Sampai Disini

Tepat seminggu setelah kepergian Maya kini wanita itu kembali ke rumah, tanpa membawa barang apapun karena pada saat Maya pergi ia juga tak membawa barang dari rumahnya.

Mobil yang di kendarai Maya terparkir rapi di garasi, ia pulang jam delapan malam ketika suasana sekitar rumah sudah sangat sepi.

Maya mengambil kunci rumah yang ia miliki masing-masing bersama suaminya, namun ketika hendak memasukan kunci ternyata pintu rumah justru tidak terkunci. Ia tau Adhi ada di dalam rumah karena mobilnya yang juga berada di garasi, tetapi kenapa lelaki itu begitu ceroboh membiarkan rumah mereka tak di jaga dengan baik.

Maya memasuki rumah lalu menguncinya rapat-rapat.

Sebelum Maya berjalan ke kamarnya ia terlebih dahulu menarik nafas dalam, mengontrol jantungnya yang terasa sesak memasuki bangunan mewah tersebut. Maya pikir ia sudah cukup kuat selama seminggu ini, tetapi ternyata rasa sakitnya masih sebesar danau Toba.

Maya mendongak mencegah air matanya keluar, ia tak mau terlihat rapuh di depan siapapun termasuk di depan Adhi, suaminya sendiri.

Maya melangkah perlahan-lahan, tak mau buru-buru bertatap muka dengan Adhi, Maya berharap ia bisa kuat ketika bercakap dengan suaminya.

Tepat di depan pintu kamar Maya memutar handel pintu tanpa berpikir panjang lagi, ketika berhasil membuka pintu Maya langsung disambut oleh Adhi yang tengah duduk di ranjang sambil memijat keningnya persis seperti orang yang sedang banyak pikiran.

Mendengar suara pintu terbuka seketika Adhi mendongak, betapa terkejutnya kala ia mendapati Maya yang sudah pulang ke rumah.

"May kamu sudah pulang?" Adhi berdiri dengan senyum merekah, ia mendekat ke arah Maya tetapi Maya terus menghindar pura-pura sibuk dengan aktivitasnya.

Adhi terus mengekori Maya dari mulai meletakkan tas sampai mencari baju ganti di lemari.

"May kamu pergi kemana? Kenapa ponselmu tidak aktif? Aku mengkhawatirkan mu, May. Kamu baik-baik saja kan, kamu tidak terluka kan? Shakeel terus menanyakan mu, dia rindu mami nya" Adhi berceloteh ria bertanya apa saja yang ingin ia katakan sejak beberapa hari lalu, tetapi satu pertanyaan pun tak Maya jawab.

"May.... Tolong jawab pertanyaan ku, plisss may jangan mendiami ku seperti ini. Kamu boleh marah padaku tapi jangan diam saja May, aku tau dan aku sadar aku salah... Aku benar-benar minta maaf padamu May, aku sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya sejak hari itu. Aku bersumpah!" Adhi mengangkat jarinya membentuk huruf V, entah Maya melihat atau tidak Adhi tetap berusaha meyakinkan wanitanya.

"Aku capek, mas. Aku mau istirahat tolong jangan ganggu aku" ketus Maya dingin, tak ada lagi kehangatan yang selalu ia berikan pada lelakinya.

"May kamu boleh marah padaku saat ini, tapi ayo kita perbaiki semua ini. Kita mulai dari awal, kita lupakan kejadian buruk kemarin. Kamu mau kan, May?"

Seketika langkah Maya terhenti saat dirinya akan memasuki kamar mandi, Maya berbalik menatap intens sang suami, ia tertawa kecut mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Adhi.

"Perasaan aku tidak melakukan kesalahan apapun sampai harus ikut memperbaiki semua ini, tidak ada yang harus aku perbaiki. Semua salah mas Adhi, kalau mas mau memperbaiki sesuatu lakukan saja sendiri!" Setelah mengatakan itu Maya pun masuk ke dalam kamar mandi guna membersihkan diri.

Brukkk!

Adhi mematung di tempat, berkedip ketika mendengar pintu yang di banting keras oleh Maya, sepertinya Maya marah besar hanya saja Maya tak sepenuhnya menunjukkan amarah pada Adhi.

Tiga puluh menit kemudian Maya baru keluar dari bathroom, sepertinya Maya sengaja berlama-lama didalam sana untuk menghindari Adhi.

Ketika keluar dari Adhi masih menunggu di tepi ranjang, Maya pura-pura tidak melihat dan terus berjalan ke arah meja rias.

Tanpa di duga Adhi menghampiri Maya dan memeluknya dari belakang, membuat Maya menahan nafas ketika perutnya di kelilingi lengan kekar Adhi.

"Maafkan aku May..... Aku sungguh menyesal, aku akan memperbaiki rumah tangga kita, aku berjanji. Aku mencintaimu May... Sangat mencintaimu" ungkap Adhi tepat di telinga Maya, bahkan deru nafasnya terasa hingga ke ceruk leher, tetapi kata-kata itu tak membuat hati Maya membuncah seperti dahulu, seakan kalimat yang dilontarkan Adhi hanyalah ucapan semata.

"Kamu mau kan memaafkan aku? Aku tau dosa ku padamu sangat besar, beri aku kesempatan May.... Aku tak mau kehilangan mu"

Tak mau terbuai dengan ucapan Adhi yang entah serius atau tidak Maya buru-buru melepaskan kedua lengan sang suami dari pinggangnya.

"Kita bahas ini besok, sekarang aku sangat lelah aku mau tidur"

Adhi hanya bisa menatap sendu istrinya yang sudah terbaring di atas ranjang sembari membelakangi ia.

***

Setelah kejadian tersebut kehidupan rumah tangga Adhi dan Maya benar-benar berubah, sudah enam bulan mereka tak saling bicara, alasannya karena Maya yang selalu menghindar dan bungkam.

Sering kali Adhi mengajak ngobrol istrinya itu, ketika Maya sedang dalam keadaan santai dan mood nya terlihat baik-baik saja, akan tetapi hasilnya nihil, Maya akan langsung mencari kesibukan dan mengabaikan Adhi.

Meski begitu, urusan rumah tangga Maya tak pernah absen karena ia merasa tanggung jawabnya harus selalu dilaksanakannya entah dalam situasi apapun.

Urusan ranjang mereka sudah tak pernah melakukannya, Adhi merasa sungkan meminta duluan, ia terlalu takut ditolak sebelum meminta.

Selama setengah tahun ini pernikahan itu terasa amat hambar, tak ada kehangatan seperti dulu, Adhi merindukan semua itu. Namun Maya masih belum bisa memaafkan Adhi sepenuhnya.

Sehingga fokus Adhi lebih banyak diperuntukkan untuk pekerjaan, tak jarang ia memilih lembur sampai malam. Dan ketika malam Maya serta Shakeel sudah terlelap ke dalam mimpi, begitu pagi tiba ketiganya pun berpisah kembali untuk melakukan aktivitas, tak ada yang spesial.

Hingga suatu malam ketika keduanya sudah sama-sama tertidur Adhi merasa ranjang di sampingnya bergerak, ia tahu Maya terbangun. Dan tak lama suara pintu terbuka terdengar sampai ke telinga lelaki tersebut.

Setelah dirasa Maya sudah tak ada di kamar itu Adhi pun ikut mengubah posisinya menjadi duduk, ditatapnya jam dinding yang sudah menunjukkan angka setelah dua belas malam.

Untuk apa Maya keluar kamar? Apakah Maya ingin mengambil minum? Tetapi di atas nakas sudah tersedia air putih. Mungkinkah Maya merasa lapar di jam segini?

Adhi tak bisa tidur setelah Maya keluar, sudah setengah jam Maya belum juga masuk ke kamar mereka. Kemana Maya sebenarnya?

Karena penasaran Adhi memutuskan ikut keluar, ia akan berpura-pura mengambil air putih di dapur.

Tapi tiba-tiba saja langkahnya terhenti sejenak ketika di tengah-tengah anak tangga Adhi mendengar suara tangis.

Ia sangat kenal suara ini, suara tangis yang tak pernah Adhi dengar tetapi ia tahu pemilik suara itu berasal dari Maya.

Merasa tak enak perasaan Adhi mempercepat langkahnya menuju sumber suara, suara itu terdengar dari dapur sekaligus ruang makan.

Sesampainya disana Adhi terpaku melihat Maya menangis di kursi makan sembari menutup wajah dengan kedua telapak tangan, wanita itu terisak disana.

"M-may?"

Sontak maya mendongak dan terkejut melihat keberadaan Adhi, padahal ia sudah berusaha menjauh agar Adhi tak mendengar tangisannya, tetapi Adhi justru kemari dan mendapati ia yang sedang menangis.

Adhi berjalan perlahan, mendekat ke arah Maya yang masih menangis tersedu-sedu, terdengar sangat pilu membuat hatinya terasa di hantam busur panah. Baru kali ini Adhi melihat istrinya menangis, bahkan ketika ia terciduk tengah mendua Adhi sama sekali tak pernah melihat Maya menangis, tetapi sudah enam bulan berlalu justru kini ia menemukan Maya dalam kondisi dibanjiri air mata.

"Mas......" Belum sempat Maya berbicara Adhi sudah menarik lengannya membawa Maya ke dalam sebuah pelukan.

Merasa kehangatan tersebut Maya makin terisak disana, pelukan yang sudah lama tak ia rasakan membuat Maya tak bisa menahan lagi apa yang selama ini ia pendam.

Maya pun menangis sejadi-jadinya, tak peduli akan terlihat selemah apa ia dihadapan Adhi. Maya sudah tidak peduli itu sekarang.

"Hiksss.... Aku lelah mas.... Aku tidak kuat lagi.... Hiksss....."

Sedangkan Adhi hanya mampu memejamkan mata ketika telinganya mendengar tangisan Maya yang memilukan, ternyata selama ini Maya sama sekali tidak baik-baik saja, wanita itu hanya menyembunyikan kepedihan yang ia rasakan pada Adhi. Dan mungkin saat ini wanita itu sudah dalam titik yang paling bawah, untuk terlihat tegar pun rasanya tak bisa.

"Aku tak bisa memaksa diriku lagi mas.... Hiksss.... Maafkan aku.... Maafkan aku mas.... Hiksss....."

"Jangan seperti ini. May...."

"Tidak mas.... Hiksss..... A-aku.... Aku rasa takdir kita memang sampai disini.... Hiksss.... Maaf mas tapi aku rasa.... Kita harus berpisah"

Terpopuler

Comments

Nur fadillah

Nur fadillah

Jadi sediiiih...bikin mewek 😥😥😥

2023-10-17

0

Syafa Marwah

Syafa Marwah

aaah jdi syedih sama maya kasihan ..

2022-12-06

1

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

🥺🥺🥺🥺🥺

2022-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!