2. Hari Sial Apa Keberuntungan?

Baby dengan perlahan membuka mata, ia sedikit mengerjap begitu matanya terbuka lebar. Berada di dalam ruangan yang asing membuat Baby bingung ia berada di mana. Ia seketika terduduk dan melihat pakaiannya yang masih  lengkap. Ia bernafas lega.

"Hai lo sudah sadar? Maaf tadi lo tinggal sebentar buat makan siang. Lo pingsan lama banget. Lo sakit?" tanya seorang gadis yang kira-kira seusia Baby.

"Ha? Ini udah jam makan siang? Gue pingsan berjam-jam dong?"

"Iya. Aneh makanya, kan. Biasanya orang pingsan cuman beberapa menit aja. Lo udah kayak orang mati aja."

"Ini gue hidup lagi, mati suri dong berarti. Kenalin, gue Baby. Kayaknya lo yang duduk di sebelah gue, ya?"

Baby menyodorkan tangannya.

"Iya kita duduk sebelahan, gue Mira. Ini gue ada makan siang buat lo."

Mata Baby seketika berbinar melihat bungkusan kertas minyak yang ada di tangan Mira. Tak perlu mengucapkan kalimat perintah itu dua kali, Baby seketika merebut bungkusan itu dan membukanya lalu memakannya dengan lahap. Perutnya benar-benar lapar, mungkin cacing di perutnya sekarang sudah mati kelaparan.

"Lo tahu? Gue pingsan karena gue menahan lapar. Tadi bangun terlambat dan tidak sempat sarapan. Gue sebenarnya tadi membawa bekal, tapi bekalnya tertinggal di motor. Gue mau ambil, tapi nggak boleh sama..." ucapan Baby terhenti.

"Gue nggak tahu namanya dia siapa. Lo tahu, kan tadi yang ngelarang gue buat ambil makanan?" tanyanya seraya memasukkan nasi kuning itu banyak-banyak ke dalam mulutnya.

"Tahu. Itu CEO di perusahaan ini, namanya Pak Cakra. Kalau yang sama Pak Cakra tadi itu asisten pribadinya namanya Pak Dandi."

Menyebutkan kedua nama orang itu membuat Baby teringat akan ingatannya yang terasa dibopong oleh seseorang.

"Lo tahu nggak siapa tadi yang gendong gue? Gue tadi tuh ngerasa kayak ada yang gendong, tapi gue nggak bisa buka mata."

"Lo beruntung banget di hari pertama kerja, lo bisa digendong sama Pak Cakra. Gue dengar bisik-bisik dari para senior nggak ada satupun orang yang bisa menyentuh Pak Cakra di perusahaan ini selain asisten pribadinya dan lo benar-benar luar biasa, Baby." Mira sampai tepuk tangan saking kagumnya pada teman barunya itu.

Mendengar dirinya digotong oleh Pak Cakra membuat Baby tersedak seketika. Nasi kuning yang sudah ia telan hingga tenggorokan seakan tidak mau masuk lebih dalam. Cacing-cacing di perutnya seakan menolak nasi kuning itu.

"Lo nggak lagi bohongin gue, kan? Lo lagi nggak nge-prank gue, kan? Lo jangan bohong, Mira. Bukannya gue tadi itu bicara sama Pak Dandi, ya? Kenapa jadi bisa Pak Cakra yang gendong gue?"

"Kan lo sempat menjauh dari Pak Dandi. Lo mau balik ke meja, kan. Jadi pas lo balik itu, Pak Cakra lagi jalan ke arah berlawanan sama lo. Tiba-tiba lo pingsan pas Pak Cakra mau melewati lo."

Baby menepuk-nepuk pipinya pelan. Memastikan apakah dirinya ini sedang bermimpi atau tidak. Baru saja ia mengagumi sosok Cakra di dalam hati, dan tubuhnya sudah berada dalam gendongan pria itu. Jadi ini kesialan atau keberuntungan?

"Buruan dihabiskan makanannya, keburu habis jam istirahatnya."

Baby kembali makan dengan lahap, hatinya begitu berbunga. Meskipun ia digendong dalam keadaan tak sadarkan diri, tak apa, yang penting ia bisa merasakan sentuhan Cakra yang tidak sembarang orang mendapatkannya. Ia berencana tidak akan mencuci blezer yang ia kenakan sekarang, pasti bau tangan Cakra masih menempel dengan lekat di sana, begitu pikir Baby.

"Astaga, Mir. Gue lupa, bekal gue masih di motor. Gue ambil dulu, nanti hilang ribet urusannya." Baby menenggak sebotol air mineral dan berlari ke luar ruangan kesehatan.

"Baby, nggak usah diambil, kan lo udah makan!" teriak Mira ikut berlari mengikuti langkah Baby.

"Bukan masalah isinya!" Baby tak kalah berteriak.

Dengan nafas tersengal-sengal Baby sampai di parkiran motor dan jantungnya terasa mencelos saat melihat motornya. Ia melihat gantungan motor bagian depan yang nampak kosong. Tubuhnya yang baru saja di isi asupan dan seharusnya mendapat tenaga, kini malah terasa lemas.

Bagaimana tidak? Anak kesayangan ibunya hilang tak berbekas. Bahkan hilang beserta kantong kreseknya.

"Astaga, anak kandung Ibu hilang!" ujar Baby lirih.

"Lo bawa adik ke kantor?" tanya Mira yang baru saja sampai di parkiran dan mendengar kalimat terakhir Baby.

"Tuppercare Ibu hilang, Mir. Bisa diusir dari rumah gue," jawab Baby kalut.

"Yaelah, nanti kalau gajian diganti. Udah masuk dulu, yuk. Waktunya kerja kita. Karyawan baru jangan bikin ulah dulu, ntar aja kalau udah senior."

Mira manggeret tangan Baby agar segera mengikutinya masuk kantor. Yang diseret hanya menunjukkan wajah bingungnya.

Baby kembali berkerja dengan tidak terlalu fokus. Sebelah pikirannya memikirkan pekerjaan, dan sebelahnya lagi hilang bersama dengan tuppercare yang membuat dirinya merasa menjadi anak tiri ibunya.

Baby merasa bingung, kenapa ia harus dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang sedikit aneh dari keluarga yang lain? Jika orang lain pasti menyayangi anak kandungnya melebihi segalanya, tidak dengan kedua orang tuanya yang lebih menyayangi benda-benda yang tidak memberikan mereka uang.

Ibunya yang terlalu fanatik dengan benda-benda bermerek seperti tuppercare, dan juga berbagai jenis merk lainnya yang berada di dapur, belum lagi aksesorisnya yang berupa jam tangan dan juga tas yang semua juga tak kalah bermerek.

Sedangkan ia mempunyai satu Ayah yang juga tak kalah anehnya. Ayahnya sudah mempunyai burung di dalam sarung, namun ia juga mencintai burung yang berada di luar sarung.

Belum lagi adik laki-laki satu-satunya yang ia miliki. Adiknya itu lebih mencintai motornya yang sudah masuk bengkel berkali-kali daripada dirinya sendiri. Di antara mereka berempat hanya Baby yang memiliki sifat normal seperti manusia lainnya, tidak fanatik terhadap apapun kecuali oppa-oppa Korea.

"Siapa pemilik kotak bekal ini?" tanya Dandi

Mendengar kata kotak bekal, Baby yang tadinya menundukkan kepala seketika mendongak. Ia berdiri begitu melihat kotak bekal berwarna pink. Lalu berjalan ke arah Dandi yang sedang menjereng kotak bekal itu.

"Itu punya saya, Pak. Kenapa bisa ada di Bapak?"

"Ke ruangan Pak Cakra sekarang!" titah Dandi berjalan lebih dulu ke ruangan atasannya.

Baby yang tak tahu menahu ada persoalan apa tentu saja celingukan bingung. Ia menatap Mira sebelum pergi mengikuti Dandi.

Terpopuler

Comments

Serli Ati

Serli Ati

baru awal belum ada ke istrinya 🤣🤣🤣 seperti cari jodoh aja. 🤣🤣🤣🤣

2022-12-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!