Maya memasuki mobilnya sebelum Adhi berhasil ikut masuk, ia langsung menyalakan mesin mobil sambil menghiraukan suaminya yang berusaha membujuk Maya untuk membuka pintu kendaraan.
"May buka pintunya May...! Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Tolong May.... Izinkan aku masuk... May...." Adhi terus mengetuk kaca mobil sembari merayu istrinya untuk keluar.
Tetapi hati maya seolah sudah kebal dengan semua perkataan Adhi, kenapa tidak bicara sedari tadi ketika mereka masih di dalam kafe? Kenapa dia baru mengeluarkan suara ketika Maya hendak pergi. Benar-benar membuang waktu saja.
Usaha yang Adhi lakukan rupanya sia-sia, Maya tetap melajukan mobilnya meninggalkan ia yang berdiri di sana sambil menatap lesu kendaraan berwarna maroon yang kian menjauh.
Adhi menendang batu yang terkapar di atas tanah, memaki hari ini yang penuh kesialan.
"Arghhhhhh........ Siall Siall Siall......!!!" Adhi berteriak frustasi, mengacak-acak rambutnya hingga berantakan, rasa-rasanya ia sudah kehilangan rasa malu beberapa menit yang lalu.
"Dih... Makin gak jelas aja tuh cowok"
"Iya ya, tadi di dalem aja diem sekarang malah teriak-teriak gak jelas"
"Biasalah, udah di tinggal baru menyesal"
"Bener, rasain tuh karma"
Bisikan-bisikan dari para pengunjung yang baru keluar membuat Adhi tak bisa berlama-lama berada disana, ia memutuskan masuk ke dalam mobil miliknya menyusul Maya yang entah pergi kemana.
Adhi berharap sang istri pulang ke rumah, dengan begitu ia bisa menjelaskan semuanya tanpa gangguan apapun.
***
Di sisi lain Maya menghentikan mobilnya di sebuah jalanan sepi, disana wanita itu menangis sejadi-jadinya. Mengeluarkan semua rasa sakit yang ia tahan sejak tadi, lebih tepatnya beberapa Minggu ini semenjak ia mendapat kabar dari salah satu sahabat baiknya tentang kedekatan Adhi dan wanita tadi.
Maya tampak berubah menjadi wanita rapuh lainnya disaat pernikahan yang selama ini berjalan dengan lancar mendadak dihantam kenyataan mengejutkan.
Lelehan bening membasahi seluruh wajah cantik Maya, tak akan ada yang tau jika kini dirinya tengah menangis pilu, Maya bisa lebih leluasa menjerit sepuas tenaga.
"Hiksss...... Teganya kamu mas"
"Apa salahku selama ini.... Hikssss"
Tangis itu mencerminkan betapa sakitnya hati seorang Maya, selama pernikahan tak pernah ia menangis karena suaminya. Adhi termasuk lelaki yang tergolong sempurna selama ini, laki-laki yang baik dan mampu mengubah hari-hari Maya dan sang putra terasa indah.
Namun hari ini, semua hancur tak tersisa. Semuanya berantakan! Hancur lebur! Maya seakan diremukkan dalam satu kali pukulan. Kasih sayang dan cinta yang ia beri ternyata tak bisa membuat Adhi tetap menatap ke arahnya.
Ada wanita lain...
Maya bukanlah satu-satunya, bahkan selama setahun ini Adhi begitu pintar menutup kebohongan yang dia perbuat dengan selalu menunjukkan sikap serta kasih sayang yang sempurna.
Maya memegang dadaa kirinya yang berdenyut nyeri, sesak rasanya sampai-sampai tangis Maya tak mampu mengeluarkan suara.
"Hiksss..... Sakit masss...... Sakittt...... Hiksss" suara Maya mulai terdengar serak, pita suaranya seolah hampir putus dan tak berfungsi. Tapi hatinya membuat Maya harus terus mengeluarkan air mata.
Cukup lama Maya merintih di dalam mobil sendirian, Maya sudah nampak lebih baik. Matanya merah sembab namun tak membuat kecantikan Maya sinar ditelan air mata.
Maya mencoba menormalkan suasana hatinya, ia ingin menghubungi seseorang, Maya tak boleh menunjukkan kondisinya yang sedang kacau ini, ia harus terdengar baik-baik saja.
Maya pun merogoh ponsel di dalam tas, ia mencari nomor seseorang. Tak menunggu lama maya langsung menelpon nomor tersebut.
Beberapa saat Maya menunggu hingga terdengar suara perempuan dari balik ponsel itu.
"Hallo May......"
"H-hallo... Din...." Meski sudah berusaha untuk terdengar biasa saja tetapi nyatanya Maya tak bisa menutupi hal ini dari sang sahabat.
"May.... Kamu baik-baik saja? Suaramu... Terdengar seperti habis menangis" terdengar intonasi panik yang ditunjukkan oleh lawan bicaranya, membuat Maya tak bisa menahan rasa emosional yang tengah mengelilingi jiwa rapuh itu, hingga ia pun kembali terisak.
"Maya....! Ada apa?!! Kenapa kau menangis???"
"Hikss.... A-aku... Aku sudah menemui mereka, Din"
"Tunggu, maksudmu.... Suamimu dan wanita itu" tebak Dini.
Maya mengangguk disana.
"Iya, kau benar Din. Suamiku berselingkuh... Mas Adhi punya wanita lain.... Hiksss...."
"Astaga!! Aku tidak menyangka suamimu bisa melakukan itu.... Lalu sekarang kau dimana? Apa kau mau kita bertemu? Aku ada di rumah... Kemarilah" Dini tau jika sahabatnya itu butuh teman curhat, ia tak akan membiarkan Maya menyimpan rasa sakitnya sendiri, Dini lantas menyuruh Maya untuk menemuinya.
"Aku tidak bisa kesana, Din. Tapi aku ingin minta bantuan mu" ujar Maya.
"Bantuan apa, May? Sebisa mungkin akan aku usahakan"
Maya menarik nafas dalam untuk menguatkan hatinya, setelah itu ia kembali berbicara.
"Aku minta tolong jemput shakeel di sekolah jam dua belas nanti, aku harus pergi ke suatu tempat. Antar dia ke rumah mertuaku jangan ke rumah ku atau rumah orang tua ku, aku tidak mau mereka curiga " pinta Maya pada Dini.
"Pergi? Kamu mau pergi ke mana, May?" Tanya Dini mulai tak enak perasaan.
"Ke suatu tempat, aku butuh waktu untuk sendiri, Din. Dan tolong jangan beritahu siapa-siapa"
"May kamu tidak sedang merencanakan sesuatu kan? Kau tidak akan mencelakai dirimu sendiri kan? May aku mohon, tetap berpikir jernih May"
"Justru karna itu aku mau menjernihkan pikiran ku dulu, sekali lagi aku minta tolong padamu Din. Aku harus pergi sekarang, terimakasih.... Maaf lagi-lagi aku merepotkan mu"
"Tidak apa-apa May, tapi...."
Tutttttttt..........
Sebelum dini melanjutkan perkataan Maya lebih dulu mematikan panggilan itu, saat hendak memasukan ponsel ke dalam tas tiba-tiba ponsel Maya berdering dan menampilkan panggilan masuk yang tak lain berasal dari nomor sang suami.
"Mas Adhi?"
Otomatis Maya pun mematikan ponselnya lalu melempar ponsel ke dalam tas, butiran bening meleleh untuk yang ke sekian kali.
"Hiksss...... "
Maya segera menyeka kedua pipinya yang berair, ia tak mau berlarut-larut dalam kesedihan, ia harus segera pergi dari sini mencari tempat ternyaman untuknya sampai beberapa hari ke depan.
Suara mobil pun terdengar, Maya melaju meninggal kawasan tersebut.
***
Di rumah Adhi yang tak menemukan keberadaan istrinya mencoba menelpon maya berulang kali, tetapi hasilnya nihil, Maya tak menjawab telponnya bahkan ponsel Maya tak aktif dan hanya suara operator yang muncul.
Adhi terlihat mondar-mandir di dalam kamar, ia takut istrinya itu pergi dan melakukan aksi nekat meski Adhi tau Maya bukanlah orang yang seperti itu.
Tetapi di situasi saat ini apapun bisa terjadi, Adhi mengkhawatirkan sang istri.
"May aku mohon angkat telpon ku May......"
Maaf nomor yang ada tuju....
Adhi seketika menekan tombol merah ketika nomor Maya masih tak kunjung bisa dihubungi, membuatnya melempar ponsel ke atas kasur dengan sangat amat keras.
"Arrrghhhh.......!!! Dimana kamu May......"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Nur fadillah
Nah kan...kan...baru terasa....😥😥
2023-10-17
0
🍁K3yk3y🍁
hayooo para Adhi yang setia ya
2023-01-10
1
noona jekey💜💜💜
tandain yg namanya Adhi ternyata doyan selingkuh....
2022-12-01
1