4.Apa, Lo Gila?

..."Mencoba dan memahami orang lain adalah cara untuk mengenal jati diriku"...

Masih tidak menyangka Lixi akan dibawa ke kota lain oleh Xander. Yang ternyata apartemennya jauh diluar kota. Bagaimana sekolahnya?, atau mungkin ini hanya sementara.

"Tenang saja baby aku hanya ingin berdua, tanpa ada yang mengganggu kita"ucapnya menunduk mencium kedua mata Lixi yang terus menatapnya

Di dalam tatapan Xander terdapat kilatan ketulusan disana, membuat Lixi ingin terus memandangnya. Xander itu siapa?, rasa penasaran muncul dalam benaknya. Sebenarnya Xander itu baik, dalam artian jahatnya. Seseorang yang bertingkah seenaknya, mungkin memiliki masa lalu yang kelam hingga membuatnya lepas kendali. Kalau dipikir-pikir Lixi hampir sama dengan Xander, dulu dia jadi sering marah-marah setelah kejadian itu menimpanya. Dan juga membatasi pergaulan, takut hal itu akan terulang. Sedangkan Xander malah menginginkannya, bisa jadi dia membutuhkan kasih sayang. Ya mungkin, Xander waktu kecil kurang kasih sayang dari lingkungannya membuatnya jadi seperti ini.

"Xander?"tanyanya menatap dalam

"Hm?"balasnya berdehem sambil mengelus pipi Lixi

Artinya ia diperbolehkan bertanya kan?. Sebentar ia ingin memilih kata kata yang pas, takut hal itu akan menyakiti perasaan Xander.

"Gue pengen mengenal lo"ucapnya sarkas, hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulutnya

Rasanya canggung sekali, belum pernah ia mengutarakan hal aneh pada lawan jenis. Bukan hal baik yang diterimanya, melainkan kekehan penuh arti dari seorang Xander. Lixi yang melihat itu hanya diam saja sebelum Xander menjawabnya.

"Gadis pengertian"balasnya langsung mencium bibirnya sekilas dan di lumatnya sedikit

"Cukup panggil aku Xander, oke?"pinta dan tanyanya sebelum menggendong Lixi

Yah kenapa?, jawabannya tidak sesuai perkiraannya. Hanya Xander?, jika ia tersesat di kota ini dia hanya menyebut Xander?. Nama yang ia tahu orangnya namun tidak lengkap di kota ini, apa bisa ketemu?.

"Sekarang aku ada urusan, ingat jangan kemana-mana"peringatnya

Lixi hanya mengamati pergerakannya dari memakai hoodie lalu mendekatinya yang duduk di sofa.

"Jangan nakal"tekannya lalu keluar apartemen diikut seseorang berbaju rapih, entah datang darimana

Pergilah, ia ingin melihat-lihat sekeliling apartemennya yang sangat modern dan mewah. Tidak seperti apartemen pada umumnya, apartemen ini luas seperti mansion. Ia berjalan menuju pintu depan, menyusuri sekitar apartemen. Tatapannya tertuju pada kolam ikan disampingnya, dengan air mancur ditengah-tengah. Bagaimana bisa disebut apartemen, ini bahkan jauh dari kata itu. Saat sedang asik menikmati pemandangan kolam, ia mendengar pintu gerbang terbuka. Dan ia melihat dari jauh seorang wanita memasuki apartemen Xander. Menyadari seseorang mengawasinya, wanita itu mendapati Lixi yang menatapnya.

"Siapa kau?"tanyanya menyelidik

"Kenapa ada di apartemen Xander, pembantu barunya?"tanyanya sekaligus meremehkan terdengar dari nada sinis yang diucapkannya

Pakaian terbuka dengan sesuatu di dada yang ingin menyembul keluar. Apa tidak ada yang lebih tertutup, kenapa harus memperlihatkannya?.

"Lo yang siapa, kenapa datang kesini?"tanyanya balik tanya

"Gue kekasihnya ya, jadi biasa kalau gue datang kesini"ujarnya sombong

"Oh"balasnya singkat lalu berjalan meninggalkan wanita itu

"Hei, gue belum selesai ngomong berani-beraninya kau"ucapnya emosi

Acuh tak acuh ia meninggalkan wanita itu dan pergi menuju gerbang. Kebetulan ada penjual eskrim didepannya, jadi ia membeli eskrim lalu duduk di taman agak jauh dari apartemen itu. Es krim yang manis mampu menaikan mood yang buruk akibat wanita tadi yang meremehkannya.

"Permisi, apa aku boleh duduk disini?"tanya seseorang yang tiba-tiba mendekatinya

"Silahkan"balasnya sedikit menggeser posisi duduknya

Tidak ingin terlihat canggung gadis itu memperkenalkan diri.

"Kenalin aku Chloe"ucapnya memperkenalkan diri

"Lixi"balasnya lalu lanjut menghabiskan sisa es krimnya

"Oh iya Lixi, kenapa kau_"belum sempat melanjutkan perkataan suara seseorang menghentikannya

"Lixi, pulang"perintahnya langsung menarik Lixi

"Gue duluan, Chloe"pamitnya sebelum sepenuhnya pergi dari sana

"Kekasih lo dateng dan ya, gue males kalau harus dengerin dia ngomong"ucapnya memutar bola mata malas

"Dia bukan_"ucapnya terpotong

"Ya ya ya, gue gak peduli"potongnya beranjak ingin keluar

Brak

Dengan cepat pintu apartemen itu tertutup otomatis, membuatnya tidak bisa keluar. Berbalik menatap Xander yang menahan amarahnya.

"Masuk ke kamar!"perintahnya mulai meninggikan nada suaranya

Mendengar hal itu, Lixi berbalik dan kembali ke kamar. Xander hanya mengikutinya dari belakang dengan tatapan mengintimidasi, membuat bulu kuduknya merinding.

Bruk

Karena lelah ia duduk di sofa, tanpa memperdulikan Xander yang terus menerus menatapnya.

"Tunggu disini"

Xander pergi ke kamar mandi entah untuk apa, yang terdengar hanya suara air. Beberapa saat kemudian Xander keluar lalu mendekatinya, membawa dirinya menuju kamar mandi. Didalam kamar mandi terdapat bath up yang sudah terisi penuh. Entah apa yang akan dilakukan Xander, tiba-tiba ia ingin membuka pakaiannya. Namun, dengan cepat Lixi menepisnya.

"Apa yang lo lakuin?"tanyanya emosi

"Buka"perintahnya

"Apa, lo gila?"tanyanya lagi tak habis pikir

Bagaimana bisa ia menyuruhnya untuk membuka pakaian?, sedangkan Xander ini laki-laki yang bukan suaminya, bahkan ia juga belum menikah. Tentu malu dia, Xander seenaknya saja berucap.

"Buka atau..."ancamnya hampir membuka paksa pakaian yang dikenakan Lixi

Dengan perlahan-lahan Lixi membuka pakaiannya, yang tersisa hanyalah tank top dan celana selutut. Dipakainya handuk disebelahnya, lalu pelan-pelan melepas yang tersisa. Jadi, sekarang ia hanya memakai handuk yang melilit tubuhnya. Pelan-pelan diangkatnya Lixi kedalam bath up, lalu melepas ikatan rambutnya. Tergerai lah rambut panjang hitam pekatnya, membuat aura Lixi semakin kuat. Rasanya membuat Xander tergila-gila, apapun yang dimiliki Lixi adalah miliknya. Diusapnya rambut itu lalu menuangkan shampo diatasnya, harum semerbak memenuhi ruangan. Dengan lembut dipijatnya kepala Lixi, lalu dilanjut menuangkan sabun ke tubuhnya. Digosoknya punggung Lixi lalu tangan, dilanjut...

"Udah, udah Xander hiks hiks"ucapnya sudah tidak tahan dan menangis

"Bi-biar a-aku saja hiks hiks"lanjutnya sesegukan

Xander yang melihat itu gemas sekaligus terkekeh, gadisnya manis sekali. Tubuh yang hampir terekspos semua, hal itu sungguh disayangkan Xander.

"Baiklah, ku tunggu"balasnya mencium bibir Lixi sekilas lalu keluar kamar mandi

Maksud dari kata Tunggu menurut Lixi dan Xander itu berbeda.

"Hiks hiks, huft"mencoba menghilangkan sesegukan dengan mengatur nafas

Lixi melanjutkan membersihkan dirinya sendiri walau terkadang masih sesegukan. Ia takut, sesuatu yang sudah ia jaga sepenuhnya hilang begitu saja. Apalagi ia masih duduk dikelas 10, jangan sampai itu terjadi. Bisa rusak masa depannya dan juga, nama baiknya akan tercoreng disekolah.

Cklek

"Aku sudah..."ucapnya menjeda perkataan dengan apa yang dilihatnya

...🖤_______________💖...

...Chloe:...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!