Hendra menelan salivanya kasar dengan mata membulat ketika sebuah berkas di geser ke arahnya. Jessy menjanjikan sebuah perusahaan dengan syarat Hendra harus menceraikan Istrinya.
Tentu saja pertahankan Hendra semakin goyah apalagi dirinya memang begitu tertarik pada Jessica. Bukan hanya berparas cantik. Jessy juga kerapkali memanjakannya dengan barang branded dan gaji yang begitu tinggi.
"Itu baru awal. Setelah aku yakin kamu mencintai ku. Semua perusahaan milikku akan menjadi milik mu." Imbuh Jessica menimpali. Dia memanfaaatkan perintah Kai sebagai jurus ampuh menjerat Hendra padahal Kai sudah memberikan uang ganti rugi begitu besar.
Sengaja Kai bersembunyi sebab dia memang selalu melewati jalur belakang. Tujuannya memilih Jessy adalah untuk mempermudahnya memberikan bantuan tanpa membawa namanya.
Jessy dan Kai sudah lama menjalin kerjasama. Sejak itu terjalin, bukan hanya kenyamanan yang Jessy rasakan tapi harga saham perusahaannya terus mengalami peningkatan
"Ayo katakan sayang. Kalau kamu sudah setuju, surat perceraian segera ku urus."
"Aku merasa tidak yakin sayang."
"Ini adalah semua berkas PT. JACO. Lihat, ini surat pengalihan hak milik. Kamu tidak akan lagi menjadi supir tapi seorang pengusaha."
"Aku tidak tahu soal perusahaan. Kamu tahu aku hanya mantan satpam."
"Tenang saja, ada aku. Kamu hanya berperan sebagai Bos setelah ini." Aku akan mendapatkan kebahagiaan batin setelah aku berhasil menikah dengan Hendra.
Faktanya, Jessy sudah mengincar Hendra sejak awal. Di umurnya yang ke 43 tidak membuat gairah seeks nya berkurang. Dia malah menginginkan sosok lelaki muda seperti Hendra yang pasti memiliki stamina sesuai keinginannya.
"Baik sayang. Aku mau." Maafkan aku Nay. Aku berhak memilih hidup.
Jessy tersenyum simpul lalu menyuruh Hendra membubuhkan tanda tangan pada beberapa lembar kertas. Tidak lupa, dia menyuruh kaki tangannya mengurus surat perceraian agar hubungannya dengan Hendra bisa di syah kan.
.
.
.
.
Pukul 11 malam..
Di ruang tengah Nay duduk seraya menonton televisi. Walaupun Hendra melarangnya menunggu namun kebiasaan itu tidak dapat di hilangkan begitu saja.
Bagaimana tidak tubuh Nay semakin kurus, jika setiap hari dia jarang memejamkan mata. Makan pun terkadang lupa karena dirinya kehilangan selera semenjak rumah tangganya berubah dingin.
Jemari tangannya tidak berhenti mengganti Channel televisi. Tidak ada acara bagus menurutnya. Sesekali matanya melirik ke arah ponsel yang sejak tadi pagi hening. Biasanya Hendra selalu meramaikannya dengan beberapa pesan juga panggilan suara ketika dirinya merindukan Nia.
Sudah hampir jam setengah 12. Kenapa Mas Hendra tidak juga pulang.
Triiiing!!!
Cepat-cepat Nay mengambil ponselnya untuk memeriksa pesan.
💌Nay kamu baik.
Wajah Naysila terlihat kecewa saat mengetahui pesan tersebut dari Caca temannya.
💌Ya.
💌Aku baru saja tiba malam ini. Besok ku sempatkan waktu datang ke rumahmu.
💌Tidak perlu.
💌Kenapa? Aku ingin melihat keadaan mu.
💌Aku sudah tidak bisa di kenali.
💌Aku sudah tahu dari teman-teman. Kita sahabat Nay. Aku tidak mungkin meninggalkan mu hanya karena masalah itu.
💌Semua orang pergi. Jangan munafik kamu Ca.
💌Itu tandanya kamu tidak mengenalku dengan baik. Aku tidak menjenguk karena perkerjaan. Ini saja ku sempatkan waktu mengambil cuti.
💌Akan lebih baik kita tidak bertemu.
Pesan beralih pada panggilan suara namun Naysila malah meletakkan ponsel miliknya dan memandanginya. Tidak adanya dukungan membuat perasaannya mengalami hantaman kuat.
Dulu dia di sanjung, di kagumi dan di kelilingi banyak teman juga sahabat. Tapi setelah insiden kecelakaan tersebut, semuanya menjauh karena merasa malu jika harus berdekatan dengan tubuh buruknya.
Ada beberapa orang yang benar-benar merasa perduli dan mencoba menghibur. Namun Nay enggan merespon. Dia menganggap semuanya memiliki kesamaan yang hanya akan mencibirnya ketika berada di belakang.
Nay memutuskan untuk berbaring sambil menonton televisi dengan tatapan kosong. Stres berat kini semakin menggerogoti akal sehatnya. Sampai tanpa sadar matanya tertutup akibat rasa lelah yang meradang.
Baginya hidup terasa tidak berguna tanpa Nia juga Hendra yang selama ini menjadi satu-satunya penghibur dan tempat berkeluh kesah.
.
.
.
.
Singkat waktu. Nay di kejutkan suara gedoran pintu rumah. Dengan tergopoh-gopoh dia bangun dan mengira jika itu adalah Hendra.
Namun ketika pintu di buka. Terlihat seorang wanita paruh baya berdiri di balik pintu tersebut. Dia merupakan pemilik rumah kontrakan yang sekarang di tinggali.
"Ada apa Bu." Tanya Nay lirih. Wajahnya tertunduk karena merasa tidak nyaman dengan tatapan penuh hinaan yang di suguhkan si pemilik kontrakan.
"Masih tanya kenapa?!! Kontrakan ini sudah jatuh tempo satu bulan lalu. Saya masih memberikan kelonggaran karena kasihan dengan musibah yang menimpa kalian." Jawabnya kasar.
"Bukannya sudah di urus Mas Hendra Bu?"
"Kalau sudah di urus, mana mungkin saya menagih."
"Nanti saya bicarakan dengan Mas Hendra ya Bu."
"Dari Minggu lalu juga bilangnya begitu. Tapi itikad baik Suami mu itu tidak ada. Kalau memang sudah tidak di perpanjangan, sebaiknya kalian keluar dari kontrakan agar saya bisa menyewakannya pada orang lain."
"Mungkin Mas Hendra lupa."
"Halah banyak alasan. Jangan fikir saya kasihan sama kamu ya. Saya sudah baik tidak menagih dari satu bulan lalu."
"Iya Bu terimakasih pengertiannya. Saya benar-benar akan membicarakan ini nanti."
"Ya baik. Saya tunggu sampai malam ini. Kalau masih tidak di bayar, terpaksa kalian harus pergi."
"Baik Bu."
"Dasar! Mau enaknya saja. Sudah di tolong malah seperti itu." Gerutu si pemilik kontrakan seraya berjalan pergi.
Nay kembali masuk sambil mengusap keningnya yang berkeringat. Kepalanya mendongak ke arah jam dinding yang tergantung.
Sudah pukul tujuh pagi tapi matahari tidak tampak sebab mendung tengah menyelimuti langit.
"Mas Hendra tidak pulang." Gumamnya lirih.
Baru saja dia akan melangkah masuk kamar, suara mobil Hendra terdengar terparkir. Nay memutar tubuhnya lalu berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintu.
Senyum masih saja mencoba di perlihatkan. Meski Hendra terlihat membuang muka dan enggan melihat ke arahnya.
"Mas tidur di mana semalam?" Tanya Nay lembut. Hendra tidak menjawab dan melewatinya begitu saja. Tangan menyentuh daun pintu lalu menutupnya. Maniknya beralih pada Hendra yang sedang duduk di ruang tamu.
"Aku ingin kita berpisah."
Nay berdiri mematung, gerakan kakinya tertahan ucapan yang meluncur dari bibir Hendra. Kata-kata itu adalah ketakutan terbesar semenjak tubuhnya tidak lagi indah.
"Ma Mas bercanda?"
"Tidak Nay. Ini surat resminya." Jawabnya meletakkan surat dari pengadilan agama. Entah bagaimana caranya Jessy mendapatkan surat tersebut. Otak Hendra tertutup hawa naffsu dan tidak ingin tahu menahu tentang masalah tersebut." Mulai hari ini kamu bukan Istri ku lagi." Hujan perlahan turun, mengiringi pemutusan janji suci sehidup semati.
"Tidak Mas jangan lakukan itu."
"Maaf Nay." Hendra berdiri lalu berjalan ke dalam kamar dan menurunkan koper besar dari atas lemari.
"Bukankah kamu bilang sekarang kamu sudah mendapatkan pekerjaan baik. Kita bisa memperbaiki wajahku seperti dulu." Rajuk Nay berdiri di ambang pintu. Hendra enggan melihat ke arahnya sebab sesungguhnya dia merasa tidak tega.
"Itu sangat mahal. Hidup kita saja seperti ini." Jawab Hendra beralasan. Belum tentu dokter bisa memperbaiki tubuhnya.
"Aku mohon Mas. Kalau Mas Hendra menceraikan ku. Bagaimana hidupku nanti."
"Tenang saja. Aku sudah menyiapkan uang agar nantinya kamu bisa menyewa rumah dan membuat usaha kecil-kecilan." Hendra merogoh jaket hitamnya dan meletakkan sebuah amplop berwarna coklat di atas meja rias.
"Aku juga butuh kamu Mas. Aku tidak bisa menghadapi semuanya sendiri."
"Tidak bisa Nay. Kita bukan lagi Suami Istri. Akta perceraian akan segera di proses."
"Aku mohon Mas hiks hiks hiks. Jangan tinggalkan aku." Rajuk Nay bersimpuh di hadapan Hendra seraya memegang erat lututnya. Dia berusaha merendahkan diri serendah-rendahnya dan berharap Hendra mau membatalkan perceraian.
"Maaf Nay. Jika aku terus mempertahankan pernikahan ini, kamu akan semakin tersakiti. Aku harap setelah ini akan ada seseorang yang bisa menerima kekurangan mu."
"Omong kosong Mas. Kamu saja tidak bisa menerima ku padahal kita sudah berjanji untuk terus bersama. Lalu untuk apa kamu membicarakan orang lain." Nay berusaha menahan langkah kaki Hendra.
"Aku kehilangan selera. Maaf."
Dengan teganya Hendra menyingkirkan tangan Nay lalu cepat-cepat melangkah ke arah mobil. Terlihat jelas mata Hendra mulai berkaca-kaca sebab dirinya juga tidak menyangka jika perpisahan akan terjadi dengan Naysila yang sudah terjalin bertahun-tahun.
Maafkan aku Nay.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
dasar laki² pecundang
2023-11-03
0
Dewi Nurlela
Hendra sdh dibutakan oleh harta semoga kau tak menyesal nanti hendra
2023-01-21
0
Yunerty Blessa
mata hendra telah dibutakan kemewahan
2023-01-16
1