Di depan bangunan rumah tak jauh dari kantor Agency Daren, Ann sudah menunggu kekasihnya itu sejak satu jam yang lalu. Perutnya mulai keroncongan, seharian ini ia hanya menyantap roti saat sarapan tadi pagi.
Tatapan Ann yang sejak tadi nampak suram perlahan mulai berbinar saat dari kejauhan ia melihat sosok Daren keluar dari kantor Agency. Seperti biasa, Daren akan keluar dari sana dengan mengendap-endap dan Ann akan menyusulnya diam-diam. Begitu mobil Ann sudah mendekat, lekas Daren masuk dengan terburu-buru.
"Fiuh!" desahnya lega begitu sudah duduk di dalam mobil Ann.
"Aku laper banget, Beb. Kita makan dulu aja, ya?!"
"Yaaah, aku sudah makan tadi di dalem, Beb. Pak Jeremi ulang tahun dan bawa nasi tumpeng buat dimakan bareng-bareng!"
Ann menghembuskan nafasnya kecewa, padahal tadi ia sudah membelikan makanan kesukaan Daren.
"Aku lupa kalo kamu bawain aku bekal, maaf ya!" sesal Daren sembari menarik tangan Ann dan menggenggamnya erat.
"Ya sudah, lah. Aku makan sendiri aja nanti di rumah."
"Loh, katanya tadi kamu laper? Makan dulu, deh. Sini aku yang setir!" perintah Daren.
Ann menurut, ia menepikan mobil sedannya dan berpindah posisi. Saat Daren sudah mulai melajukan mobilnya, Ann menarik paper bag di kursi belakang. Ia mengeluarkan sekotak nasi padang yang tadi sudah ia bungkus untuknya dan Daren.
"Wah, nasi padang, ya?" tanya Daren seraya melirik kotak di pangkuan Ann.
"Iya," sahut Ann singkat, membuka kertas yang membungkus sendok plastik dan mulai melahapnya perlahan.
"Sebulan ke depan kayanya aku bakalan sibuk banget dengan road show ke beberapa kota, Beb. Film baruku sukses banget di pasaran dan PH sudah janji mau kasi bonus!" terang Daren berapi-api.
Ann menelan nasi yang susah payah ia kunyah meski tak berselera. Mendengar cerita Daren membuatnya semakin kehilangan selera makan.
"Kamu tahu, nanti bonusnya akan aku pake buat kita jalan-jalan ke Korea! Kamu pengen banget kan ke Jeju Island?!" Daren menolehi Ann sekilas.
Ann menghembuskan nafasnya sedih, ia membuang tatapannya keluar jendela. Kedua matanya mulai panas, ia meletakkan sendok yang sedari tadi hanya ia genggam erat dan menutup kotak makannya.
"Loh, kok nggak dihabisin?" tanya Daren heran saat Ann memasukkan lagi kotak tadi ke dalam paperbag dan meneguk air mineral hingga tandas.
Ann mengatur nafasnya yang naik turun menahan sedih dan air mata.
"Bulan depan aku akan menikah, Beb," desis Ann lirih.
"Hah? Jangan becanda kamu, Beb!"
Ann menatap Daren dengan cepat, berharap sorotan matanya mengungkapkan segalanya.
Daren hanya bisa terhenyak melihat tatapan tajam itu. Ia menghela dan menghembuskan nafasnya gusar. Lekas ia menepikan mobil Ann di tempat yang sepi.
"Beb, jangan becanda!" ulang Daren masih syok.
Air mata Ann menetes, ia kembali membuang muka namun Daren menarik tubuh kekasihnya itu dan memeluknya dengan erat.
"Beb, jangan tinggalin aku."
"Menikahlah denganku, Daren!" rintih Ann pilu.
Daren tak menyahut, ia merasakan seluruh tubuhnya mendadak panas.
"I will, Beb. Aku akan menikah denganmu. Tapi nggak dalam waktu dekat ini!" ucap Daren frustasi.
"Papa nggak peduli dengan semua itu. Aku akan membayar semua penalti bila kamu melanggar kontrakmu. Aku mohon, Daren. Aku nggak mau menikah dengan siapapun selain kamu!"
Daren semakin mengeratkan pelukannya dan menghembuskan nafasnya gusar.
"Nggak semudah itu, Beb. Sanksi sosial akan lebih berat untukku kalo kita menikah secepat ini."
"Aku tahu. Tapi apa kamu rela melihat aku menikah dengan laki-laki lain?"
"Nggak! Kamu selamanya milikku, Beb!"
Ann menyeka air matanya dan mengurai pelukan Daren. Ia menatap tajam pada kekasihnya itu.
"Maka dari itu, ayo kita menikah! Apakah aku tidak lebih penting dari popularitasmu, huh?!"
"Beb! Kenapa kamu jadi egois seperti ini, sih?!"
"Kamu yang egois, Daren! Tiga tahun kita menjalani semua ini diam-diam hanya karena kamu takut fans-fans wanitamu itu meninggalkan kamu, tapi kamu sama sekali nggak peduli dengan perasaanku yang selalu dinomor duakan. Kamu yang egois!!" rutuk Ann dengan berlinang air mata.
Daren tak menyahut, ia menatap Ann dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan. Hatinya seketika sakit.
"Kalo kamu berpikir aku egois, berkacalah dulu pada dirimu sendiri! Siapa yang lebih egois dari hubungan ini!" cecar Ann tak kuasa menahan sakit hati dengan perkataan Daren tadi.
"Lalu kamu mau bagaimana, Beb?" tanya Daren sedih. "Aku nggak bisa menikah denganmu dalam waktu secepat itu. Maafkan aku."
"Kamu...!" Air mata Ann semakin menetes deras. Ia membuang muka dan membiarkan tetesan demi tetesan air mata itu meluruhkan sakit di hatinya.
"Maafkan aku, Beb."
"Baiklah. Kalo begitu ini akan menjadi kali terakhir kita bertemu."
"Beb—"
"Keluarlah, Daren. Aku mau pulang!"
"Beb!"
"Keluar."
Daren menghembuskan nafasnya sedih. Ia kembali mengenakan topinya dan membuka pintu mobil Ann dengan batin terluka. Ia sungguh tidak ingin kehilangan Ann, namun kehilangan popularitasnya juga bukanlah pilihan yang sepadan. Daren keluar dari mobil Ann dan membiarkan kekasihnya itu pergi meninggalkannya di tepi jalanan yang sepi.
Sementara itu, di dalam mobil yang melaju dengan kencang, Ann kembali menumpahkan air matanya. Tiga tahun bersama Daren terasa sia-sia setelah lelaki itu lebih memilih dunia gemerlapnya dibanding hidup berdua dengan Ann. Ironis sekali.
**************
Hola, Bestie!
Jan lupa klik ❤️ & 👍🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments