiri.

kring kring kring!!!

dering telfon berbunyi di ponsel milik Weni

"Bentar ya gue angkat telfon dulu" Weni pun pergi ke kamarnya untuk menerima panggilan.

Khanza beranjak dari tempat duduk nya, kemudian ia berdiri di depan jendela yang mengarah ke pemandangan jalan raya yang dipadati oleh kendaraan.

Matanya berkaca kaca saat mengingat kedua orang tua nya, ada rasa bersalah yang menyelimuti hatinya, ia mengkhawatirkan mami nya, sebab jika pak Wira sedang emosi ia akan melampiaskan emosi nya pada orang orang uang ada di dekat nya.

Khanza pun duduk di Sofa. tepat disebelah tempat Kelvin berbaring.

Mata nya sayu sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

Sehingga Khanza tak menyadari bahwa Kelvin sudah terbangun dari tidurnya dan sedang memperhatikan Khanza yang sedang melamun.

"Kamu kenapa" Tanya Kelvin memecahkan lamunan Khanza.

"Eh kamu udah bangun ya," Ujar Khanza sambil mengusap mata nya yang hampir menjatuhkan air mata.

"Kamu nangis" Tanya Kelvin sambil mengamati Khanza dengan serius.

"Iya" Lirih Khanza kemudian ia memeluk Kelvin dan menangis sejadinya.

Kelvin sempat kaget karna Khanza memeluknya secara tiba tiba, akhirnya Kelvin pun merangkul Khanza dan mengusap punggung Khanza.

"Menangis lah, jika bisa membuat kamu lebih tenang" Ucap Kelvin sambil terus mengusap usap punggung Khanza.

Khanza pun menangis tanpa ragu ragu, setelah beberapa detik, Khanza menghentikan tangisannya. dan menyeka air mata nya.

"Terima kasih" Lirih Khanza sambil kembali duduk di tempat semula.

"Sudah tenang" tanya Kelvin.

"Lumayan" Sahut Khanza kemudian ia menarik nafas dan membuangnya pelan pelan.

"Hal apa yang membuat kamu menangis" Tanya Kelvin saat melihat kondisi Khanza sudah mulai tenang.

Khanza pun hanya terdiam, sangat berat untuk mengatakan yang sesungguhnya, ia pun memejamkan mata nya dan tiba tiba Kelvin memeluk Khanza dengan sangat lembut.

Khanza merasa nyaman dengan pelukan Kelvin, tanpa ia sadari mulutnya terbuka dan mulai membicarakan semua unek unek yang ada di hati Khanza, setelah beberapa saat kemudian pelukannya terlepas karna Weni tiba tiba datang menghampiri mereka.

"Gue gak salah lihat kan, tadi mereka pelukan" Batin Weni sambil menggigit jari telunjuknya.

"We Weni" Ucap Khanza terbata bata, ia takut jika Weni salah sangka.

Kelvin hanya diam seolah ia tak habis melakukan sesuatu, dan fokus melihat berita yang ada di tv.

Berita itu menyiarkan tentang salah satu keluarga mafia yang tiba tiba hilang tanpa jejak.

Khanza dan Weni pun ikut Fokus melihat berita tersebut.

Kelvin dengan raut wajah yang menahan kesal ia pun memalingkan wajahnya dari layar Tv berukuran sedang itu.

"Eh kok bisa ya, yang bener aja bisa sampe hilang gitu, mereka kan orang yang paling berkuasa di kota itu, kenapa anak nya bisa hilang," Ujar Weni pada Khanza dan Kelvin.

"Iya, padahal kan keluarga Darius sangat kuat, ko bisa sampe kehilangan jejak begitu" tutur Khanza sambil tetap Fokus melihat siaran berita.

"Eh za, kalau sampe lo yang ketemu sama anaknya Darius, mau lo apakan tu anak" Tanya Weni asal.

"Gue ajak kawin kali ya haha" Jawab Khanza asal sambil tertawa geli.

"Haha bisa aja lo ini, gimana kalo sampe pas ketemu lo, dia langsung nembak lo terus mati deh, keluarga mafia kan terkenal sangat kejam" Timpal Weni sambil mendelik kan matanya.

"Ya elah, sebelum dia nembak gue, ya gue tembak dia dulu lah pake hati" sahut Khanza sambil melirik ke arah Kelvin.

"Ya ampun Khanza, tingkat kepedean lo tinggi banget sih" Wina pun menjetikan jarinya pada kening Khanza.

"Eh tapi lo kayak suka gitu sih sama anak nya Darius, emang lo udah pernah liat dia" Tanya Wina penasaran.

"Belum pernah sih, tapi kak Kenzo pernah cerita tentang Kelvin Darius, katanya dia itu ganteng, tinggi, pokoknya idaman para cewek cewek deh, terus sifatnya dingin dan kejam, gue jadi penasaran deh, makanya suka berkhayal pengen jadi istri nya haha" Khanza pun menghentikan tawa nya karna melihat Kelvin sedang meliriknya.

"Eh kamu dari tadi diem aja sih, gak mau gabung nih sama kita" Ucap Khanza pada Kelvin yang sedari tadi hanya mendengarkan mereka yang sedang membicarakan dirinya.

"Kalian lanjut aja menghayal nya," Kelvin pun berbaring kembali dan memejamkan mata nya.

"Ih aneh banget sih, dari tadi tidur mulu perasaan" Bisik Wina pada Khanza.

"Mungkin dia lagi cari jalan keluar supaya bisa lunasi hutang hutangnya" Balas Khanza berbisik pada Wina.

Kelvin hanya mengulum senyuman saat mendengar mereka sedang membicarakan nya.

Saat mereka sedang fokus pada berita itu lagi, Khanza dan Wina di kaget kan oleh Foto yang ada di dalam siaran berita itu, mereka pun segera menoleh ke arah Kelvin secara bersamaan, kemudian menoleh kembali ke arah Tv.

"What? I itu beneran Kelvin Darius" ucap Khanza dengan suara keras, sehingga Kelvin membuka matanya dan melihat ke arah Khanza.

"Ja jadi orang bersama kita ini, di dia adalah Kelvin Darius" Lirih Weni sambil mencengkram ujung baju yang dipakai Khanza.

Khanza masih bengong seolah ia tak percaya, mengingat perkataannya tadi pada Weni mengenai Kelvin, Khanza menggigit bibir nya sambil memejamkan mata, ia bingung harus berbuat apa sekarang, minta maaf pada Kelvin atau kabur.

"Kamu kenapa gak kasih tau kita, jika kamu ini adalah Kelvin Darius" Ujar Weni sambil berbalik badan menghampiri Kelvin yang masih berbaring di Sofa.

"Memang nya kalian pernah bertanya pada saya" Sahut Kelvin sambil memejamkan matanya kembali.

Khanza dan Weni pun kembali saling bertatapan.

"Duh Khanza gimana nih" Bisik Weni.

Khanza hanya menggelengkan kepala nya, ia juga tak tau harus bagai mana.

"Kamu jangan anggap serius soal perkataan kita tadi ya" pinta Khanza sambil mendekat ke arah Kelvin.

"Santai aja" Kelvin pun membuka mata nya dan kembali duduk di sofa.

mendengar jawaban dari Kelvin. Khanza bernafas lega.

Suasana di ruangan itu tiba tiba menjadi sunyi, Khanza dan Weni yang tadinya terdengar sangat bising kini mereka hanya terdiam dan sesekali melirik ke arah Kelvin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!