2.Siapa Lo Hah!

..."Semuanya akan baik-baik saja, tetap tenang dan jangan tergesa-gesa"...

Setelah kejadian yang tak sempat diduganya, Lixi benar-benar khawatir sekarang. Ditambah sepertinya siswa itu juga bersekolah disini, membuatnya harus sering bertemu dengannya.

"Lixi, siapa dia?"tanya Theresa penasaran

Ia hanya menatap siswa itu sekilas, karena dari tadi dia terus melihatnya. Membuat risih tau gak?, apa tidak ada hal lain yang siswa itu lakukan selain menatapnya.

"Gue gak tahu"balasnya

"Loh, katanya kalian deket?"lanjutnya bingung

Sudah diduga pasti ini akal-akalannya, dengan membuat Theresa percaya kalau ia dan dia dekat. Percaya diri sekali, sampai kapan pun itu tidak akan pernah terjadi.

Dari raut wajah Lixi yang tidak bersahabat, sudah bisa ditebak kalau dia tidak suka siswa itu. Sebenarnya juga salah dia sih, ninggalin Lixi di toilet bareng siswa yang tidak dikenalnya. Laki-laki lagi, kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan bagaimana coba?. Padahal Lixi sudah mengingatkan untuk menunggunya.

"Sok kenal dia"ucapnya cuek

"Oh..."ucap Theresa merasa bersalah

Kring-kring

Bel berbunyi menandakan pembelajaran telah usai, waktunya pulang dan berkemas-kemas.

"Baiklah semua hati-hati di jalan, dan selamat sore"ucap guru

"Sore"ucap para siswa serempak

Semua siswa berhamburan meninggalkan kelas kecuali yang hari ini piket, jadi pulangnya terakhir. Lixi bagian mengepel sementara Theresa bagian menyapu.

"Udah selesai nih, gue buang sampah dulu ya"ucap Theresa

"Iya"balasnya

Lixi sekarang sendirian dikelas, dengan kegiatannya mengepel lantai.

Kriet...klek

"Apa yang lo__"ucapnya terkejut dan menjatuhkan pelnya

Bruk

Belum sempat menyelesaikan perkataannya siswa itu langsung mendorong Lixi ke meja di kelas tersebut hingga terbaring di atasnya.

"Awww, lo"ucapnya tidak bisa berkata kata

"Ssst, diam baby"ucap siswa itu serak

Dengan tanpa aba-aba siswa itu mencium bibir Lixi dengan rakus seakan ingin memakannya. Lixi yang terus memberontak tidak bisa berbuat apa-apa, karena tubuh yang terkunci dibawah kukungan siswa itu.

Lama-kelamaan siswa itu semakin menindih, membuat tubuh mereka menempel tanpa jarak. Bahkan dengan lancang tangan itu meremas pinggangnya.

"Siapa pun tolong aku"batinnya berdoa

Mendadak suara Theresa terdengar dari luar kelas ke telinganya.

"Lixi, Lixi lo udah pulang?"ucap Theresa mencari keberadaaan Lixi

Karena tidak ada jawaban, ia berfikir mungkin Lixi sudah pulang, pintunya saja sudah dikunci.

Theresa pun segera pulang tidak sabar ingin mencicipi masakan mamanya, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada temannya Lixi.

"Theresa..."batin Lixi mendengar suara langkah kaki menjauh

Perlahan air matanya turun membasahi pipi, sesekali terisak dalam ciuman siswa laki-laki diatasnya.

Beberapa menit kemudian siswa itu melepaskan ciumannya, lalu menatap lekat Lixi. Rambut yang berantakan, mata yang terlihat bersinar padahal berkaca-kaca akibat menahan tangis, dan bibir yang bengkak akibat ulahnya.

"Cantik hm"batin siswa tersebut

Tangan siswa laki-laki itu terangkat, lalu mengusap lembut pipinya. Tatapannya melembut seiring dengan isak tangis Lixi yang perlahan-lahan terhenti. Kemudian ia membantu Lixi bangkit untuk duduk. Setelahnya mengambil pel yang tadi dipegang Lixi, lalu melanjutkan mengepel kelas yang belum dipel Lixi.

Selesai lantainya bersih, ia mendekat ke Lixi, memeluknya erat dan mencium lembut puncuk kepalanya.

"Sehat-sehat ya baby"ucapnya menasehati

Keluar, satu kata yang ada dibenaknya sejak tadi. Kenapa tidak keluar dari tadi?, kenapa harus hal yang tidak senonoh itu yang dilakukan dia kepadanya. Kenapa dia harus datang kesini?. Lixi merasa harga dirinya diinjak-injak, bahkan nyaris merasa tidak ada harga dirinya.

Setelah kejadian dimana Theresa berfikir Lixi pulang meninggalkannya, Theresa sempat mendiami Lixi karena itu.

Bahkan ia tidak bicara ketika Lixi datang, biasanya ia akan menyapa Lixi ketika menghampirinya. Tetapi karena Lixi pandai membujuk Theresa, akhirnya ia mau bicara.

"Kemarin lo ninggalin gue sih"ucap Theresa kesal

"Ya sorry kemarin, gue ada urusan"ucapnya berusaha tersenyum

Sepenting apa sampai pulang ninggalin dia sendirian, tidak setia kawan sekali. Karena Theresa yang tetap kesal, ia memutuskan untuk mentraktirnya saja.

"Jadi, apa urusan lo?"tanyanya penasaran sambil mengunyah makanan

"Lo tahu?, privasi Theresa"balasnya tersenyum manis

"Ya ya ya"ucapnya mengejek

Greget memang kalau punya teman yang susah dibilangin, meladeni tidak akan ada habisnya. Pilihan yang tepat adalah diam tanpa berniat membalasnya. Lebih baik ia tidak menceritakan ke siapa pun. Karena pada dasarnya, walaupun Theresa temannya, tidak menutup kemungkinan hal itu akan terungkap. Jahat memang, tapi ia tidak ingin membebani Theresa akan hal itu. Cukup ia yang merasakannya, jangan sampai hal itu terjadi pada Theresa.

"Sudah Lixi, gue hanya bercanda"ucapnya terkikik geli akan ekspresi tertekan Lixi

Ya bercanda, Theresa kan hanya punya Lixi, satu-satunya teman dikelasnya. Dan Theresa adalah salah satu dari sekian teman Lixi yang selalu bersamanya.

Brak

"Aaaahk"teriak terkejut semua siswa yang berada di kantin

Entah apa yang terjadi mendadak datang segerombolan siswa. Salah satu siswa yang tadinya sedang makan dengan tenang, tanpa aba-aba langsung dibanting oleh salah satu dari mereka.

Kantin yang tadinya tenang mendadak riuh karena kedatangan mereka. Namun lain halnya dengan Lixi dan Theresa, mereka seakan tidak terganggu akan kedatangan mereka.

"Thanks traktirannya"ucap Theresa kenyang

"Iya sama-sama"balasnya

"Heh Lo berdua"ucap salah satu dari mereka

Lixi dan Theresa duduk membelakangi mereka agak jauh. Jadi, mereka tidak melihatnya.

"Habislah, sepertinya mereka berdua tidak tahu siapa mereka"batin semua siswa yang sudah tahu tentang mereka

"Hm ada apa?"ucap Theresa menoleh menatapnya

"Loh adik, ngapain lo disini"lanjutnya terkejut akan kehadiran adiknya ke sekolahnya

Adik Theresa juga sempat terkejut melihat kakaknya yang ternyata bersekolah di sekolah ini. Melihat tampilan adiknya yang urak-urakan, pasti akan tawuran. Dengan cekatan ia langsung berdiri mendekati dan menjewer sang adik sampai keluar kantin, bukannya sekolah malah tawuran.

"Aduh sakit kak"ucap adik Theresa kesakitan

Karena tidak tega melihat adik Theresa yang kesakitan dengan telinga yang sudah memerah, Lixi segera menegur Theresa.

"Hentikan Theresa adik lo kesakitan"ucapnya sambil menunjuk telinga adik Theresa

"Eh"adik Theresa tertegun melihat Lixi

"Halo apa kabar adik kecil"lanjutnya menyapa adik Theresa dan tersenyum ramah

Adik Theresa hanya diam sambil memandang wajahnya. Bahkan kakaknya yang tidak lain adalah Theresa, kebingungan akan tingkah laku adiknya itu.

"Jangan membolos kasihan kakak kamu, dia aja disini belajar mati-matian buat kamu, masa kamu enggak?"ucapnya menasehati sambil mengusap rambut adik Theresa lembut

Kring kring

"Sudah sana kembali sekolah, kalau sampai mama tahu, nanti lo pasti akan dimarahi"ucap Theresa memperingati

"Heh, cepat"lanjutnya menepuk pundak sang adik yang sedari tadi diam

"Hati-hati adik kecil"ucap Lixi melambaikan tangan

Theresa terkekeh mendengar ucapan Lixi yang dari tadi memanggil adiknya dengan sebutan adik kecil.

"Aneh tau gak"ucapnya lalu tertawa

"Iya juga ya"ucap Lixi merasa aneh dengan dirinya

Pada akhirnya mereka tertawa bersama-sama dengan keanehan Lixi. Sepertinya sejenak ia melupakan hal itu.

Tak tak tak

"Sudah tertawanya, cepat masuk"ucap guru BK

Karena terlalu lama mereka tertawa sampai lupa kalau tadi bel masuk sudah berbunyi. Setelah berpamitan mereka berlari menuju kelas.

Bruk

"Emps"mulutnya dibekap dengan tangan seseorang

Orang itu langsung menariknya ke sebuah gudang.

"Lepas"ucap Lixi memberontak

"Diam baby"tekannya

Terlepas tangannya, Lixi langsung merapihkan pakaiannya yang berantakan.

"Bisa gak sih lo gak usah deket-deket gue"ucapnya emosi

"Kenapa, apa kau terganggu?"balas laki-laki itu

Bukan lagi terganggu, bahkan dia telah melecehkannya. Hal itu mengingatkan akan traumanya yang susah payah ia sembuhkan.

"Sangat, bahkan kita tidak saling mengenal"ucapnya sesak

"Siapa lo hah!"teriaknya emosi

Hening beberapa saat hanya terdengar suara deru nafas menggebu-gebu dari Lixi. Ya benar, laki-laki itu paham akan posisi yang dirasakan Lixi. Bukan siapa-siapa namun bertindak lebih. Bagaimana ya?, rasa ingin memiliki lebih besar daripada membuatnya jatuh ke tangan orang lain.

"Baiklah baby..."ucapnya mengantungkan perkataan sambil mendekatkan wajahnya membisiki telinga Lixi

"Panggil aku... Xander"ucapnya deep voice lalu mencium telinga Lixi

"Xa-Xander?"ucap Lixi terbata-bata

"Yes, baby"ucapnya menggigit telinga Lixi sensual

...🖤_______________💖...

...Xander:...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!