..."Hatiku rapuh jika harus terus melibatkan perasaan"...
"Xander"ucapnya panik
Sungguh tidak pernah ia sangka dibalik kemeja dengan punggung yang tegap itu terdapat luka dibaliknya.
"Apa yang terjadi?"lanjutnya mengobati luka
Xander hanya diam terkadang menahan sakit ketika diobatinya.
"Tolong jangan banyak bergerak"pintanya
Padahal baru saja sepertinya dia keluar dari kamar mandi, kenapa ini bisa terjadi?. Xander tetap diam, menatap intens Lixi. Seakan tahu ada yang aneh dengan tatapan Xander, Lixi pun sadar. Ia hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Memperlihatkan bahu dan paha yang mulus seputih susu.
"Maaf-maaf"ucapnya segera pergi menuju ruang ganti
Ada kemajuan kan?, buktinya Lixi khawatir sampai lupa kalau hanya memakai handuk saja. Hal itu hanya dia satu-satunya yang tahu, benar memang harus dirinya. Setelah Lixi mengganti pakaiannya, segera ia keluar menghampiri Xander. Namun, entah apa yang membuat Xander tiba-tiba berdiri lalu mencium keningnya.
"Tidur"perintahnya memeluk pinggang Lixi dari belakang dan mendorongnya ke ranjang
Lixi yang tanpa persiapan langsung terbaring di ranjang, dengan Xander yang mengeratkan pelukannya di pinggang. Ini terlalu dekat, sampai ia bisa merasakan hembusan nafas menembus kulit lehernya.
"Ba-baiklah"ucapnya terbata-bata
Waktu terus berjalan, jam terus berdetak, dan hari semakin malam. Keesokannya, ia cukup terkejut karena setelah bangun sudah berada dirumahnya. Benar-benar Xander tidak membiarkannya kelelahan. Seperti biasa pagi-pagi ia bersiap untuk berangkat sekolah. Mandi, lalu sarapan setelahnya bergegas ke sekolah.
"Yo, bagaimana sepupumu?"tanya Theresa langsung duduk disebelahnya
"Bagaimana apanya?"tanyanya balik
"Ya kemarin, masa sih dia sepupu lo gue gak percaya"jawabnya menyela
"Atau jangan-jangan..."lanjutnya menggoda sambil meledek Lixi
"Jangan mikir aneh-aneh deh"ucapnya menasehati
Kring kring
Suasana kembali tenang, lalu guru pun datang dan mulai mengajar. Menjelaskan dan menerangkan materi sambil menuliskannya di papan tulis. Lixi sesekali memperhatikan guru yang menjelaskan materi namun, fokusnya teralihkan dengan Theresa yang terlihat sibuk mencatat. Padahal guru belum menyuruh untuk mencatat, atau mungkin ini caranya. Unik, setiap orang pasti punya caranya tersendiri untuk belajar. Tapi, dirinya tidak suka mencatat sebelum diterangkannya materi itu selesai. Sebab hal itu akan menggangu materi yang akan masuk ke dalam otaknya setelah selesai diterangkan. Membuatnya tidak bisa memahami dan mengerjakan materi tersebut.
"Kenapa lo liatin gue?"ucap lirih Theresa agar tidak terdengar guru karena melihat Lixi yang terus melihatnya mencatat
"Gak papa"balasnya kembali melihat depan dan mendengarkan guru
"Aneh"timpal Theresa lalu melanjutkan kembali mencatat materinya
Apa yang sekarang Lixi rasakan, ia seakan-akan tahu sesuatu akan menghampirinya. Entah hal baik atau buruk yang akan menimpanya, yang pasti perasaan membuncah di dada dan detak jantung yang berdetak tak beraturan. Semakin membuatnya ingin segera lepas dari situasi yang tak nyaman ini. Ia mencoba tenang dengan mengalihkan perhatiannya, ya dia melakukan itu.
"Silahkan ditulis dibuku catatan kalian"perintah guru setelah selesai menerangkan
Ia pun mulai mencatat materi itu, Theresa yang sudah selesai mencatat pun melirik kearahnya.
"Gue udah selesai nih"ucapnya memberikan buku catatannya kepada Lixi
"Ya bagus"puji Lixi menerima bukunya
Kalau sudah ada buku Theresa yang mudah dibaca, kenapa harus susah-susah mengeja tulisan guru yang agak sulit dibaca.
Kantin sangat ramai sekarang, Lixi dan Theresa duduk untuk menikmati makanan mereka. Disaat makan dan tidak ingin diganggu seorang siswa datang menghampiri mereka.
"Hei boleh gue duduk disini?"tanyanya
Mereka menatap siswa itu yang ternyata seorang laki-laki, Lixi kemudian melanjutkan makanannya. Sedangkan Theresa merasa canggung dan mencoba menetralkan rasa terkejutnya.
"Boleh, silahkan"balas Theresa tersenyum ramah
Tempat umum kan? kenapa harus meminta izin. Siswa tersebut duduk disebelah Lixi, tapi Lixi mengabaikannya. Melihat hal itu semua siswa di kantin terlihat berbisik-bisik disana.
"Jadi siapa nama lo?"ucapnya bertanya pada Theresa
"Gue, Theresa kak"balasnya senang karena dia yang pertama ditanya
"Dan lo?"tanyanya menatap Lixi
Mendengar siswa itu bertanya namanya, pegangan pada sendok Lixi semakin mengerat. Namun, segera ia menormalkannya dengan raut wajah seramah mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Lixi"ucapnya tersenyum tipis
Siswa itu kemudian berbincang-bincang bersama Theresa, sesekali terlihat Theresa yang tersenyum malu-malu dibuatnya. Apa?, dia mengabaikan Lixi begitu saja. Theresa bahkan seperti melupakan dirinya yang berada disana. Lixi mengamati siswa yang duduk disebelahnya itu. Siapa dia?, sepertinya Theresa mengenal siswa ini. Saat Lixi sibuk memperhatikan siswa itu, dia menoleh kearahnya dan tersenyum.
"Hng?"lenguhannya gelagapan karena tertangkap basah, lalu dengan cepat-cepat mengalihkan pandangan.
Siswa itu terkekeh melihat tingkah lakunya, dia tahu kalau Lixi belum mengenalnya, terlihat sangat dari caranya menatap.
"Gue Kenzo"ucapnya lalu tiba-tiba mengusap puncuk kepala Lixi
Seisi kantin mendadak hening, Theresa yang melihat itu pun terdiam. Lixi?, dia mematung diperlakukan seperti itu.
"Oh iya, hahaha"ucapnya setelah itu tertawa canggung
Siswa itu kemudian hanya berdehem yang menyadarkan suasana di isi kantin. Tanpa menunggu lama karena sebentar lagi bel berbunyi, mereka memakan makanan mereka masing-masing.
Kring kring kring
Tepat sekali makanan pun habis, Lixi akan bangkit dari tempat duduknya. Namun, tangan itu menahannya.
"Lo bisa panggil Kenzo, oke?"pintanya tanpa melepas pergelangan tangan Lixi
"O-okey"balasnya menatap bingung Kenzo
Ada apa sebenarnya?, kenapa Kenzo terlihat sangat terkenal. Seisi kantin bahkan dari tadi diam memperhatikan tindakannya kepadanya. Sudahlah biarkan saja waktu pelajaran akan segera dimulai. Didalam kelas Lixi terus dihujami pertanyaan-pertanyaan oleh Theresa. Bagaimana Lixi tidak mengenalnya, ya ampun saking sibuk dengan dunianya sendiri nama Kenzo saja tidak tahu. Yang seluruh kelas tahu namanya ck ck ck. Bukan begitu, hanya saja Lixi tidak ingin terlihat menonjol. Jadi, dikelasnya saja ia terkenal.
"Lo suka ya sama dia?"tanya Lixi pada akhirnya
Theresa melotot mendengar pertanyaan tersebut, karena Lixi agak mengeraskan suaranya.
"Ssssst, jangan keras-keras"ucapnya menutup mulut dengan telunjuk jari kirinya
Lixi yang keceplosan tidak bisa menjaga mulut segera menutup rapat mulutnya. Perlahan ia melihat seisi kelas, syukurlah mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
"Hehehe sorry"ucapnya memperlihatkan deretan gigi yang rapih
Lain kali jaga mulutmu Lixi jangan sampai membuat orang lain tidak suka dan tersinggung karena ucapanmu. Ingat?, jangan ikut campur urusan orang lain, hargailah mereka. Tanpa mengatakan apapun Theresa kembali duduk saat guru tiba. Yah marah, hati Lixi jadi sedikit sakit melihat Theresa yang diam saja.
"Theresa maaf ya, ya ya ya?"pintanya sambil menggoyangkan lengan Theresa
Theresa tetap diam, membuatnya semakin merasa bersalah. Sudahlah bujuknya nanti, lebih baik ia mendengarkan guru.
...🖤_______________💖...
...Kenzo:...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments