Caca menatap rumah Nay dengan raut wajah kebingungan. Dia bergegas menyerbu masuk setelah membayar taksi.
"Nay." Panggil Caca lirih. Memeriksa setiap sudut rumah yang kosong.
Matanya tertarik pada gumpalan kertas yang tergeletak di bawah meja. Segera saja Caca memungutnya lalu membaca isi kertas.
"Astaga separah ini? Hendra menceraikannya."
Caca membuka tas kecilnya lalu mengambil ponsel dari sana. Dia menghubungi kontak milik Nay yang ternyata ponselnya berada di dalam kamar. Kakinya melangkah masuk dan mengambil ponsel milik Nay.
Sebaiknya ku hubungi Hendra..
Tanpa fikir panjang, Caca membuka ponsel Nay yang tidak terkunci. Dia mencari kontak milik Hendra lalu menghubunginya.
Panggilannya tentu tidak di respon sebab Hendra mencoba untuk tidak perduli. Caca tidak kehilangan akal. Dia langsung menghubungi kontak milik Hendra menggunakan nomer miliknya.
📞📞📞
"Ya siapa ini?
Helaan nafas panjang berhembus, ketika suara wanita yang menjawab panggilannya.
"Bisakah saya berbicara dengan Hendra.
"Kau siapa?
"Tolong ini penting. Saya bukan siapa-siapanya.
"Hm oke.
"Siapa ini?
"Aku Caca Mas.
"Caca? Ada apa? Kenapa kau menghubungiku?
"Nay tidak ada di rumah.
"Mungkin dia pergi dan mencari kontrakan baru.
"Bajunya masih utuh. Ponselnya bahkan tidak di bawah. Ini juga ada amplop coklat.
Caca mengambil amplop dan memeriksa apa yang ada di dalam.
"Isinya uang Mas.
Tentu saja Hendra langsung merasa khawatir sebab Nay ternyata tidak membawa uang pemberiannya.
"Aku mohon Mas. Walaupun Mas berniat meninggalkannya tapi tolong cari Nay dulu. Aku takut terjadi sesuatu.
"Aku tidak bisa. Aku sudah tidak mau mendengar kabarnya lagi.
"Astaga Mas. Tega sekali kamu.
"Kalau kau mau, cari saja dia. Jangan menghubungi ku.
📞📞📞
Panggilan terputus begitu saja. Caca membuang nafas kasar seraya memandangi layar ponselnya. Dia tidak percaya dengan apa yang di dengar sebab menurut yang di ketahui, Hendra sangat mencintai Nay.
Seperti apa keadaan Nay sekarang. Kenapa Hendra tega sekali..
Caca memasukkan amplop coklat ke tas miliknya juga ponsel dan barang berharga seperti perhiasan. Dia ingin mengamankannya karena tahu jika rumah milik Nay hanya mengontrak.
Saat kakinya akan melangkah keluar, seorang wanita paruh baya menghampirinya.
"Nay sudah pergi sejak dua jam lalu." Ujarnya seraya memasang wajah ketus.
"Kalau boleh tahu dia di mana ya Bu?"
"Ya tidak tahu Non. Saya tahunya seperti itu."
"Seharusnya tadi di cegah saja Bu."
"Bukan urusan saya. Lebih baik juga pergi dari komplek sini. Anak-anak takut sama wajah Nay sekarang." Caca menghela nafas panjang. Dia belum pernah bertemu Nay semenjak kecelakaan naas itu terjadi. Perkerjaannya yang berada di luar kota menuntutnya.
Aku harus mengawali pencarian di mana?
🌹🌹🌹
Sementara Nay sendiri tengah berbaring lemah di ranjang sebuah kamar. Matanya perlahan terbuka lalu tertutup lagi. Dia menyangka jika sedang bermimpi karena tempat yang terlihat sangat asing.
"Sebaiknya Nona minum ini untuk mengurangi rasa pusing." Sontak saja Nay duduk dengan wajah panik. Kedua tangannya memegang kepalanya yang terasa pusing.
Di mana ini?
Nay menyikap selimut yang menutupi tubuhnya dan berniat pergi. Dia masih saja berniat mengakhiri hidup tanpa perduli pada Alan dan dua anak buahnya.
"Tuan sedang ada urusan sebentar. Setelah ini beliau akan menemui Nona." Nay tidak menjawab. Dia berjalan sempoyongan ke arah pintu dan berusaha membukanya." Sebaiknya Nona jangan melawan." Imbuh Alan lagi.
"Biarkan aku pergi!! Untuk apa kalian mengurung ku!!" Teriak Nay seraya menunjuk kasar ke arah Alan. Dia tidak memahami jika orang yang di tunjuk adalah ketua gangster yang terkenal kejam.
"Tuan saya ingin memberikan penawaran bagus untuk Nona."
"Apa yang bagus hah!! Kehidupan indah yang ku miliki sudah tidak ada!! Semua orang yang ku sayangi meninggalkan aku!! Lalu penawaran bagus apa yang Tuan mu berikan. Keluarkan aku!!! Aku tidak butuh simpatik dari manusia munafik seperti kalian!!!" Alan menghembuskan nafas berat. Harga dirinya terasa di injak-injak. Namun dia berusaha menahan amarah karena rasa bersalah atas kelalaiannya.
"Saya mohon tenang dulu Nona."
"Keluarkan aku!!!" Teriak Nay tidak terkendali. Dia berjalan ke arah gelas yang terletak di atas nakas lalu membanting nya sehingga serpihan-serpihan gelas berserakan. Dengan gerakan cepat, dia memungut satu pecahan cukup besar dan berusaha melukai pergelangannya.
Bersamaan dengan itu, pintu kamar terbuka dan memperlihatkan Kai dengan jas serba hitamnya. Dia bertindak cepat dan mengambil serpihan kaca dari tangan Nay lalu menghempaskan tubuh kecil itu ke atas ranjang.
"Semua orang meminta kehidupan dariku tapi kenapa kau malah menyia-nyiakan hidupmu!!" Teriak Kai seraya membuang serpihan gelas ke sembarang arah.
"Aku memang tidak ingin hidup!" Jawab Nay tidak kalah lantang. Kai membuang nafas kasar. Dia tidak menyangka jika keteledoran Alan membuat wanita berparas cantik di dalam foto berubah sangat buruk." Biarkan aku pergi!!!" Nay kembali beranjak tanpa perduli pada serpihan gelas yang dapat melukai kakinya.
"Ikat dia!!" Pinta Kai tegas.
Kedua anak buah Kai memegangi tubuh Nay sementara Alan mengambil tali. Mereka mendudukkan Nay di kursi kayu lalu mengikatkannya.
"Sialan kalian!! Apa manfaatnya kalian menculik ku!! Aku tidak berharga! Aku sampah..."
"Bisakah kau diam!!!" Teriak Kai geram.
"Bebaskan aku!! Atau bantu aku bunuh diri!!" Nay mulai terisak seraya menggoyang-goyang tubuhnya dan berusaha bebas dari ikatan.
Kai duduk mematung, membiarkan Nay bergerak sebisanya. Menurutnya tidak akan ada gunanya berbicara dengan wanita yang tengah mengalami stres berat. Sehingga dia menunggu Nay sampai lelah dengan ulahnya sendiri.
Setengah jam kemudian. Tidak terdengar teriakan dari mulut Nay. Dia hanya tertunduk seraya terisak. Wajahnya penuh dengan air mata sampai-sampai lantai yang ada di bawah tempat duduknya basah.
"Sudah tenang?" Tanya Kai singkat.
"Tolong Tuan. Untuk apa melakukan ini padaku. Biarkan aku pergi." Jawab Nay masih saja memohon namun kali ini nada suaranya terdengar pelan.
"Aku ingin membantu mu."
"Aku tidak butuh bantuan."
"Sepertinya kau sangat mencintai Suami mu itu?"
"Dia sudah jijik melihatku!!"
"Itu kenapa aku ingin membantu mu." Nay menegakkan kepalanya. Dia menatap lelaki tampan dengan sorot mata tajam yang sedang duduk di hadapannya. Jarak keduanya hanya satu meter sehingga Nay dengan jelas bisa menjelajahi setiap inci wajah Kai.
Wajah yang di lihat Nay terlihat tidak seram dan jauh dari kata kejam. Padahal sosok di depannya seharusnya di takuti sebab Kehidupan Kai di kelilingi dengan darah dari para korbannya.
"Aku tidak berminat." Jawab Nay menolak. Dia merasa lelah dengan hidupnya semenjak kecelakaan naas tersebut.
"Jadi kamu tetap ingin mati dan membiarkan Suami mu pergi?" Nay terdiam. Kepalanya kembali tertunduk. Dia merasa tidak nyaman jika berada di sekeliling orang.
"Cinta tidak harus memiliki."
"Cinta harus di miliki jika kau merasa Suami mu orang yang tepat!"
"Tidak. Asalkan dia bahagia."
"Itu namanya bodoh!!" Nay menelan salivanya kasar. Suara buruk Kai mencerminkan betapa arogan lelaki yang sempat di sebutnya tampan.
Ku rasa Tuan Kai tidak merasa bodoh. Dia menunggu wanita yang bahkan tidak di ketahui keberadaannya. Batin Alan.
"Kalau kau ingin balas dendam. Akan ku bantu." Imbuh Kai menimpali.
"Jika membalas dendam berarti tidak cinta."
"Buat dia bertekuk lutut di hadapan mu." Sontak mata Nay melebar. Dia kembali memberanikan diri menatap Kai." Dia akan kembali mencintai mu seperti dulu." Tawaran tersebut membuat Nay tertarik. Dia masih sangat mencintai Hendra dan menginginkan kehidupan rumah tangganya kembali baik.
"Mana mungkin? Wajahku seperti ini."
"Itu masalah mudah. Tapi, setelah aku berhasil mengembalikan kecantikan mu. Kau juga harus membantu ku."
"Apa yang bisa ku bantu?" Kai beranjak dari tempat duduknya lalu meletakkan sebuah surat perjanjian di hadapan Nay.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
lanjut
2023-01-16
0
Wiki Novita
mantap thor, lanjut trus
semangat!!
2023-01-13
0