Di sebuah meja makan sederhana. Terlihat berbagai sajian menu makanan tertata. Asap masih mengepul sebab baru beberapa menit yang lalu Nay mengangkatnya dari kompor.
Kepala Nay tertunduk, merasa tidak percaya diri dengan wajah rusak yang di miliki nya. Bagian kanan pipi terbakar begitupun tangan dan kaki.
Beruntung dia masih di berikan kesempatan hidup meski rasa syukur itu tidak terlihat pada sikap Hendra, Suaminya.
Hanya bertahan satu bulan saja. Hendra tidak merubah sikap padanya. Dia masih memberikan perhatian seperti sebelumnya. Namun perlahan-lahan, sikap itu berubah padahal kecelakaan itu bukan sepenuhnya kesalahan Naysila.
"Nia.. Sarapan sudah siap." Ucap Nay setengah berteriak.
Suasana rumah masih saja hening padahal waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Biasa Nia sudah menikmati sarapan paginya dengan memperlihatkan senyuman hangat pada Nay sebelum berangkat ke sekolah.
Cepat-cepat Nay berjalan ke arah kamar Nia lalu membuka pintu. Terlihat tempat tidur tertata rapi dengan rak buku dan meja belajar yang masih utuh tidak tersentuh.
"Hentikan kegilaan mu Nay! Kau masih saja berharap anak kita selamat!" Ujar Hendra menyadarkan Nay jika Nia meninggal akibat insiden tersebut.
"Nia.." Isakan tangis kembali terdengar. Membuat otak Hendra seketika memanas.
Bukan hanya perubahan fisik yang dia dapatkan. Nay menjadi tidak waras dan gampang menangis akibat kehilangan anak semata wayangnya.
"Terus saja begitu!" Sontak Nay membungkam mulutnya dengan tangan. Dia selalu terbawa perasaan seperti sekarang.
"Maaf Mas." Nay menutup pintu kamar Nia lalu berjalan menghampiri Hendra yang tengah memakai sepatu mengkilap nya." Kamu mau ku ambilkan atau ambil sendiri." Imbuhnya menawarkan.
Hendra tidak bergeming. Dia terlihat tergesa-gesa mengenakan sepatu seakan ingin segera pergi dari hadapan Nay.
"Mas." Perlahan tangan kanan Nay menyentuh pundak Hendra yang langsung tersingkir saat Hendra berdiri.
"Aku sarapan di luar." Jawab Hendra tanpa menatap ke arah Nay. Wajah itu begitu memuakkan untuknya semenjak dia di angkat menjadi supir pribadi bos pemilik perusahaan besar di mana dia berkerja.
"Aku sudah memasak Mas. Cicipi sedikit saja. Aku memasak makanan kesukaan mu dan Nia."
"Nia sudah meninggal! Kau harus ingat itu!" Sama sekali nay tidak merasa tersinggung dengan ucapan kasar Hendra. Dia ingin memahami jika mungkin Suami nya membutuhkan waktu untuk bisa menerima keadaannya sekarang.
"Iya Mas. Maaf, kadang-kadang aku masih lupa."
"Hm."
"Ku temani sarapan."
"Tidak. Sudah ku katakan. Aku sarapan di luar. Aku tidak berselera makan di rumah!!"
"Karena melihat ku?" Tanya Nay pelan.
"Bukankah setiap hari kau sudah ku suruh bercermin! Paling tidak pakailah penutup wajah dan baju lengan panjang. Kau sudah tidak cocok mengenakan dress ini!!" Menyentuh ujung baju Nay dengan gerakan kasar.
"Itu musibah Mas. Aku juga tidak ingin ini terjadi.."
"Kau tahu bagaimana perasaan ku sekarang. Ketika aku pulang kerja lalu melihat wajah buruk mu?" Nay berjalan mendekat, meraih jemari Hendra sehingga membuat Hendra sontak memundurkan tubuhnya untuk menghindar. Dia tidak ingin menyentuh kulit menjijikan milik Nay." Aku mencoba menerima kenyataan. Aku ingin mencintaimu seperti dulu tapi.. Ini memuakkan Nay. Aku tidak bisa hidup dengan wanita buruk seperti mu." Hati Nay seakan tergores belati tajam. Sikap dingin Hendra sudah terlihat beberapa Minggu lalu tapi sekalipun dia tidak pernah membayangkan sebuah perpisahan terjadi di pernikahannya.
"Aku mohon Mas. Jangan bicara seperti itu. Aku juga tidak ingin semua terjadi."
"Maaf Nay. Aku tidak bisa bersikap sehangat dulu. Kamu terlihat asing untuk ku."
"Terserah jika Mas Hendra mau menjauhi aku tapi jangan punya niat untuk meninggalkan aku." Hendra tidak menjawab. Dia hanya menghembuskan nafas berat seraya meraih tas kecil miliknya.
"Aku pergi. Nanti malam sebaiknya kamu tidur langsung saja. Tidak perlu menunggu ku." Hendra memperlihatkan kunci serep.
"Ya Mas." Nay menyeka pipi basahnya. Dia mengulurkan tangan dan berniat mencium punggung tangan Hendra. Tapi lelaki yang di sebutnya Suami itu pergi begitu saja. Masuk ke dalam mobil mewah berplat merah.
Nay terduduk lemah, menangis sejadi-jadinya sambil menatap kepergian Hendra. Dia tidak pernah membayangkan jika rumah tangganya akan di terpa bencana. Mengingat kehidupan hangat dan sikap hangat nan dewasa yang kerapkali Hendra suguhkan.
Rumah yang dulunya terasa hangat kini terasa sedingin es. Apalagi Nay harus menghadapi semuanya sendirian sebab Nia satu-satunya pelipur lara juga pergi meninggalkannya.
"Kenapa Tuhan!! Kenapa kau hadapkan aku dengan masalah seperti ini!!" Isakan tangis berubah menjadi histeris. Para tetangga yang tidak sengaja melintas malah mencibirnya dengan gosip murahan.
Anak-anak sekitar sering mengolok-olok Nay seperti nenek sihir ketika dia membeli sayur atau menyapu halaman depan. Para orang tua terdengar memperingatkan. Tapi rupanya peringatan itu hanyalah omong kosong. Di belakang Naysila mereka mencibir bahkan menertawakan fisik menyedihkan tersebut.
Braaaakkkkk!!
Nay membanting pintu rumahnya lalu berjalan ke arah dapur. Dia membuang semua makanan yang tersaji di meja sambil berteriak-teriak mengutuk dirinya sendiri.
"Aku memang bukan manusia!! Aku tidak lagi terlihat seperti manusia!! Berikan aku keajaiban Tuhan!! Kau dengar Suamiku mulai jijik melihatku. Aaaaaaaaaagggghhhhh!!! Kenapa tidak kau bunuh saja aku!!!"
Praaaaaannnggggkkkk..
Nay melemparkan satu piring ke arah lemari kaca. Serpihannya berceceran di lantai sementara Nay terduduk di bawah kursi makan.
Hendra begitu tega memojokkan perasaan Nay. Dia seharusnya berperan sebagai sosok penyemangat namun cinta Hendra tidak sebesar itu.
Sekuat apapun Hendra berusaha menerima. Tapi dia memang mencintai Naysila karena bentuk fisik yang teramat sempurna.
Nay memiliki bentuk tubuh ideal walaupun dia sudah menyandang status Mama. Kulitnya putih bersinar dengan rambut ikal alami. parasnya juga begitu cantik hampir sempurna sehingga kala itu Hendra begitu buta di buatnya.
Namun sekarang. Hendra harus melihat wajah buruk itu sampai membuatnya kehilangan selera.
"Maaf Nay. Aku tidak bisa berbohong lebih lama lagi. Aku muak melihat wajahmu." Eluhnya di dalam mobil sambil fokus menyetir. Raut wajahnya terlihat gelisah sebab sebenarnya dia merasa iba dengan keadaan Nay sekarang.
Seketika rasa gelisah itu sirna saat mobilnya terparkir di sebuah rumah mewah. Di depan rumah tersebut berdiri seorang wanita cantik dengan gaya modis. Gaun ketat yang di kenakan membuat bentuk tubuh sempurna nya terekspos bebas.
"Maaf Mbak saya telat." Ucap Hendra membuka pintu mobil untuk Jessy.
"Ini belum di perusahaan sayang. Jangan memanggilku Mbak." Hendra tersenyum simpul. Selama ini perubahan sikapnya tidak sepenuhnya akibat fisik Nay. Pernyataan cinta Jessy membuat cintanya goyah apalagi janda kaya raya itu menjanjikan kehidupan mewah.
"Nanti di dengar pembantu mu."
"Ah mereka tidak penting." Jessy masuk di ikuti oleh Hendra.
"Kemana jadwal hari ini?"
"Ke apartemen. Aku ingin mengobrol santai."
"Memangnya kamu tidak sibuk?"
"Tidak sayang. Sebenarnya hari ini kamu bisa libur tapi aku tidak tega melihat mu bersama Istri mu yang buruk rupa itu." Hendra tersenyum simpul. Dia ikut merasa tersakiti ketika Jessy menghina Nay. Tapi kenyataan soal itu terlihat jelas sehingga Hendra memilih bungkam." Lantas kapan kalian bercerai?" Tangan lentik Jessy mulai meraba paha Hendra dengan gerakan memutar.
"Aku masih kasihan padanya."
"Aku butuh kejelasan sayang. Em hal yang ku bicarakan nanti pasti akan membuatmu bersemangat untuk bercerai. Daripada kamu hidup bersama wanita yang tidak lagi kamu sukai bukankah lebih baik kamu akhiri saja semuanya."
"Hm aku masih memikirkan itu." Hendra tersenyum simpul seraya fokus menyetir. Niat berpisah sudah terencana satu Minggu lalu tapi dia tidak tega mengutarakannya. Bagaimana jika setelah aku mengatakan perpisahan Nay semakin terpuruk? Aku takut dia berbuat nekat, tapi.. Aku juga berhak bahagia..
Sungguh egois perkataan Hendra. Dia berhak bahagia tanpa memikirkan bagaimana perasaan Nay nantinya saat dia menuntut perpisahan ketika keadaannya sedang berada di puncak keterpurukan.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
jahat sekali hendra..hanya kerana wajah saja langsung mau bercerai
2023-01-16
1