Kemudian Mala duduk di kursi yang di tunjuk Abian barusan, sementara Abian menarik kursi yang ada di sampingnya dan duduk di depan Mala.
"Emmm...Abian aku minta maaf, aku tadi refleks menghambur ke arah kamu dan memelukmu, itu semua karena aku merasa kamu sudah menjadi dewa penolong bagiku," ucap Mala pada Abian setelah mereka berdua saling duduk berhadapan.
"Ya, gak apa-apa, tapi.....kenapa tadi pacar kamu sampai menampar dan memukul kamu seperti itu?" tanya Abian mulai mengorek keterangan dari Mala.
Mala menatap Abian agak lama lalu perlahan Mala menghela nafas dalam-dalam seolah ada beban yang sangat berat yang menyesakkan dadanya.
"Beno memang seperti itu orangnya, kasar dan selalu main tangan sama aku, awalnya aku gak tahu kalau dia suka main tangan tapi setelah melewati masa pacaran beberapa bulan, Beno mulai menampakkan keburukannya yang suka main tangan sama aku, tiap kali kita berantem masalah yang sepele, Beno tidak segan-segan melayangkan tamparannya di mukaku," ucap Mala sambil menitikkan buliran bening di sudut-sudut matanya.
Abian mengangguk-anggukkan kepalanya dengan perlahan setelah mendengar cerita dari Mala tentang Beno pacarnya itu.
"Lantas kamu masih bertahan sampai saat ini setelah tahu sifat Beno yang seperti itu?" tanya Abian lagi.
Mala menatap Abian, lalu Mala berkata pada Abian.
"Sebenarnya aku sudah tidak tahan dengan perlakuan Beno yang seperti itu, aku ingin pergi darinya tapi aku takut karena Beno pasti tidak akan rela aku pergi."
"Terus?" tanya Abian.
"Aku.....aku.....ingin kamu menolong aku ya Bi...?" ucap Mala dengan terbata sambil memegang tangan Abian yang ada di atas meja.
"Maksudmu?" tanya Abian dengan wajah kebingungan mendengar pertanyaan Mala.
"Semua orang sudah tahu Bi, kalau hari ini kamu telah menjadi dewa penolong bagiku dan aku merasa kamu adalah orang yang tepat untuk menjadi pelindung aku."
"Eee ... aku gak ngerti dengan apa yang kamu bicarakan," ujar Abian sambil menatap Mala.
Mala tersenyum melihat Abian kebingungan mendengar perkataannya barusan.
"Sudahlah Bi, gak usah pikirin soal itu dan sekarang aku mau berterima kasih karena kamu sudah menolong aku dari Beno tadi, sekali lagi terimaksih ya Bi," ujar Mala dengan tersenyum bahagia menatap Abian.
"Ya, sama-sama sudah menjadi kewajiban laki-laki menolong orang yang teraniaya apalagi itu seorang wanita."
"Bi, pasti senang dan bangga wanita yang bisa menjadi pacar kamu, karena kamu adalah laki-laki sejati yang bisa menjadi pelindung dan pengayom dari wanita," ujar Mala dengan menatap Abian.
Abian tersenyum mendengar perkataan Mala.
"Oh ya Mala, aku masuk ke kantor dulu ya," Abian beranjak dari tempat duduknya dan kemudian berjalan meninggalkan Mala yang masih duduk di situ.
Mala menatap kepergian Abian dengan tatapan bahagia dan bangga.
"Aku yakin Bi, kamu adalah orang yang tepat buat aku," gumam Mala sambil terus menatap kepergian Abian.
Abian berjalan menyusuri koridor kantin menuju ke ruang kantornya dan setiba di dalam ruang kantornya tiba-tiba Abian teringat pada seseorang.
Kemudian Abian mengurungkan niatnya untuk duduk di kursi kerjanya, Abian beranjak dari ruang kantornya dan berjalan keluar menuju ke ruang kerja Reyna pacarnya yang sedari tadi sedang meeting bersama owner kantor mereka.
Tanpa mengetuk pintu ruang kantor Reyna, Abian segera masuk ke dalam dan di sana Abian melihat kursi Reyna yang kosong, Abian tidak melihat keberadaan Reyna di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Endang Supriati
kenapa beno bisa kasar begitu,! krn maya sdh dipakai sdh dobol barangnya. jd beno udh bosan! udh muak liatnya. udh engga perlu diperjuangkan. begutulah laki2 hampir 1 juta persen. cova kalau msh ori bersegel bisa jaga diri,tdk murahan tdk sembarangan lah laki2 jd layak diperjuangkan.
2024-10-09
0